Sebelum berpetualang lebih jauh lagi, saya ingin berkisah tentang kota kelahiran tercinta. Tentu jejak pertama saya berawal dari tempat di mana saya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua tercinta. Saya dilahirkan kembar pada tanggal 2 bulan 2 dan menjadi anak ke-2. Kelahiran kembar ini disambut penuh suka cita oleh keluarga besar kami, karena kalau ditelusur, belum ada garis keturunan kembar dalam keluarga. Babe (allahu yarham) hampir pingsan saat melihat dua putri kembarnya yang baru lahir. Beliau sangat haru bercampur takjub karena memiliki 2 putri sekaligus.
Masa kecil hingga kelas 3 SMA saya habiskan di kota kelahiran tercinta, Wonogiri. Alhamdulillah, saya bersyukur berada di lingkungan keluarga yang harmonis. Ada Babe yang super bijak dan humoris, Ibuk yang super baik dan sabar, abang saya yang sangat penyayang, dan saudari kembar yang kompak. Saya dan saudari kembar saya menyebut rumah kami dengan "Istana 5 Cinta" karena terdiri dari 5 anggota keluarga yang insya Allah selalu kompak dan penuh cinta.
Salah satu kebiasaan keluarga kami di waktu malam adalah menggelar tikar di halaman depan rumah, menatap dewi malam dan ribuan bintang di langit, bercengkerama sambil mendengarkan Babe bercerita. Sesekali bersorak saat melihat bintang jatuh atau kunang-kunang yang terbang melintas.
Wonogiri berasal dari kata "wana" yang berarti hutan dan "giri" yang berarti gunung. Memang benar sih banyak hutan dan gunung di kota yang punya jargon "SUKSES" itu. Pada 19 Mei 2021 lalu, Wonogiri genap berusia 280 tahun. Usianya hampir 3 abad ternyata. Konon Wonogiri didirikan oleh Raden Mas Said atau dikenal dengan Pangeran Samber Nyowo.
Kalau berkunjung ke Wonogiri, jangan lupa singgah ke tempat wisatanya. Waduk Gajah Mungkur adalah salah satu tempat wisata sekaligus icon Wonogiri. Selain itu, ada Pantai Nampu dan Pantai Sembukan di Kecamatan Paranggupito; Soko Gunung, Watu Cenik, Puncak Joglo sebagai lokasi tinggal landas gantole yang berlokasi di Desa Sendang Kecamatan Wonogiri, situs bersejarah Kahyangan di Kecamatan Tirtomoyo, Museum Wayang di Kecamatan Wuryantoro, dan Museum Karst di Kecamatan Pracimantoro.
Saat ini juga banyak bermunculan tempat wisata baru yang cocok untuk berswafoto seperti Kampung Bali, Bukit Cumbri, Telaga Rowo, dan lainnya. Beberapa tempat wisata baru itu belum saya kunjungi. Oh iya, ada satu tempat bersejarah bagi saya yakni Masjid Agung At-Taqwa Wonogiri. Selain tempat saya wisuda Alquran saat TK, tempat kajian agama saat sekolah, juga tempat saya dan suami melangsungkan akad nikah.
Wonogiri sangat terkenal dengan bakso dan mi ayam yang enak. Bahkan tiap saya berkunjung ke berbagai daerah, sering saya jumpai warung bakso asli Wonogiri. Orang Wonogiri yang merantau biasanya memang berjualan bakso, mi ayam, atau jamu. Makanan khas Wonogiri lainnya yang saya suka adalah nasi tiwul, cabuk, oseng cabai hijau, jangan lombok, pindang ceprot, dan lainnya. Kalau camilan favorit yakni mete Wonogiri. Alhamdulillah, sejak 2016 saya juga ikut berjualan mete Wonogiri yang selalu laris manis saat hari raya.
Kalau tempat kuliner favorit yang saya suka di Wonogiri dan selalu diagendakan ke situ saat mudik antara lain: Nila Bakar Pak Glindhing, Bakso Titoti, Bakso Bagong, Capcay Pak Pudjo, Sate Ayam Pak Kabul, Sate Kambing Pak Jaman, Pindang Ceprot Mbah Sinem, Lontong Opor Mbah Beth, dan masih banyak lagi. Masya Allah, jadi pengin mudik dan jajan semuanya.
Atas doa dan dukungan penuh dari keluarga, saya hijrah meninggalkan Wonogiri untuk merantau ke ibukota sampai sekarang. Meski sudah menikah, pindah domisili di Bogor, ber-KTP Lahat Sumatera Selatan karena ikut suami, tapi Wonogiri akan selalu istimewa di hati.
Sejauh kaki melangkah, sebanyak apapun tempat yang dijelajah, tujuan terindah tetap kembali ke rumah.
Meski jauh di mata, insya Allah selalu dekat di doa, dan selalu berusaha memberikan kontribusi -meskipun sedikit- untuk kota kelahiran tercinta.
setuju mbak, tempat paling ngangenin adalah di rumah bersama orang2 yang membesarkan kita.
BalasHapusPerjalanan hidup yang menyenangkan akan menghadapi kehidupan dengan tegar. Semoga perjalanan ke depan terus dihadapi dengan menyenangkan dan penuh dengan kenangan kota masa kecil.
BalasHapusKota kelahiran memang akan selalu terkenang di hati, dan seakan menjadi tempat pulang. Meski saat ini tinggal di kota lain yang jauh dari kota kelahiran, akan selalu ada hal yang dirindukan.
BalasHapuswah orang rantau pasti lebih kuat menahan rindu hihi.. mau sejauh apapun perginya, kampung asal kita dilahirkan dan dibesarkan pasti lebih manis ya kak :)
BalasHapusternyata banyak banget ya destinasi wisata di Wonogiri
BalasHapusdekat Solo kan? Tujuan Solo trus bisa berkeliling mengunjungi destinasi di atas
Saya kalau denger nama Wonogiri yang saya tau bakso Wonogiri langganan saya ..enak nya tiada dua hehehe ternyata bener ya asalnya dari Wonogiri..dan saya belumpernah ke sana
BalasHapusSepakat banget dengan quotesnya yang terakhir, kemana pun kita melangkah akan merindukan kampung halaman yaa.
BalasHapusBtw aku sering ke Waduk GajaH Mungkur kalo pas mudik ke SOlo, selalu mampir bareng saudara2.
Setuju kota kelahiran selalu penuh dengan kenangan beruntungnya sekarang tinggal tidak jauh dari kota kelahiran jadi masih sering bisa mengenang masa lalu...
BalasHapuswah Mbaknya kembar toh ? seru banget. Saya pernah ke woonogiri, tapi lewat doang. menarik juga baca tempat wisata disana, kayaknya dimasukin bucket list deh. Sekaragan makan bakso wonogiri aja dulu hehehe
BalasHapusDulu pas kuliah di Semarang sempat main nih ke Wonogiri sebenarnya sih emang tujuannya Pracimantoro dan pas pulang mampir deh ke waduk gajahmungkur.
BalasHapusKulineran di Wonogiri menarik juga ini menunya. Memang bakal dirindukan suasana tempat kelahiran ya kak, apalagi tinggal di perantauan
BalasHapusSaya ngebayangin kulinernya kok bikin ngiler semua ya mbak. Kebetulan sy blm pernah ke Wonogiri.
BalasHapusKemarin ketemu teman suami, ngajakin main ke Wonogiri juga. Sayang banget belum sempat jalan kemana-mana. Penasaran sama Waduk Gajah Wungkurnya mba.
BalasHapusklo inget kota wonogiri ini jdi inget baksonya yg enak bgt ya mba, smpe di jakarta pun klo cari bakso slalu yg judulnya bakso wonogiri
BalasHapusDuh mbak....baca jenis-jenis kulinernya itu bikin aku jadi pengen berkunjung ke kota kelahirannya.Hehehe...Kota kelahiran selalu ngangenin, kenapa? Karena aura kota sudah menyatu ke jiwa para penduduk aslinya yang sejak lahir sudah menghirup udara dan menikmati airnya.
BalasHapusHuaaa ternyata Teteh anak kembar juga. Selalu takjub kalau ketemu anak kembar padahal aku juga kembar hehe
BalasHapus