"Yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri.
Yang paling layak untuk dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri.”
Itulah sepenggal kalimat yang Fahri (Fedi Nuril) sampaikan saat debat ilmiah tentang konflik di Timur Tengah yang berlangsung di Universitas Edinburg. Kalimat apik tersebut berasal dari pemikiran Syekh Badiuzzaman Said Nursi, seorang ulama Turki. Debat ini menjadi salah satu scene paling menarik bagi saya karena apa yang Fahri sampaikan mampu meluruskan pandangan tentang Islam bagi seluruh peserta yang hadir.
Akhir tahun 2015 lalu alhamdulillah saya rampung membaca novel Ayat-Ayat Cinta 2 (AAC 2) karya Habiburahman el-Shirazy. Novel terbitan Republika setebal 697 halaman tersebut sangat nikmat untuk dibaca. Asyik, padat, dan berisi. Benar-benar sebuah novel pembangun jiwa.
Ketika novel tersebut disajikan dalam bentuk film, apalagi sudah jeda 8 tahun setelah film Ayat-Ayat Cinta 1 tentu akan berbeda cara menikmati kisahnya. Saya mencoba melepas diri dari segala ekspektasi tinggi bahwa film akan ‘sesempurna’ novelnya, tapi setelah menonton filmnya saya mendapatkan banyak pembelajaran yang menjadi inspirasi. Bisa dibilang inilah film pembangun jiwa.
Eh kok prolognya serius amat yak! Alhamdulillah saya bisa menyaksikan film AAC 2 di hari pertama tayang reguler, 21 Desember 2017 di CGV Dmall Depok. Bersama suami tercinta tentunya. Bioskop cukup rame hari itu karena sudah musim libur, antrian beli tiket pun panjang. Harap-harap cemas juga takut nggak kebagian tiket AAC 2, karena sebenarnya sudah mencoba beli online tapi sepertinya lagi error, alhamdulillah dapat juga tiketnya!
Untuk kisah lengkapnya silakan nonton sendiri lah ya. Saya mau kasih tahu aja kalau Sahabat bakal baper saat nonton film ini. Setidaknya ada 7 penyebab saya baper saat nonton AAC 2:
1. Palestina
Suasana Palestina yang tengah dibombardir Israel digambarkan dalam pembukaan film ini. Yang pernah lihat trailler film AAC 2 ini pasti juga sudah tahu ya saat Aisha terjatuh pasca ledakan bom di dekatnya. Ah, baru awal tayang saja dah bikin butiran bening jatuh dari mata.
Pada pertengahan film pun ada kisah kebiadaban tentara Israel yang menyiksa para tawanan. Dalam debat ilmiah sebagai jawaban atas tantangan Baruch, tetangga Fahri yang juga seorang Yahudi, Fahri menyampaikan juga tentang Palestina.
AAC 2 ini merupakan film kedua -yang pernah saya tonton- yang berani menyampaikan narasi tentang Palestina, sebelumnya film Ketika Mas Gagah Pergi (telah tayang Desember 2016). Jadi pas banget dengan suasana saat ini yang lagi ramai akibat lontaran pernyataan Trump yang secara sepihak bilang bahwa Yerussalem adalah ibukota Israel. Sebagai alumni #AksiBelaPalestina pasti akan baper melihat kebiadaban Israel yang digambarkan dalam film ini.
2. Indahnya Keberagaman
Fahri mengatakan pada Misbah (Arie Untung) dan Hulusi (Panji Pragiwaksono) bahwa salah satu alasan Fahri tinggal di daerah Edinburg khususnya di rumah tempatnya tinggal adalah karena keberagaman yang ada. Tetangganya ada yang beragama -mungkin- Kristen/Katholik (keluarga Keira), ada yang Yahudi (keluarga nenek Catharina), dan bertingkah hedon (Brenda).
Paling baper saat Fahri mengatakan bahwa Pancasila itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya) dan Bhinneka Tunggal Ika ada di mana-mana. Fahri membuktikan nilai-nilai Pancasila itu dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
3. Kesetiaan Fahri
Kalau pada AAC 1 berisi kegalauan Fahri sebelum menikah, Fahri yang disukai banyak wanita, hingga akhirnya menikah dengan Aisha dan kemudian menikah lagi dengan Maria -hingga Maria meninggal-, di AAC 2 ini juga berkisah tentang kegalauan Fahri yang ‘kehilangan’ Aisha saat istrinya itu ikut menjadi relawan ke Palestina.
Lagi-lagi di AAC 2 Fahri menjadi rebutan para wanita karena ‘kesempurnaan’ yang dimilikinya. Fahri memang tak hanya shalih dan tampan secara fisik tapi juga berilmu, plus kaya raya. Beberapa wanita yang berusaha mendekati Fahri, ditolaknya dengan elegan karena Fahri berusaha untuk setia dengan Aisha. Munculnya Sabina (Dewi Sandra) , seorang muslimah buruk rupa yang kewarganegaraannya tidak jelas menambah deret kisah baru dalam kehidupan Fahri. Lagi-lagi bak seorang malaikat, Fahri membantunya. Meski pada akhirnya Fahri jatuh cinta pada Hulya (Tatjana Saphira) tapi bukan berarti Fahri tidak setia. Ia tetap melewati fase kegalauan karena menghadapi kenyataan bahwa Aisha sudah ‘tidak ada’.
4. Kedahsyatan Cinta Aisha
Aisha yang menjadi relawan di Palestina sempat mengalami hal paling mengerikan yang hampir merenggut kehormatannya. Tapi ia berusaha menjaga diri dengan luar biasa. Itulah bukti kecintaannya pada Allah Swt sebagai seorang muslimah salehah. Seperti dalam AAC 1 yang rela berbagi cinta dengan seorang Kristen Koptik (Maria), di AAC 2 ini Aisha kembali diuji kesetiaan dan kebesaran cintanya. Hiks, paling baper saat Aisha mengungkapkan kesedihannya dalam alunan biola yang dimainkannya dengan penuh emosi.
5. Semangat 3B
Fahri digambarkan sebagai sosok Profesor yang juga punya banyak bisnis sebagai ‘warisan’ dari istrinya, plus sosok yang gemar berbagi. Duh, paling baper saat melihat Fahri sangat intim dengan buku-buku tebalnya, duduk serius di perpus, dan berdialog dengan kata-kata yang sarat ilmu. Bikin saya dan suami semakin semangat untuk lanjut studi S3. Selain itu, dengan mudahnya Fahri mengeluarkan banyak uang dan melakukan banyak hal untuk tetangganya. Fahri mencontohkan, jadi muslim itu harus berilmu dan mandiri finansial, kaya agar berdaya dan makin bermanfaat untuk ummat. Berilmu, berbisnis, berbagi. Noted!
6. Inggris yang Manis
Latar tempat di Inggris dan Skotlandia membuat film ini sangat romantis. Hihi langsung teringat punya impian bisa ke Inggris trus foto senderan di jam gadang eh jam Big Ben ini. Wkwk..
insya Allah bisa lah foto gaya ala Garfield ini di Inggris |
Maaf kebaperannya kocak gini. Tapi memang sih ya, suasana di Inggris begitu indah, pasti orang Indonesia yang pernah sekolah atau tinggal di sana bakalan baper parah pas lihat AAC2 ini.
7. Wardrobe Kece
Sejak Fahri pertama muncul dalam AAC 2 saat ia menjadi dosen pengganti Profesor Charlotte, jas yang dikenakannya cukup menjadi perhatian saya. Ternyata suami saya juga memerhatikan penampilan Fahri. Ditambah coat-coat kece yang dipakai pemain wanitanya. Semuanya kece badai, jadi teringat barang dagangan saya, coat-coat kece Supertwin Shop (gak usah dibuka, tar malah makin baper).
Ini ambil dari trailer tapi di film lebih banyak yang lebih keren |
Itulah 7 kebaperan yang saya rasakan. Memang sih dari awal film ini terkesan ‘flat’ atau datar tanpa konflik besar yang terjadi tapi tetap saja ada 5 scene yang membuat saya menangis. Pertama, saat scene tentang kondisi Palestina. Kedua, saat Fahri menolong Keira dengan sangat elegan. Ketiga, ketika Aisha menyaksikan pernikahan ketiga Fahri (maaf, spoiler dikit). Keempat, waktu Aisha berusaha menyelamatkan kehormatannya. Kelima, saat Fahri mengadzani baby boy-nya. Langsung bervisualisasi saat si Kaka yang adzanin baby kembar kami nanti, Insya Allah.. aamiin...
Sayangnya, ada beberapa keanehan dalam film yang disutradarai Guntur Soeharjanto ini di antaranya:
1. Posisi perut buncit Hulya yang lagi hamil, ‘bantal’ atau ‘sumpalan’ di perutnya tampak terlalu atas sampai dada. Hehe... trus pas hamilnya dah besar dia bisa lari mengejar Keira dengan sangat mudah, tidak terlihat susah gerak karena lagi hamil.
2. Diskusi ilmiah yang terkesan tidak ilmiah, karena justru lebih menonjolkan sisi emosialnya. Tapi bagian opening dari Fahri cukup dapet siiih...
3. Ending yang ‘wagu’ karena justru melahirkan pertanyaan bagi saya, “emang bisa ya? Mosok kayak gitu sih? Dalam Islam diperbolehkan?” (untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sepertinya saya harus mencari jawaban ke orang yang lebih paham ilmunya).
Begitulah sedikit review film AAC 2 versi saya. Untuk penilaian ini yak
1. Tokoh : 9 dari 10 (suka banget sama akting Keira, plus akting kocak Hulusi dan Misbah)
2. Setting : 8,5 dari 10 (suka banget dengan pemandangan alamnya)
3. Alur cerita : 8 dari 10 (agak datar sih ya. Banyak konflik sih cuma tidak ada yang nendang banget)
Okey.. selamat liburan dan tetap dukung film baik karya anak bangsa!
Salam,
Aisya Avicenna
- hanya seorang penikmat film
Mbak, jd Aisha nya meninggal?
BalasHapusDuh pingin nonton, tapi kayaknya lebih nikmat baca novel ya.. Tp yg kurang sukanya itu, fahri lahir dgn sosok ideal, dikerumuti byk cewek, trus jatuh cinta sama cewe lain.. Huhu kayak film surga***** dirindukan 2, rada kesel endingnya 😂😂
Hehehe.. Nonton aja mbaaaak.
HapusIkut komen ah...hehe ��
BalasHapusUlasannya detail dan rinci jeng �� (khas Supertwin) ��
Ada bbrp kebaperan yg sama aq alami juga hahaha... No.1 setuju bgt, No.4 luar biasa No.6 jadi lsg ngebayangin owner #supertwinshop pose ky garfield raksasa ituh ��✌ tp setuju keindahan kota nya bikin mupeng sekolah disana ya bu... No.7 koleksi #supertwinshop gak kalah kece kok...utk keanehan2 aq setuju bgt sm dikau jeng...xixixi sempet ngikik pas liat perutnya Hulya,trus expectasiku debatnya itu di auditorium/hall yg gede n yg hadir profesor2/dosen2/pakar2 dll lah ��
Hhmm tentunya film mmg jauh dr sesempurna novelnya yaa...tp aq ngrasa sayang bgt bbrp adegan yg gak dimasukin ke film hehe �� intinya klo aq pribadi masih lebih suka AAC 1 utk filmnya, lebih menguras emosi.
Wes ah...tll panjang komennya...
Sukses terus yaa jeng ticko...wanita multitalent salah satu inspirator saya �� wassalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokah...aamiin
Wkwkwk... pokoknya yg ala Garfield itu yang bapernya parah. (ala aku)
HapusPenasaran euy sama endingnya. Kira-kira sama dengan novelnya nggak ya? Eh tapi aku novelnya juga belum baca ding. Heu
BalasHapusHihi novelnya kece badaiiii...
HapusYa Allah jadi pingin segera nonton.. ini agenda masih full banget.. hiks..
BalasHapussemoga dimudahkan segala agendanya cikgu
HapusKayaknya seru banget nih... aku belum sempet nonton sih, makin penasaran aja nih...Rencananya temen-temen FLP Bengkulu mau ngadain nobar nih... rasa penasaranku akan terjawab ^^
BalasHapusDah jadi nonton mbak?
Hapusini nyang punya mblog bukan aisyahnya fahri kan yak :v
BalasHapusini Aisya-nya Febri hehehe
HapusUdah dluan baca novelnya tp blum sempat nonton filmnya brhubung di Banda Aceh blum ad bioskop mbak. Smga bsa sgera nonton.
BalasHapusWww.rahmataulia.con
aamiin.. semoga segera nonton yaaaa
Hapustapi banyak yg bilang lebih seru yang pertama ya, mbak?
BalasHapusAku sampai ngebayangin kapan bisa ke inggris yak, menyentuh dan menghirup aroma buku buku klasik yg ada di perpus univ edinburg itu, masyaAllah ^^
BalasHapusFilm ini mengajarkan sy utk lebih banyak berbuat baik kepada siapapun dengan kebaikan yg tulus.
BalasHapusAgak herannya kenapa setiap istri kedua atau istri ketiga Fahri selalu meninggal... Hehehe. Mungkin itu cara Allah ngasih anak buat mereka, lewat Hulya.
Sama mb, utk bagian operasi plastiknya agak bingung juga emang boleh ya? Trus juga pas aisha menyiksa diri sendiri, apa gak berlebihan ya? Kalo aku kok gak sanggup, lebih baik berdoa aja yg khusyu', gak usah melukai diri.
Anyway jd lebih termotivasi utk banyak berbuat baik��
Film ini mengajarkan sy utk lebih banyak berbuat baik kepada siapapun dengan kebaikan yg tulus.
BalasHapusAgak herannya kenapa setiap istri kedua atau istri ketiga Fahri selalu meninggal... Hehehe. Mungkin itu cara Allah ngasih anak buat mereka, lewat Hulya.
Sama mb, utk bagian operasi plastiknya agak bingung juga emang boleh ya? Trus juga pas aisha menyiksa diri sendiri, apa gak berlebihan ya? Kalo aku kok gak sanggup, lebih baik berdoa aja yg khusyu', gak usah melukai diri.
Anyway jd lebih termotivasi utk banyak berbuat baik😊
mantaaaap yak
Hapus