Ketika kita sudah
mendeklarasikan diri untuk menjadi seorang penulis, akan banyak hal yang
dihadapi, baik kemudahan maupun kesulitan. Dalam menjalankan aktivitas menulis,
ada dua senjata penting yang harus dimiliki oleh seorang penulis,yaitu sabar dan syukur.
Dari Suhaib r.a., bahwa
Rasulullah saw. bersabda,“Sungguh
menakjubkan perkara orang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya.
Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin;
yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim).
Pada
kesempatan kali ini, kita akan sedikit berbagi tentang hakikat sabar yang harus
dimiliki oleh seorang penulis.
Secara
etimologi, sabar (ash-shabr)
berarti menahan (al-habs).
Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu
atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah SWT.
Menurut
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sabar merupakan budi pekerti yang bisa dibentuk oleh
seseorang dalam menahan nafsu, menahan sedih, menahan jiwa dari kemarahan,
menahan lidah dari merintih kesakitan, serta menahan anggota badan dari
melakukan yang tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati terhadap takdir dan
hukum-hukum syariat.
Secara
umum sabar terbagi ke dalam tiga tingkatan.
1. Sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan,
seperti musibah, bencana, atau kesulitan.
2. Sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat.
3. Sabar dalam menjalankan ketaatan
Pada
kesempatan ini kita akan kupas tentang sabar pada point pertama terlebih
dahulu, yakni sabar
dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, seperti musibah, bencana, atau
kesulitan.
Pada
zaman dahulu telah dicontohkan kesabaran yang begitu indah dari diri Nabi Ayyub
a.s. Beliau diuji Allah SWT dengan sakit yang tak kunjung sembuh, kehilangan
harta benda, anak-anaknya meninggal, dan sang istri yang awalnya begitu setia
kemudian meninggalkannya setelah terbujuk rayuan setan. Iblis laknatullah
begitu gigih menggoda Nabi Ayyub a.s. agar goyah imannya. Namun, Nabi Ayyub a.s
begitu sabar dan tegar menjalani ujian yang Allah SWT berikan. Hingga akhirnya
Nabi Ayyub a.s. lulus dari ujiannya.
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad : 44)
Sebagai
seorang penulis, tak jarang akan menghadapi kesulitan dalam menghasilkan karya.
Dibutuhkan kesabaran ekstra sampai tulisan benar-benar selesai dan layak untuk
dinikmati pembaca. Latihan yang rutin, konsisten, dan pantang mengeluh juga
butuh kesabaran. Untuk menghasilkan karya yang luar biasa memang membutuhkan
usaha yang juga luar biasa.
Saat
tulisan sudah jadi, tiba-tiba Allah SWT berikan ujian, misalnya berupa
kehilangan laptop, padahal hampir semua tulisan kita ada di dalamnya.
Sabar! Innalillahi wa
inna ilaihi roji’uun… Selalu positive thinking atas setiap
skenario-Nya. Allah SWT tidak pernah membebani seorang hamba -termasuk penulis-
di luar batas kemampuannya. Jangan menyerah! Tulis lagi dan lagi!
Perlu
kesabaran juga saat menanti konfirmasi dari penerbit atas naskah yang telah
kita kirimkan. Resah, galau, marah, dan aneka rasa dalam hati mungkin
menghantui diri. Tetapi, jadikan sabar sebagai sahabat terbaik dalam setiap
penantian. Akan butuh kesabaran lagi ketika ternyata tulisan kita ditolak atau
tidak layak diterbitkan. Padahal bisa jadi itu penolakan kesekian kalinya.
Sedih? Tentu saja! Tapi, harus segera move
on ya! Kita harus bisa belajar dari kegagalan.
Saat
naskah sudah diterbitkan dalam bentuk buku, ternyata penerbit tak kunjung
membayar hak kita sebagai penulis. Royalti yang dijanjikan belum jua menambah
nominal rekening pribadi kita. Lagi-lagi kita harus belajar sabar! Kembali
luruskan niat. Kita niatkan menulis hanya untuk mendapat ridha Allah SWT,
royalti itu bonus! Kalau memang datangnya terlambat, komunikasikan kepada pihak penerbit.
Ada
sebuah kasus terkait pemberian royalti yang dialami seorang penulis. Di tengah
perjalanan, ternyata penerbit tidak memberikan royalti sesuai dengan jumlah
yang disepakati dalam kontrak penerbitan. Apa sang penulis akan marah? Mungkin!
Tapi, apakah marah akan menjadi solusi? Sepertinya tidak! Jika mengalami hal
seperti ini, kuncinya sabar menahan diri agar tidak emosi, kemudian
konfirmasikan dengan baik kepadapihak penerbit. Insya Allah beres! Dalam QS.
Al-Baqarah ayat 153 Allah SWT berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.”
Ketika
tulisan sudah dipublikasikan dalam bentuk buku, tapi ternyata kurang begitu
laku di pasaran, apa yang harus dilakukan? Sabar lagi?! Iya dong! Sabar bukan
berarti pasrah tanpa usaha. Saat mengetahui buku kita kurang bagus
penjualannya, maka kita harus lakukan evaluasi. Apa ya yang salah atau kurang?
Mungkin dari segi marketingnya, ternyata kita belum melakukan promosi dengan
baik. Mungkin dari segi waktu terbitnya, ternyata tidak sesuai momentum.
Setelah tahu apa sebabnya, selanjutnya lakukan perbaikan.
Tatkala
tulisan sudah diterbitkan dalam bentuk buku dan royalti sudah mengalir lancar,
tiba-tiba mendapat kritik tajam dari pembaca, maka sekali lagi yang harus
dilakukan seorang penulis adalah bersabar. Kritik seperti dua sisi mata uang,
ada yang bersifat membangun danada yang menghancurkan. Pasang filter dalam
diri, hargai setiap kritik, dan jadikan kritik sebagai pemantik untuk lebih
baik. Jangan sampai kita menjadi penulis yang anti terhadap kritik. Ada kritik,
langsung ditampik. Padahal bisa jadi kritik itulah akan menjadi ‘bahan’ untuk
karya ‘masterpiece’
kita selanjutnya.
Menjadi
penulis harus mempunyai stok sabar yang tidak sedikit. Apalagi jika menghadapi
masa-masa sulit dalam perjuangan merangkai karya. Jangan menyerah! Sesungguhnya
Allah SWT bersama orang-orang (termasuk penulis) yang sabar. Kuatkan keyakinan
bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang menyertainya.
Aisya Avicenna (AA)
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
#BloggerMuslimahIndonesia
Gak ada cela untuk dikomentarin. Bagus kak, sangat menginspirasi 😊😊
BalasHapus