Karena wanita ingin dimengerti
Lewat tutur lembut dan laku agung
Karena wanita ingin dimengerti
Manjakan ia dengan kasih sayang…
Lewat tutur lembut dan laku agung
Karena wanita ingin dimengerti
Manjakan ia dengan kasih sayang…
Sepenggal lirik lagu di atas menjadi semacam penguatan bagi kita, kaum wanita (muslimah/akhwat,-red) bahwa kita memang “BEDA” dengan kaum pria.
”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, (karena) bagi yang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’:32)
”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, (karena) bagi yang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’:32)
Maha Besar Allah pencipta manusia, laki-laki dan perempuan yang senantiasa berlaku adil terhadap keduanya, yang memandang kemuliaan seorang pria dan wanita berdasarkan derajat ketakwaannya dan ketundukannya terhadap aturan-Nya. Bukan karena kedudukannya dalam masyarakat, bukan karena jenis pekerjaan dan kekayaan, bukan pula karena paras rupawan, dan juga bukan atas perbedaan jenis kelamin.
Bermula dari penciptaannya, wanita adalah bagian tak terpisahkan dari pria. Hawa, wanita yang pertama kali diciptakan adalah sosok yang berperan sebagai pendamping bapak manusia, Nabi Adam as. Pengambilan peran tersebut mengarahkan wanita untuk menyelami arti kehidupan sebenarnya. Kemanakah peran dan fungsi itu berlabuh??? Di dermaga keluarga sebagai pendamping suami sekaligus ibu bagi anak-anak, ataukah di dermaga perkantoran dengan meniti karir di arena yang biasa digeluti kaum pria.
Pencarian peran dan fungsi ini pada akhirnya akan melahirkan berbagai pendapat yang berbeda dalam rangka mencari upaya-upaya penyetaraan hak hidup, hak berkarya, hak berpendapat, dan hak-hak lain untuk menunjukkan eksistensi dirinya dalam masyarakat. Kelahiran ide-ide di atas secara perlahan akan menuntut pada upaya penyetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal yang lazim dikenal dengan kesetaraan gender (emansipasi)
Islam Memandang Wanita
Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Islam sebagai agama sekaligus ideology mempunyai cara pandang yang khas tentang wanita. Islam memandang wanita sebagai insan yang memiliki kelebihan dan kelemahan sebagaimana pria. Oleh karena itu, Allah memberikan hak dan kewajiban yang sama antara pria dan wanita, misal : dalam pelaksanaan rukun Islam. Dalam mengatur kehidupan manusia ini, ada beberapa beban hukum yang oleh Islam memang hanya dibebankan kepada laki-laki, semisal kewajiban mencari nafkah, masalah perwalan, demikian pula dalam masalah kepemimpinan negara, ataupun pengaturan urusan umat secara langsung dibebankan kepada kaum pria dan diharamkan kepada kaum wanita untk menduduki posisi ini. Pembagian ini bukanlah pendiskriminasian atau ketidakadilan syariat Islam pada wanita. Tetapi, karena memang adanya tabiat fitri yang dimiliki pria dan wanita adalah beda. Islam memandang wanita memiliki porsi yang agung, yakni dengan memerankan tabiat fitrinya sebagai seorang ibu. Masalah kehamilan, penyusuan, pengasuhan anak, dan pengaturan rumah tangga. Itu semua adalah tugas yang dibebankan kepada seorang wanita. Ketika seorang wanita mampu menjalankan perannya ini, dengan ikhlas untuk menggapai ridho Allah maka sesungguhnya wanita tersebut telah mendapatkan posisi yang mulia di sisi Allah.
Islam Memuliakan Wanita
Dalam Islam tidak ada kesetaraan gender (pria dan wanita). Islam memandang pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama. Siapa di antara mereka yang paling bertakwa maka merekalah yang memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah SWT. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu (Q.S. Al Hujarat : 13)
Islam telah melindungi dan menjaga kehormatan wanita, misalnya Islam memerintahkan wanita supaya menutup aurat dengan jilbab dan khimar (sebagaimana dalam Q.S. Al Ahzab : 59 dan An Nur : 31).
Demikian pula Islam memberikan aturan bagi wanita untuk meminta izin kepada suami mereka ketika keluar rumah. Aturan ini bukanlah mengekang wanita atau menghalangi wanita untuk berkiprah di luar rumahnya, malah sebaliknya, ini merupakan bukti Islam melindungi dan menjaga wanita.
Sesungguhnya Islam tidak melarang wanita keluar rumah, hanya saja ketika muslimah beraktivitas di luar maka harus memperhatikan beberapa ketentuan, misalnya harus mendapat izin dari suaminya atau mahramnya dan tidak melalaikan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Bagaimana bisa Islam tidak memuliakan wanita? Karena Rasulullah dalam satu hadistnya sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra : “Seseorang pernah bertanya pada Rasulullah, “siapa orang yang paling berhak dilakukan dengan baik?” Rasul menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu..lalu Bapakmu : baru kemudian kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya.” (HR. Muslim). Demikianlah Islam memposisikan wanita, dan janganlah memandang fungsi sebagai umi atau ibu sebagai posisi yang rendah, karena sesungguhnya dari fungsi inilah wanita akan mendapatkan kemuliaan. Keikhlasannya dalam menjalankan perannya ini akan menjadikan dekatnya jarak antara dia dengan Kholiqnya.
Sesungguhnya Islam tidak melarang wanita keluar rumah, hanya saja ketika muslimah beraktivitas di luar maka harus memperhatikan beberapa ketentuan, misalnya harus mendapat izin dari suaminya atau mahramnya dan tidak melalaikan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Bagaimana bisa Islam tidak memuliakan wanita? Karena Rasulullah dalam satu hadistnya sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra : “Seseorang pernah bertanya pada Rasulullah, “siapa orang yang paling berhak dilakukan dengan baik?” Rasul menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu..lalu Bapakmu : baru kemudian kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya.” (HR. Muslim). Demikianlah Islam memposisikan wanita, dan janganlah memandang fungsi sebagai umi atau ibu sebagai posisi yang rendah, karena sesungguhnya dari fungsi inilah wanita akan mendapatkan kemuliaan. Keikhlasannya dalam menjalankan perannya ini akan menjadikan dekatnya jarak antara dia dengan Kholiqnya.
Ibu
Dari Ibnu Umar disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda “Setiap diri kalian adalah pemimpin…., seorang wanita adalah pemimpin (pengurus) rumah suaminya dan anak-anaknya, dia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. "(HR Bukhari dan Muslim). Dari hadist di atas jelas bahwa hukum asal seorang wanita adalah sebagai UMM(UN) WA RABBAH AL BAYT (sebagai ibu dan pengatur rumah tangga). Ibu adalah peran yang mulia. Peranan ibu dalam rumah tangga adalah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Dari ibulah anak belajar yang pertama kalinya, mulai dari dalam kandungan hingga lahir ke dunia sampai menjadi manusia dewasa. Tanggung jawab ini sangatlah besar, karena di tangannya lah lahir generas-generasi yang handal harapan umat dan dari tangannya pulalah lahir generasi yang jauh dari dambaan umat.
Melihat begitu penting dan mulianya peranan ibu ini, maka Islam mendorong muslimahnya untuk terus meningkatkan wawasan dan pemahaman Islamnya, sebagai bekal dalam menjalankan fungsinya tersebut.
Berbagai macam ilmu haruslah dikuasai seorang muslimah mulai dari masalah pengurusan rumah tangga, masalah kehamilan, perawatan bayi, pendidikan anak dan masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan fungsi dan kedudukannya sebagai ibu harus dikuasai seluruhnya oleh muslimah. Jadi kesiapan untuk menjadi ibu haruslah dipersiapkan sejak dini dan tidak diundur-undur lagi. Akhirnya, peranan sebagai UMM(UN) WA RABBAH AL BAYT dapat terlaksana dengan sempurna dan gelar sebagai wanita dan istri yang sholehah dapat diraih. Sesungguhnya wanita (ibu) sholehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
Karakter wanita (ibu) sholehah :
1. Menaati Allah dan suaminya
2. Berhias untuk suaminya
3. Memelihara rumah, diri, dan harta suaminya
4. Membantu suaminya dalam urusan akherat
5. Memiliki bekal agama yang baik
6. Mempergauli suaminya dengan baik untuk memelihara keridhoannya
7. Mampu menghasilkan generasi cerdas yang taat syariat
“Allah pasti akan memasukkan mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allahpun akan menutupi kesalahan-kesalahan mereka yang demikian itu sesungguhnya di sisi Allah merupakan keberuntungan yang besar.” (Q.S. Al Fath : 5)
Saudariku… MENGERTI-lah…bahwa dirimu adalah seorang WANITA‼!
Saudaraku… bersabarlah menghadapi kami.. karena kami adalah WANITA YANG INGIN DIMENGERTI‼! Inilah kami… dengan “ketidaksempurnaan” yang mencoba menjadi “sempurna” dengan menapaki jalan cinta-Nya…
Saudaraku… bersabarlah menghadapi kami.. karena kami adalah WANITA YANG INGIN DIMENGERTI‼! Inilah kami… dengan “ketidaksempurnaan” yang mencoba menjadi “sempurna” dengan menapaki jalan cinta-Nya…
(Tulisan
ini diposting pada bulan April 2009 di blog sebelumnya)
Aisya
Avicenna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna