Sabtu, 5 Februari 2010
“Mengapa mendadak dibatalkan, ukh?” sebuah kalimat terpampang di layar ponselnya. Qonita pun membalas SMS itu panjang lebar, sejelas-jelasnya. Sepertinya yang di-SMS belum puas dengan jawaban Qonita.
“Ya sudah, sekarang anti ke rumah saya. Saya sedang dalam perjalanan pulang. Sekitar 10 menit lagi sampai rumah.” SMS lanjutan dari seberang sana.
Sudah pukul setengah sembilan malam. Qonita segera beranjak dari duduknya. Segera mengambil jaket dan keluar dari kosnya. Bergegas. Malam sudah semakin larut. Tapi, ia ingin semua segera selesai. Dengan penuh keberanian, Qonita berjalan melewati gang-gang kecil dan sempat pula melewati kuburan. Tapi, semua itu tak menyurutkan nyalinya.
Sampai di rumah sang pengirim SMS tadi, ia mengetuk pintu. Salamnya dijawab sang pemilik rumah. Pintu rumah dibuka. Senyumpun beradu. Hanya saja senyum itu sempurna menyiratkan tanya.
Dialah murobbiyah Qonita. Seseorang yang membersamainya mengenal Islam lebih dekat. Seseorang yang setiap pekannya mencekoki Qonita dengan ramuan-ramuan penguat ruhiyahnya. Qonita diminta menuju ke lantai 2. Ke kamar murabbiyahnya. Akhirnya kedua pasang mata itu beradu.
“Mengapa?” tanya singkat Murabbiyahnya, Qonita sudah paham maksudnya.
Akhirnya Qonita menjelaskan alasan pembatalan ta’arufnya dengan seorang ikhwan yang telah mengajaknya menyempurnakan setengah dien. Padahal ta’aruf sudah diagendakan. Ahad, 6 Februari 2010. Keesokan harinya.
“Mengapa mendadak dibatalkan, ukh?” sebuah kalimat terpampang di layar ponselnya. Qonita pun membalas SMS itu panjang lebar, sejelas-jelasnya. Sepertinya yang di-SMS belum puas dengan jawaban Qonita.
“Ya sudah, sekarang anti ke rumah saya. Saya sedang dalam perjalanan pulang. Sekitar 10 menit lagi sampai rumah.” SMS lanjutan dari seberang sana.
Sudah pukul setengah sembilan malam. Qonita segera beranjak dari duduknya. Segera mengambil jaket dan keluar dari kosnya. Bergegas. Malam sudah semakin larut. Tapi, ia ingin semua segera selesai. Dengan penuh keberanian, Qonita berjalan melewati gang-gang kecil dan sempat pula melewati kuburan. Tapi, semua itu tak menyurutkan nyalinya.
Sampai di rumah sang pengirim SMS tadi, ia mengetuk pintu. Salamnya dijawab sang pemilik rumah. Pintu rumah dibuka. Senyumpun beradu. Hanya saja senyum itu sempurna menyiratkan tanya.
Dialah murobbiyah Qonita. Seseorang yang membersamainya mengenal Islam lebih dekat. Seseorang yang setiap pekannya mencekoki Qonita dengan ramuan-ramuan penguat ruhiyahnya. Qonita diminta menuju ke lantai 2. Ke kamar murabbiyahnya. Akhirnya kedua pasang mata itu beradu.
“Mengapa?” tanya singkat Murabbiyahnya, Qonita sudah paham maksudnya.
Akhirnya Qonita menjelaskan alasan pembatalan ta’arufnya dengan seorang ikhwan yang telah mengajaknya menyempurnakan setengah dien. Padahal ta’aruf sudah diagendakan. Ahad, 6 Februari 2010. Keesokan harinya.
Malam itu... dengan segenap keberanian, Qonita membatalkan rencana ta’arufnya. Qonita punya dua alasan kuat yang mendasari keberaniannya. Alhamdulillah, murabbiyahnya bisa menerima alasannya. Langsung pada malam itu, sang murabbiyah menghubungi murabbi sang ikhwan. Pihak ikhwan juga bisa menerima.
Apa alasan Qonita???
Insya Allah, jawabannya bisa ditemukan dalam kisah yang akan saya tulis, judulnya : “Pangeran Kunci Surga”.
***
Catatan di bawah ini layak untuk dijadikan renungan dan hikmah dari kisah di atas. Saya ambil dari sumber utama : http://www.voa-islam.com/ yang sudah saya revisi di beberapa bagian. Insya Allah tidak mengubah esensi. Mari merenung...
Untukmu ikhwan...
Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.
Untukmu ikhwan...
Relakah jika saudara perempuanmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan, bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main.
Untukmu ikhwan...
Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.
Untukmu ikhwan...
Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya.
Untukmu ikhwan...
Luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.
Wahai diriku dan saudariku...
Jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibawaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan merendahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.
Wahai diriku dan saudariku..
Terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya?
Wahai diriku dan saudariku..
Sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.
Wahai diriku dan saudariku..
Berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada pada dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak.
Wahai diriku dan saudariku..
Ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah.
***
Ketika diri mencari sinar
Secebis cahaya menerangi laluan
Ada kalanya langkahku tersasar
Tersungkur di lembah kegelapan
Bagaikan terdengar bisikan rindu
Mengalun kalimah menyapa keinsafan
Kehadiranmu menyentuh kalbu
Menyalakan obor pengharapan
Tika ku kealpaan
Kau bisikkan bicara keinsafan
Kau beri kekuatan, tika aku
Diuji dengan dugaan?
Saat ku kehilangan keyakinan
Kau nyalakan harapan
Saat ku meragukan keampunan Tuhan
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala
Menitis airmataku keharuan
Kepada sebuah pertemuan
Kehadiranmu mendamaikan
Hati yang dahulu keresahan
Cinta yang semakin kesamaran
Kau gilap cahaya kebahagiaan
Tulus keikhlasan menjadi ikatan
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan
Titisan air mata menyubur cinta
Dan rindu pun berbunga
Mekar tidak pernah layu
Damainya hati
Yang dulu resah keliru
Cintaku takkan pudar diuji dugaan
Mengharum dalam harapan
Moga kan kesampaian kepada Tuhan
Lantaran diri hamba kerdil dan hina
Syukur sungguh di hati ini
Dikurniakan teman sejati
Menunjuk jalan dekati-Nya
Tika diri dalam kebuntuan
Betapa aku menghargai
Kejujuran yang kau beri
Mengajarku mengenal arti
Cinta hakiki yang abadi
Tiada yang menjadi impian
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan
Yang terbias pada ketulusan
Sekeping hati seorang insan
Bernama teman
(Sebuah Pertemuan – UNIC)
REDZone, 5 Desember 2010_06.36
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya
Apa alasan Qonita???
Insya Allah, jawabannya bisa ditemukan dalam kisah yang akan saya tulis, judulnya : “Pangeran Kunci Surga”.
***
Catatan di bawah ini layak untuk dijadikan renungan dan hikmah dari kisah di atas. Saya ambil dari sumber utama : http://www.voa-islam.com/ yang sudah saya revisi di beberapa bagian. Insya Allah tidak mengubah esensi. Mari merenung...
Untukmu ikhwan...
Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.
Untukmu ikhwan...
Relakah jika saudara perempuanmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan, bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main.
Untukmu ikhwan...
Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.
Untukmu ikhwan...
Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya.
Untukmu ikhwan...
Luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.
Wahai diriku dan saudariku...
Jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibawaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan merendahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.
Wahai diriku dan saudariku..
Terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya?
Wahai diriku dan saudariku..
Sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.
Wahai diriku dan saudariku..
Berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada pada dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak.
Wahai diriku dan saudariku..
Ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah.
***
Ketika diri mencari sinar
Secebis cahaya menerangi laluan
Ada kalanya langkahku tersasar
Tersungkur di lembah kegelapan
Bagaikan terdengar bisikan rindu
Mengalun kalimah menyapa keinsafan
Kehadiranmu menyentuh kalbu
Menyalakan obor pengharapan
Tika ku kealpaan
Kau bisikkan bicara keinsafan
Kau beri kekuatan, tika aku
Diuji dengan dugaan?
Saat ku kehilangan keyakinan
Kau nyalakan harapan
Saat ku meragukan keampunan Tuhan
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala
Menitis airmataku keharuan
Kepada sebuah pertemuan
Kehadiranmu mendamaikan
Hati yang dahulu keresahan
Cinta yang semakin kesamaran
Kau gilap cahaya kebahagiaan
Tulus keikhlasan menjadi ikatan
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan
Titisan air mata menyubur cinta
Dan rindu pun berbunga
Mekar tidak pernah layu
Damainya hati
Yang dulu resah keliru
Cintaku takkan pudar diuji dugaan
Mengharum dalam harapan
Moga kan kesampaian kepada Tuhan
Lantaran diri hamba kerdil dan hina
Syukur sungguh di hati ini
Dikurniakan teman sejati
Menunjuk jalan dekati-Nya
Tika diri dalam kebuntuan
Betapa aku menghargai
Kejujuran yang kau beri
Mengajarku mengenal arti
Cinta hakiki yang abadi
Tiada yang menjadi impian
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan
Yang terbias pada ketulusan
Sekeping hati seorang insan
Bernama teman
(Sebuah Pertemuan – UNIC)
REDZone, 5 Desember 2010_06.36
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna