Senin, 11 Januari 2016

Aisya Avicenna dan Andrea Hirata


Sabtu, 10 Juli 2010 pukul 15.30 (ba’da Asar), mobil Toyota Yaris berwarna silver meluncur di kawasan Jalan Otista Raya. Mobil tersebut berisikan 4 orang muslimah yang baru saja menyelesaikan agenda rutin pekanannya. Empat sekawan itu meluncur menuju kawasan Senayan. Jakarta Book Fair tujuannya. Selly, sang pengemudi, seorang alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Izzah, duduk di samping Selly, seorang alumnus salah satu sekolah tinggi di Jakarta Timur. Nia, duduk di belakang Izzah, juga seorang alumnus salah satu sekolah tinggi di Jakarta Timur (teman sekelas Izzah). Aisya, duduk di samping Nia, seorang alumnus Universitas Nomor Satu di Surakarta.
Alhamdulillah, sore yang indah dalam balutan ukhuwah. Sepanjang perjalanan, sesekali mereka bercanda. Sesekali Aisya juga senyum-senyum sendiri. Wehh! Pasalnya (pasal berapa nih?), saat itu Aisya juga tengah membaca novel barunya, “THE LOST SIMBOK” karangan ‘Kawan-kawan dan Baim Lenon’ yang konon lucu banget. Mengisahkan petualangan seorang simbok yang tersesat. Novel ini merupakan novel plesetan dari buku “THE LOST SYMBOL”. Hehehe, benar-benar lucu! Wajib dibaca biar bisa senyum-senyum sendiri juga!
Sekitar pukul 16.00, mereka sudah memasuki kawasan Senayan. Sempat bingung juga mencari pintu masuk ke Gelora Bung Karno, akhirnya ketemu juga setelah muter-muter. Saatnya hunting buku!!!

 
Aisya langsung menuju stand Mizan. Sedangkan Izzah, Selly, dan Nia terpencar entah kemana. Novel “Padang Bulan” dan “Existere” langsung diambil Aisya. Kedua novel ini adalah titipan dari saudari kembar dan salah satu temannya. Ada SMS masuk dari Izzah, “Kalian ada di mana?”. Wehh, pada berpencar nih ceritanya! Aisya membalasnya. Kemudian, ia pun melanjutkan pencarian. BUKU!!! Alhamdulillah, buku-buku yang menjadi ‘sasaran tembak’nya berhasil didapatkan. Senja datang, Maghrib-pun menjelang. Dengan menenteng satu tas kresek besar berisi buku-buku setebal 5-10 cm plus menggendong tas punggung yang tak beda jauh isinya, Aisya menuju mushola. Bertemulah ia dengan Izzah dan Nia. Selly sudah pulang karena hendak ke Jogja sore itu.
Setelah sholat Maghrib, mereka sempat hunting buku lagi. Aisya juga sempat bertemu dengan Mbak Era (istri Kang Taufan) dan bundanya. Aisya sempat berujar, “Mbak, barusan saya beli buku ‘Doa-doa Enteng Jodoh’ lho! Hehe”. Mbak Era dan Kang Taufan adalah penulis dari buku itu. Asyik juga ya bisa menulis berdua, jadi terinspirasi ^^v!!! Setelah puas hunting bukunya, kami bertiga menuju panggung utama. Aisya surprise sekali tatkala ada sosok seseorang yang tak asing lagi baginya! IKAL!!! Tapi ini bukan Ikal-nya Andrea Hirata. Ikal yang rambutnya juga rada-rada ikal ini adalah salah satu sahabat perjuangan Aisya di Pramuda FLP angkatan 14. Ikal berada di divisi fiksi, kalau Aisya kan di divisi Nonfiksi. Ikal ternyata mendapat kesempatan untuk membacakan puisi Andrea Hirata di novel “Padang Bulan”. Saat sedang asyik menikmati puisi yang dibacakan Ikal, pandangan Aisya juga tertuju pada sosok yang juga begitu ia kenal, yakni Kang Taufan E. Prast (kepala suku FLP Jakarta nih!) dan Soson Rollin Pande (sahabat perjuangan Aisya di FLP juga).


Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Orang asing Orang asing Seseorang yang asing Berdiri di dalam cermin Tak kupercaya aku pada pandanganku Begitu banyak cinta telah mengambil dariku Aku kesepian Aku kesepian di keramaian Mengeluarkanmu dari ingatan Bak menceraikan angin dari awan Takut Takut Aku sangat takut Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki Gila, gila rasanya Gila karena cemburu buta Yang tersisa hanya kenangan Saat kau meninggalkanku sendirian Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku yang ditinggalkan zaman Sejauh yang dapat kukenang Cinta tak pernah lagi datang (Padang Bulan, halaman 198)

Berdiri. Tempat duduk sudah penuh! Ya sudahlah. Padahal biasanya kalau ada acara semisal bedah buku atau launching buku, Aisya selalu memilih tempat duduk paling depan. Selain bisa lebih konsentrasi, ia bisa dengan cepat mengajukan pertanyaan atau mendapat doorprise. Hehe!


Setelah pembacaan puisi, sang MC yang ternyata bernama Dita itu mengatakan bahwa sebentar lagi Andrea Hirata akan hadir. Dan benar saja, dengan diiringi lagu “Cinta Gila”, lagu ciptaannya yang dinyanyikan bersama Ungu, Andrea Hirata memasuki panggung utama. Wah, Ikal bertemu Pak Cik Ikal juga tuh! Ikal turun dari panggung dan langsung bergabung bersama Soson dan Aisya yang berdiri di sebelah Mbak Era dan ibunya. Kang Taufan tadi kemana ya??? Sementara itu, Izzah dan Nia duduk di dekat taman.


Alhamdulillah, impian Aisya bertemu Andrea Hirata akhirnya tidak hanya sekedar impian. Dengan penampilan khasnya, berkaos plus topi yang bertengger di kepalanya, Andrea Hirata membuat nuansa Jakarta Book Fair semakin meriah. Penonton pun semakin banyak. Andrea Hirata menjelaskan secara singkat tentang novel terbarunya, Dwilogi “Padang Bulan” dan “Cinta di Dalam Gelas”. Saat sesi tanya jawab, banyak yang antusias untuk bertanya. Termasuk Aisya! Dari jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar dari penonton, Aisya menjadi tahu beberapa ‘rahasia’ di balik novel dwilogi tersebut. Ternyata novel itu lahir setelah Andrea Hirata melakukan riset budaya Melayu selama 3 tahun! Meski waktu menulis novelnya hanya butuh waktu 3 minggu. Luar biasa! VISIONER. Itulah penilaian Aisya pada Andrea Hirata karena ternyata novel dwilogi ini sudah digagasnya saat pembuatan novel Laskar Pelangi! Andrea Hirata berujar bahwa novel dwilogi ini merupakan jawaban atas ‘kekecewaan’ pembaca akan novel “Maryamah Karpov”. Pada dwilogi ini pembaca akan tahu asal-muasal nama ‘Maryamah Karpov’ tersebut.


Di tengah-tengah acara, sempat Aisya, Soson, dan Ikal menginterpretasikan cover novel “Cinta dalam Gelas”. Aisya jadi tahu siapa saja 4 orang yang dimaksud dalam cover itu. Selain itu, rasa penasaran Aisya pada salah satu bab di novel “Cinta dalam Gelas”, yakni di halaman 196 akhirnya terjawab sudah! Tiga orang peserta maju untuk membaca halaman 196 dengan diiringi musik rap! Nge-rap euy!! Seru juga...Lucu!
Judul “Padang Bulan” ternyata terinspirasi dari nama sebuah lapangan di kampung halaman Andrea Hirata, sedangkan judul “Cinta dalam Gelas” terinspirasi dari ‘segelas kopi’. Hmm, baca aja deh novel dwilogi tersebut! BAGUS!!! SERIUS nih!


Subhanallah, pada bulan Ramadhan nanti Andrea Hirata akan meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di luar negeri (lupa nih nama univeristasnya). Andrea Hirata mendapatkan beasiswa untuk memperdalam sastra. Ia benar-benar ingin belajar tentang ‘menulis dan sastra’, begitu katanya! Dia berujar dirinya memang tidak mempunyai bassic sastra yang bagus, karena ia memang orang ekonomi. Padahal kan novel-novelnya tuh dah ‘nyastra’ banget ya! Hmm... Saat ini novel tetralogi Laskar Pelangi juga sudah diterbitkan dalam edisi internasional dan sudah beredar di beberapa negara. Sungguh luar biasa!


Berorientasi pada karya dan mempersembahkan yang terbaik pada pembaca, itulah visi Andrea Hirata! Saat menulis, ia akan ‘tenggelam’ di dalam tulisannya. Merasuk ke dalam jiwanya... Terbang bersamanya... ^^v


Sastra sungguh sebuah keindahan yang asing Seperti surga di dalam hutan Seperti sumur jernih yang ditinggalkan Seperti kekasih yang merindu...

 
Hmm, Andrea Hirata sempat berpuisi.
Setelah acara selesai, penonton diberi kesempatan untuk meminta tanda tangan dan foto bersama Andrea Hirata. Senangnya...

OPEN YOUR MIND! Pesan Andrea Hirata pada Aisya Avicenna. So inspiring! Makasih buat Andrea Hirata yang mau diajak berbicara meski begitu singkat. Aisya sempat menyampaikan salam dari saudari kembarnya, Keisya Avicenna!
Jakarta, 120710_03:40
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Juli 2010 di blog sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna