Sahabat tidak berani menawarkan pada Rasulullah SAW untuk menikah lagi karena takut menyinggung perasaan beliau, akhirnya ada seorang shahabiyah yang berani menyarankan Rasulullah SAW untuk menikah lagi. Aisyah-lah yang menjadi istri kedua beliau. Karena masih berusia dini (9 tahun), untuk sementara Aisyah belum bertempat tinggal bersama Rasulullah SAW. Mengingat Rasulullah SAW memiliki 6 orang anak yang masih kecil, akhirnya beliau menikahi Saudah binti Zam’ah. Saudah sangat kaget ketika Rasulullah melamar beliau karena beliau menyadari bahwa dirinya adalah seorang janda tua. Saudah memiliki karakter yang sangat sensitif sehingga Rasulullah SAW sangat berhati-hati padanya.
Alasan Rasulullah SAW menikahi Saudah yaitu beliau ingin mencari figur seorang ibu untuk keenam anaknya dan Rasulullah SAW ingin membantu Saudah (mengangkat derajatnya).
Awalnya Saudah merasa minder karena tidak sama dengan istri Rasulullah sebelumnya, beliau merasa tidak sekaya dan secantik Khadijah serta tidak semuda Aisyah, beliau hanya seorang janda tua. Rasulullah SAW pun menawarkan untuk menceraikannya akan tetapi Saudah akhirnya tidak bersedia… Malah dia mengatakan “Aku rela menyerahkan malam-malamku untuk istrimu yang lain…” Subhanallah..
Saudah adalah sosok seorang istri yang sabar, tabah, dan pengertian. Beliau membantu Rasulullah SAW dalam prosesi haji. Beliau juga memiliki keistimewaan, yaitu umur yang panjang. Beliau meninggal pada umur 70 tahun dan dimakamkan di pemakaman Baqi.
Telah disebutkan di awal bahwa motivasi Rasulullah SAW menikahi Saudah adalah untuk mengangkat derajat kehidupannya. Belajar dari hal ini, kita pun harus punya motivasi saat menikah nanti. Kita tidak tahu prosesi kita dalam mendapatkan jodoh kita kelak. Menikah tidak semata-mata menuntun idealisme manusiawi kita. Bercita-citalah untuk memiliki dan membangun rumah tangga dakwah, meski memang tidak selamanya rumah tangga tersebut sesuai dengan idealitas kita. Oleh karena itu, dituntut kelurusan niat agar pernikahan yang kita jalani nanti berbuah berkah dari Allah SWT.
Dalam hal memilih pendamping hidup, tidak semua orang ideal menurut persepsi kita. Misalnya : seorang ikhwan yang ingin menikahi akhwat tapi dia mengajukan salah satu syarat... sang akhwat harus punya motor..duh... So, NIKAH SAJA SAMA MOTOR (kata ustadz Abdul Hakim). Hihihi..(”,). Kalau niat kita bersih, Allah SWT akan menambahkan rizki pada kita. Jangan hanya mempertimbangkan materi semata. Belajarlah dari Rasulullah SAW, pernikahan orang-orang sholeh tidak didasari materi semata tapi iman dan takwanya. Nikahilah karena agamanya, maka kamu akan beruntung. Pun pada beberapa kasus yang menimpa aktivis dakwah.
Banyak aktivis dakwah yang pada awal menikah sama-sama tidak berharta, tapi setelah menikah rezekinya terus meningkat (pengalaman pribadi Ust. Abdul Hakim...). Ustadz juga bercerita ketika beliau menanyakan kepada sang istri ”Mengapa memilih beliau?” . Sang istri menjawab ”Setelah istikharah yang muncul adalah wajah Ust. Abdul Hakim yang sedang tersenyum”. Hihihi...lucu juga kisahnya.. so switz... Beliau berpesan, ”Jangan ada bayang-bayang lawan jenis kita sebelum kita benar-benar mantap melangsungkan prosesi pernikahan”. Tuh.. bunuh segera VMJ (bagi yang sedang terjangkit) dengan insektisida yang mantap!! Perkuat iman dan takwa kita...
Ibroh yang dapat diambil dari sosok Saudah binti Zam’ah.
1. Beliau paham akan kondisinya tapi tidak enggan untuk terus berprestasi sesuai kemampuannya (dalam hal ibadah haji). So, kita jangan minder. Tiap orang punya peran untuk berkontribusi dalam dakwah. Semua saling melengkapi.
Mengapa Rasulullah SAW sukses membangun umat???
Karena beliau sukses membangun KELUARGA.
Pernikahan bagi seorang Muslim merupakan tahapan untuk menegakkan Islam. Seperti yang dialami Rasulullah SAW, beliau mempunyai seorang istri yang sangat mendukungnya dalam berdakwah, bahkan sejak awal kenabiannya (Khadijah binti Khuwailid). Penopang terbesar dakwah adalah KELUARGA.
2. Jadilah orang yang senantiasa mencontoh Rasulullah SAW dan istrinya. Beliau dengan istri-istrinya sangat akur dalam menjalani bahtera rumah tangga. Hargai pasangan karena memang tidak ada rumah tangga yang sempurna. Sabda Rasulullah SAW : ”Istri itu pakaian dari suaminya dan suami adalah pakaian dari istrinya”. So, suami istri harus saling melengkapi.
Pun dalam setiap aktivitas dakwah kita, dengan rekan-rekan dakwah, kita juga harus saling memahami dan melengkapi agar kita dapat menyukseskan agenda-agenda dakwah.
Closing statement dari ustadz : ”Tidak ada sesuatu hal yang ideal dalam hidup kita, tapi yang harus ideal dalam diri kita adalah KEIMANAN dan RASA SYUKUR kita pada Allah SWT”
140309_11:39
Diketik waktu SRC BEM UNS @ aula Perpus UNS (^_^)
Buat "adikQ" yang kemarin sore SMS tanya soal "CBSA dan poligami".. mungkin artikel ini bisa dibaca juga..kapan2 Mbak tulis artikel tentang itu deh.. (masih ide, belum ditulis...).. Semangat sist!! Ayo bareng-bareng jadi muslimah sholehah yak!!!
(Tulisan
ini diposting pada bulan Maret 2009 di blog sebelumnya)
Aisya
Avicenna
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna