Puluhan perjalanan ini
berawal ketika kesempatan untuk menjadi seorang statistisi hadir tak sampai 1
bulan setelah wisuda, ketika saya resmi menjadi alumni jurusan Matematika FMIPA
UNS. Tepat 2 hari sebelum pendaftaran ditutup, saya mencoba ikut tes CPNS.
Pada Oktober 2009,
dengan mengantongi restu orang tua, saya berangkat ke Jakarta dengan naik bus.
Itulah pengalaman pertama saya berpetualang ke ibukota. Masih teringat wajah
khawatir almarhum ayah saat melepas kepergian saya dari Terminal Wonogiri.
Waktu itu saya berangkat bersama sahabat saya yang kuliah di Jakarta.
Setelah melewati
serangkaian tes yang sangat menantang dan menegangkan, akhirnya saya dinyatakan
lolos menjadi CPNS dengan menempati formasi sebagai calon statistisi.
Alhamdulillah, sebuah impian yang menjadi nyata.
Pada awal Desember
2009, secara resmi saya mulai hijrah dan bekerja di Jakarta. Suatu ketika saat
perjalanan pulang menuju kos, saya melihat pesawat terbang dari balik jendela
angkot. Tercetus harap sambil menyunggingkan senyum optimis, "Insya Allah
sebentar lagi bisa naik pesawat."
Lulus kuliah langsung
dapat kerja membuat saya harus beradaptasi dengan cepat. Terlebih di lingkungan
yang sangat asing bagi saya dengan suasana khas kota metropolitan.
Alhamdulillah, saya bersyukur dikelilingi orang baik. Bahkan pimpinan saya,
sebut saja namanya Pak Indra, sering diskusi dan memberikan motivasi pada saya
dan beberapa kawan yang menjadi pegawai baru.
Pada pertengahan 2010,
ada seorang ibu, sebut saja Bu Tuti, yang pensiun dan akhirnya pindah ke Jogja.
Bu Tuti sudah saya anggap seperti nenek sendiri, karena memang saya seusia cucu
pertama beliau. Oh iya, di ruangan ada 10 orang pegawai. Pak Indra inisiatif
mengajak kami untuk silaturahim ke rumah Bu Tutik di Jogja sekaligus piknik
seruangan. Semua biaya untuk pegawai baru ditanggung Pak Indra. Alhamdulillah,
gratisan euy. Deg-degan, akhirnya akan naik pesawat untuk pertama kalinya.
Jumat sore itu, saya
tidak pulang ke kos tapi ikut rombongan seruangan ke bandara Soekarno Hatta.
Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di bandara terbesar di Indonesia
itu. Saya dan rombongan naik pesawat Batavia Air.
Sesampai di bandara,
saya mengikuti rombongan untuk check-in di counter maskapai. Setelah menerima
boarding pass, kami menuju ruang tunggu. Hmm, makin dag dig dug rasanya.
"Bagaimana ya rasanya naik pesawat? Bagaimana ya rasanya berada di
ketinggian puluhan ribu kaki?"
Tibalah waktu
boarding, kami beriringan masuk ke dalam pesawat dan menempati kursi sesuai
nomor yang tertera pada boarding pass. Saya duduk di lorong (aisle) dan
berseberangan dengan Pak Ade, rekan kerja yang super humoris.
"Eh Tik, akhirnya
lo ngerasain naik pesawat juga ya?" Pak Ade meledek dengan senyum
lebarnya.
"Iya, Pak.
Alhamdulillah..." jawab saya.
"Eh, jangan lupa
tuh pasang sabuk pengaman lo. Gini nih caranya!" kata Pak Ade sambil
mengajari saya cara memakai sabuk pengaman.
Saat paling
menegangkan pun tiba. Pesawat mulai bergerak perlahan, kemudian cepat, dan
akhirnya lepas landas. Saat proses take off ini rasanya deg-degan luar biasa.
Saya merapal sebanyak-banyak doa.
Ketika pesawat sudah
tenang berada di ketinggian, masya Allah.. saya takjub melihat pemandangan dari
jendela. Ada awan berbaris rapi berlatar langit yang berwarna jingga. Tak
terasa hampir 1 jam burung besi ini membawa saya dan rombongan menuju Jogja.
Meski sesekali ada guncangan ringan saat menembus awan, tapi pengalaman pertama
naik pesawat ini begitu berkesan.
Ketika hendak mendarat, rasa cemas
kembali hadir. Tangan sampai berkeringat dingin. Alhamdulillah pendaratan
berjalan dengan mulus.
Saat pesawat sudah
berhenti di terminal kedatangan, semua penumpang dipersilakan untuk keluar
secara tertib. Namun, ketika hendak berdiri, tiba-tiba saya terjerembab duduk
kembali. Ya ampun, saya lupa melepas sabuk pengaman.
“Hahaha, baru pertama
kali naik pesawat yaaa," kata Pak Indra meledek. Ternyata beliau sudah
berdiri di dekat kursi saya.
"Hihi, iya Pak.
Maklum," jawab saya sambil tersenyum malu.
Begitulah pengalaman
pertama saya naik pesawat. Tentu teman-teman juga punya pengalaman seru saat
pertama kali terbang dengan burung besi. Pastinya asyik ya untuk dikenang.
Ada pelajaran di setiap perjalanan. Saat naik pesawat, kita tidak mengetahui pilotnya. Tapi kita merasa tenang dalam menikmati perjalanan di udara. Kita yakin bahwa pilot akan mengemudikan pesawat dengan baik dan berusaha membuat perjalanan aman serta nyaman sehingga semua penumpang mendarat dengan selamat di bandara tujuan. Seharusnya kita juga seperti itu saat menjalani kehidupan ini.
Kehidupan kita sudah
diatur dengan sangat tepat dan terbaik oleh Allah, seharusnya kita tak perlu
resah dalam melakoni setiap skenario kehidupan ini. Tugas kita hanya taat dalam
menjalankan semua prosedur yang telah Allah tetapkan serta melipatgandakan
keyakinan bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah sebaik-baik
ketetapan dari-Nya.
pengalaman pertama selalu menyimpan cerita menarik didalamnya. sudah coba naik pesawat di kala pandemi? pasti seru juga.
BalasHapusJadi keinget pengalaman pertama waktu naik pesawat juga. Dulu kemana-mana seringnya juga naik mobil, baik lintas pulau pun naik mobil karena Ayah kebetulan suka untuk mengendarai sendiri. Tapi, namanya umur yang makin tua jadi makin gak kuat deh dan mulai naik pesawat. Dulu awalnya kagok banget tapi karena ada orang tua gak jadi masalah. Tapi, pas kuliah mulai apa2 sendiri. Apalagi dulu harus transit ke Jakarta karena gak ada pesawat langsung dan inget banget bingung harus kemana dan muter-muter sendiri karena gatau harus apa 😆
BalasHapusWahh, menarik sekali cerita awal naik pesawatnya kak. Btw, Ada perasaan deg2an engga kak saat pertama kali naik pesawat? Hehe
BalasHapusKisah yg mengispirasi mbak, semoga kisah mbak bisa menular kesaya yg lg berjuang cpns 😂🙏
BalasHapusBermabfaat, saya kapan ya bisa naik pesawat. Moga sekampean kaya mbak nya
BalasHapusMasyaAllah, saya baca ikut merasakan juga teh. hihi.
BalasHapusMudah-mudahan ya Mila juga bisa merasakan naik pesawat. Mila ingin ek Sulawesi Tengah (tepatnya di kota Palu) mengunjungi bibi kami.
Jadi ingat juga nih, sama pengalaman naik pesawat. Memang itu kali kedua saya naik pesawat, dan saya baru bisa menikmati suasana di pesawat. Sebelumnya tegang banget, karena saya takut ketinggian. Ketika saya tidur, pesawatnya udah mau landing, nah tuh kan getarannya kenceng banget, saya spontas berdzikir dan istighfar yang keras. Abis tu ditepuk-tepuk sama mbak mbak bule di sebelah, huft, saya kira tu pesawat kenapa-napa, taunya cuma mau landing.
BalasHapus