NHW#3_Etika Suryandari_Depok
Alhamdulillah,
Penugasan NHW kali ini sangat istimewa. Di minggu ketiga ini, peserta Kelas Matrikulasi IIP mendapat penugasan
tentang membangun peradaban dari dalam rumah. Di bagian pertama, kami diminta
untuk menulis surat cinta kepada suami. Hihi,
sebenarnya sih saya dah beberapa kali nulis surat cinta ke suami, tapi demi
tugas ini saya buat dengan konten yang lebih spesial.
Yuk
ah, disimak aja hasil tugasnya
[SATU]
Tugas
IIP: Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang
menjadikan Anda memiliki “alasan kuat” bahwa dia layak menjadi ayah bagi
anak-anak Anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.
Berhubung tugasnya berdekatan dengan keberangkatan umroh, jadi saya nulis H-1 berangkat dan saya selesaikan dan serahkan ke suami saat berada di hotel Jiwar Tower, Makkah Al Mukaromah tepat saat kami hendak melaksanakan rangkaian umroh. Surat cinta saya agak ‘serius’, hihi.. karena berisi proposal hidup (impian-impian saya)... Surat tersebut dapat dibaca disini.
[DUA]
Tugas
IIP: Lihatlah anak-anak Anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka
masing-masing.
Berhubung belum dikaruniai momongan, jadi dilewatin aja ya.
[TIGA]
IIP:
Lihatlah diri Anda, silakan cari kekuatan potensi diri Anda. Kemudian tengok kembali
anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa Anda dihadirkan di
tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda
miliki.
Setelah
mengingat, menimbang, dan akhirnya memutuskan, hehe... saya memiliki potensi di
bidang menulis, public speaking,
bisnis, dan analisis (statistik). Potensi saya ini sangat mendukung aktivitas
saya sehari-hari, baik di dunia kerja, organisasi, maupun di lingkungan
masyarakat (baik di dunia nyata maupun maya. Hehe). Suami insya Allah juga
mendukung semua aktivitas tersebut, bahkan membantu untuk mengasah setiap
potensi saya. Suami saya seorang trainer/motivator, dulu sebelum menikah, dia
memiliki konsep naskah yang ingin diterbitkannya menjadi sebuah buku. Sayang,
suami sangat tahu bahwa dirinya belum piawai menulis. Setelah menikah dengan
saya –yang sedang terus belajar menjadi seorang penulis yang baik-, akhirnya
suami berhasil menerbitkan buku perdana. Dan kini sudah terbit 3 buah bukunya.
Sedangkan saya, sebelum menikah saya orangnya kurang percaya diri ketika harus
berbicara di depan umum. Akhirnya setelah menikah, saya belajar dari suami yang
seorang pembicara publik hingga akhirnya sekarang saya lebih percaya diri saat
menjadi pemateri atau moderator di suatu acara/training. Simbiosis mutualisme,
saling melengkapi, klop!
Hari
demi hari kami semakin yakin bahwa Allah menakdirkan kami sebagai jodoh, semoga
dunia akhirat. Dan harapannya tak hanya sekadar jadi pendamping di dunia, tapi
juga kekasih di surga. Aamiin.
[EMPAT]
Lihat
lingkungan di mana Anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan Anda?
apakah Anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga Anda dihadirkan di sini?
Saya
dan suami tinggal di sebuah rumah kontrakan di Pondok Cina, Depok sejak bulan Januari.
Ini adalah tempat tinggal saya yang kedua setelah menikah, sebelumnya kami
ngontrak di Matraman, Jakarta Timur selama 3 tahun. Alhamdulillah, jika
dibandingkan dengan saat masih di Jakarta, tinggal di Depok rasanya jauh lebih
nyaman dan tenang. Hehe.. Meskipun jarak dari rumah ke kantor tentunya makin
jauh. Sejak pindah ke Depok otomatis saya jadi sering naik KRL. Tak pernah saya
bayangkan sebelumnya kalau saya akan berdesak-desakan di KRL gerbong wanita
tiap hari saat berangkat dan pulang kerja. Tapi insya Allah semua saya nikmati
karena ini bagian dari perjuangan dan tarbiyah (pendidikan dari Allah).
Alhamdulillah,
kondisi di lingkungan rumah juga sangat kondusif. Saya tinggal di kompleks
kontrakan (mini cluster) dengan rumah sang pemiliknya juga berada dalam satu
kompleks. Jadi ada pintu gerbang utama di kompleks ini sehingga keamanan pun
terjamin, ditambah tiap malam ada seorang bapak yang ditugaskan juga untuk
berjaga di kompleks. Dengan tetangga di luar kompleks pun saya mencoba untuk
bersosialisasi setidaknya 3 rumah ke kanan dan 3 rumah ke kiri sudah mengenal
dengan baik. Dengan penjaga laundry, pemilik warung makan, saya pun mencoba
berinteraksi dengan baik.
Bahkan
sejak kami berada di situ banyak kucing yang berdatangan ke kompleks (padahal
sebelumnya tidak ada). Berdasarkan sebuah buku yang saya baca, kucing tahu
siapa manusia yang juga menyukai kucing. Kebetulan saya dan suami sama-sama
penyuka kucing. Saat pertama kali bertemu dengan para kucing, kami memberi
mereka makan. Hingga akhirnya mereka berulang kali datang ke rumah, tinggal di
halaman belakang dan beranak-pinak hingga sekarang.
Kami meyakini bahwa ini semua sudah
dituliskan Allah dengan sangat baik. Kami berada di lingkungan yang membuat
kami nyaman dan lebih tenang.
Mungkin ini dulu ya jawaban dari
tugas NHS#3 yang telat saya kumpulkan karena tepat saat saya berangkat umroh
kemarin.
Salam (Calon) Ibu Profesional,
Etika Aisya Avicenna
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna