Direktorat Impor, selamat siang...”
Salah
satu aktivitasku di kantor adalah menjawab telepon yang sebagian besar
berasal dari pelaku usaha. Kebanyakan dari mereka menanyakan proses
perizinan yang sedang mereka ajukan atau menanyakan kebijakan di bidang
perdagangan yang tengah berlaku. Sebagai ‘civil servant’, inilah fungsi
kehumasan dan pelayanan yang sekaligus memberiku dua kesempatan besar,
yakni kesempatan untuk berinteraksi dengan para pelaku usaha (khususnya
importir) dan kesempatan untuk mengharuskan diri menguasai regulasi
bidang perdagangan (khususnya bidang impor) agar bisa menjawab setiap
pertanyaan yang masuk.
Seperti kemarin siang, saat sedang asyik berkutat dengan data
kepegawaian, telepon di ruang kerjaku berdering. Sebenarnya, yang
mengangkat telepon bisa siapa saja yang berada di ruang itu. Tapi
biasanya kami bergiliran mengangkatnya. Berhubung tak ada yang kunjung
mengangkat, akhirnya aku berdiri dan berjalan ke tempat telepon yang
berjarak satu meter dari tempat dudukku. Setelah menjawab pertanyaan
dari seberang yang ternyata menanyakan tentang perpanjangan sebuah
regulasi impor, eh gantian HP-ku yang berdering. Berawal 021...
Ternyata dari sebuah perusahaan obat yang cukup terkenal di negeri ini.
Ya, kebetulan aku juga mendapat amanah dari pimpinan untuk menghandle
beberapa perusahaan yang dokumennya belum lengkap saat mengajukan
permohonan dalam sebuah regulasi.. Puluhan perusahaan aku kirimi email
yang menyatakan dokumen apa yang masih kurang dan perlu dikirim
softcopy-nya. Nah, di email itu, tak lupa aku mencantumkan nomor HP-ku
sebagai contact person bagi perusahaan yang hendak bertanya atau
konfirmasi. Beberapa perusahaan langsung merespon email tersebut dan ada
beberapa yang meneleponku untuk konfirmasi. Termasuk perusahaan obat
itu.
Beliau menanyakan apakah dokumen yang dikirim sudah sesuai dengan
permintaan atau belum. Beliau juga minta penjelasan alur selanjutnya
setelah dokumen itu dikirim. Aku mencoba menjelaskan kepada beliau. Tak
kusangka, di akhir pembicaraan kami beliau berujar dengan kalimat yang
penuh nada keramahan, bahwa baru pertama kalinya (selama beliau
berinteraksi dengan instansi pemerintah), ada pemberitahuan secara rinci
lewat email dan menyertakan nomor HP sebagai contact person-nya. Beliau
sangat mengapresiasi kinerja ini.
Alhamdulillah... segala puji hanya tertuju pada-Nya!
Menghadapi pujian, aku langsung teringat halaman 169 kitab Al Hikam yang
aku baca tadi pagi. Pada halaman itu, Ibnu ‘Athaillah berujar :
“Ketika orang mukmin dipuji, ia malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya.
Kemudian dilanjutkan ulasan singkat oleh Imam Sibawaih El-Hasany sebagai berikut:
Biarkanlah orang terpesona oleh warna pelangi kesadaranmu, asal engkau
tetap melekat dengan langit-Nya. Setiap pujian yang datang kepadamu
adalah sebab orang melihat warna-Nya tercermin padamu. Jadi, anggaplah
itu sebagai cara mereka memuji-Nya melaluimu, bukan untukmu. Sebab,
tidak ada pujian yang layak diberikan kepada selain-Nya. Atau
perlakukanlah pujian orang kepadamu sebagai alat mengoreksi segala
bentuk kelemahan, kekurangan, aib, cela, dan sifat burukmu. Dengan
begitu, engkau akan senantiasa malu kepada-Nya sebab semua yang melekat
kepadamu. Berharaplah pujian-Nya kepadamu, sebab hanya pujian-Nya yang
bisa membuatmu tenteram. Jangan bersikap sok layak bila dosa atau
kesalahanmu masih banyak!
Paginya baca, siangnya mengalami. Semoga aku bisa mengambil banyak
hikmah dari sekelumit peristiwa ini. Jangan sampai pujian-pujian itu
menanamkan benih riya dalam diri. Astaghfirullah, semoga terhindar!
Jangan sampai mudah tersanjung, bisa tersandung lho. Ya, karena pujian
sejatinya adalah ujian.
REDZone, 16 Desember 2010. 03:12
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Daftar Tulisan
Motivasi
(343)
Coretan
(233)
Dunia Muslimah
(140)
Puisi
(114)
RomantiCouple
(82)
Artikel
(76)
Kepenulisan
(49)
Tips
(46)
FLP
(41)
Mutiara Kata
(41)
TraveLova
(35)
Catatan Mamiko
(25)
Dunia Parenting
(23)
Cerpen
(20)
Inspirasi Bisnis
(19)
Resensi Buku
(17)
Buku Aisya Avicenna
(13)
Dunia Anak
(13)
Flash Fiction
(9)
Resensi Film
(8)
Cerbung
(5)
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna