“Assalamu’alaikum. Ri, Wiwik opname di rumah sakit ya? Kok aku nggak dikasih tahu sih? Wah, sepertinya ada yang perlu dievaluasi dengan ukhuwah kita. Tega ya kamu nggak ngasih tahu aku, padahal kita kan sahabat dekat."
Kurang lebih begitulah SMS-ku pada seorang sahabat beberapa bulan yang lalu. Masih teringat dalam ingatan, waktu itu sampai di kost jam 20.00 lebih. Sampai di kost ada adik kost yang berujar kalau dia habis dari rumah sakit menengok Wiwik. Ternyata Wiwik dirawat di Rumah Sakit sejak kemarin karena kena Demam Berdarah. Wah, langsung teringat Nuri sahabat baikku yang juga sekantor dengan Wiwik dan satu kost sama aku. Mengapa Nuri tidak memberi tahu aku? Padahal kemarin aku juga menanyakan kondisi Wiwik. Tapi ia jawab, baik-baik saja kok! Awalnya kesal juga sih, tapi akhirnya ada ide terbersit. Hmm, saatnya manajemen konflik dipraktikkan! (baca : mau ngerjain Nuri.com)
Akhirnya malam itu juga aku SMS Nuri seperti di atas. Lamaaa, belum segera ada jawaban dari Nuri sampai akhirnya Nuri membalas. SMS balasannya berisi permintaan maaf. Hmm, nggak enak juga sih sebenarnya. Tapi, tidak ada salahnya menciptakan sedikit konflik dalam persahabatan kami. Aku hanya ingin merasakan, bagaimana kalau ada konflik di antara kami karena selama ini hubungan kami baik-baik saja.
Keesokan harinya, aku dan Nuri masih saling diam. Hingga sore harinya kami bertemu di rumah sakit saat menjenguk Wiwik. Nuri sudah tiba di rumah sakit lebih dulu dari aku karena habis Maghrib aku baru pulang dari kantor. Saat bertiga inilah, kami kembali cair. Nuri bahkan sengaja menungguku sampai di rumah sakit agar bisa pulang ke kost bersama. Sepulang dari rumah sakit, kami sudah kembali seperti biasa. Seolah tak ada konflik di antara kami. Ahh, indahnya persahabatan ini. ^^v
Tentang manajemen konflik, aku jadi teringat materi saat Diklat Prajabatan setahun yang lalu tentang “Membangun Kerjasama Tim”. Saat diklat itu, aku dikenal teman-teman sebagai salah seorang peserta yang sering membuat singkatan-singkatan atau rumus-rumus dalam setiap materi. Ehem! Termasuk dalam materi ini. Waktu itu aku juga mendapat kesempatan mempresentasikan materi ini di depan teman-teman. Salah satu point yang aku sampaikan adalah tentang cara menghadapi konflik, terlebih dalam sebuah tim. Konflik memang bisa terjadi dalam diri sendiri. Tapi yang aku bahas ini adalah konflik dalam tim.
Tim di sini banyak contohnya, misal dalam lingkungan kerja, dalam dunia kepenulisan (pengalaman pribadi nih!), dalam rumah tangga (suami-istri), dalam persahabatan, dalam olahraga, dll. Wajar adanya jika dalam satu tim sering terjadi perbedaan pendapat atau hal lainnya yang memicu lahirnya konflik. Konflik harus dihadapi, bukan dihindari karena kalau konflik dalam tim tidak segera diselesaikan maka akan menyebabkan perpecahan dalam tim tersebut. Konflik dapat dihadapi dengan “SENYUM”.
[S]adari dan akui adanya konflik.
Tanpa ada pengakuan dan kesadaran akan adanya konflik, maka masalah tidak akan terpecahkan. Tim yang efektif akan menyadari adanya konflik sejak dini sehingga tidak akan menjadi penghalang kinerja tim. Oleh karena itu dibutuhkan kepekaan dalam berinteraksi.
[E]valuasi kinerja tim dan identifikasi konflik
Lakukan evaluasi kinerja dan lakukan identifikasi akar masalah dari timbulnya konflik, apakah dari personal atau sistem.
[N]etral terhadap semua pendapat.
Lakukan sumbang saran. Libatkan semua tim untuk mengungkapkan pendapat dengan bersikap netral pada pendapat-pendaoat tersebut dan pada orang yang mengemukakannya.
[Y]akin bahwa konflik akan cepat selesai jika diselesaikan bersama.
Selesaikan konflik secara bersama, bisa dengan diskusi bersama secara terbuka.
[U]ntuk menemukan solusi, buat kesepakatan
Personel tim bekerja sama dan saling berlapang dada dalam mengambil setiap keputusan sebagai solusi konflik tersebut agar tidak melahirkan konflik baru.
[M]engkaji solusi
Mengkaji solusi sangat diperlukan untuk mengetahui efektivitas solusi yang diberikan tersebut. Kalau sekiranya solusi sebelumnya kurang tepat, bisa dilakukan kaji ulang untuk menemukan solusi lain yang lebih baik.
Semoga rumus “SENYUM” di atas bisa menjadi alternatif solusi dalam menghadapi konflik. Tidak ada salahnya jika kita menciptakan adanya konflik jika memang diniatkan sebagai sarana pembelajaran. Jujur, setelah ‘keusilan’-ku yang sempat melahirkan ‘pertengkaran kecil’ di atas, aku dan Nuri semakin akrab saja. Bisa dicoba! Tapi hati-hati juga ya... ^^v
Sedih bila kuingat pertengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini
Sobat rangkaian masa yang tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini
Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu
(Backsong : Pertengkaran Kecil_Edcoustic)
Jakarta, 070411_06:13
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna