"Tik, besok kamu dan Anggi ikut saya ke Batam ya!" perintah dari Pak Arman pagi itu cukup mengagetkan.
"Jangan lupa siapkan bahan dan surat tugas untuk besok, ini undangannya," kata beliau lagi.
Saya baca lembar disposisi yang terlampir di undangan tersebut. Ternyata besok Pak Arman didaulat direktur untuk menggantikan sebagai narasumber acara sosialisasi.
Saya hubungi suami dan tentu saja dia mengizinkan. Kalau untuk tugas kantor suami sering kasih izin terlebih berangkat dengan Anggi juga.
Oke, pagi itu di hari ke-24 bulan Februari 2016, saya segera bergegas menyiapkan bahan paparan untuk Pak Arman serta membuat draft surat tugas untuk Pak Arman, Anggi, dan saya. Anggi bertugas menyiapkan akomodasi dan menghubungi pihak panitia.
Esok harinya kami ke kantor dulu dan berangkat bersama dari kantor pukul 14.00 karena jadwal pesawat kami pukul 17.00. Kami ke bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan taksi berwarna biru. Jalanan menuju bandara di siang yang cukup terik itu ternyata padat merayap. Tapi alhamdulillah, kami tetap bisa sampai bandara tepat waktu.
Inilah perjalanan pertama saya ke kota Batam. Kota yang dikenal sebagai kawasan perdagangan bebas ini menjadi salah satu pintu masuknya barang-barang impor.
Setelah menempuh perjalanan udara hampir 2 jam, kami pun mendarat di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam. Konon penamaan bandara ini mengadopsi nama pahlawan Kesultanan Malaka, yakni Laksama Hang Nadim. Beliau adalah pahlawan yang turut berjuang melawan penjajah Portugis.
Kami dijemput oleh panitia dan langsung diantar ke sebuah restoran untuk makan malam. Selain dikenal sebagai tempat transit sebelum ke Singapura atau Malaysia serta surga belanja, Batam juga dikenal dengan surga kulinernya. Salah satu kuliner khas daerah ini adalah sop ikan. Saya sangat suka sop ikan Batam karena rasanya segar dan nikmat. Sop ini biasanya berisi potongan ikan tenggiri putih ditambah irisan tomat muda, disajikan dengan kuah bening dari bawang putih dan ebi sangrai. Rasanya asam tapi sangat segar.
Waktu itu sambil menunggu pesanan sop ikan kami, tersaji juga camilan bernama Luti Gendang. Camilan ini memang menjadi sajian khas pembuka di kedai-kedai. Bentuknya mirip roti goreng yang diisi dengan abon ikan tuna. Rasanya pun gurih dan rotinya terasa renyah di luar dan lembut di dalam.
Selain itu juga tersaji camilan otak-otak ikan tenggiri yang rasanya tak kalah lezat. Apalagi dicocol sambal yang begitu nikmat.
Setelah menikmati makan malam, kami menuju penginapan untuk beristirahat.
Esok harinya, acara yang juga dilaksanakan di hotel tempat menginap berjalan dengan lancar. Pak Arman juga menyampaikan presentasi dengan sangat baik. Saya dan Anggi bertugas membuat notula dan mengabadikan momen.
Selesai acara, kami makan siang di hotel dan pada pukul 12.30 kami check out karena harus terbang kembali ke Jakarta pada pukul 14.00. Saya juga beli oleh-oleh khas Batam berupa bingka dan luti gendang di bandara. Bisa dibilang inilah perjalanan dinas saya ke daerah yang paling singkat. Hanya sekitar 20 jam saja di kota Batam.
Oh iya ada satu kalimat inspiratif yang saya dapatkan di Batam. Kalimat itu diucapkan oleh panitia yang membacakan doa sebelum memulai acara sosialisasi hari itu.
"Kasih-Nya tak pilih kasih, sayang-Nya tak terbilang..."
Ya, betapa Allah selalu memberikan kasih sayang-Nya pada setiap hamba. Dalam banyak wujud yang terkadang kurang disadari hamba-Nya.
Pun demikian dalam perjalanan ke Kota Batam untuk pertama kalinya ini. Meski singkat, tapi banyak kemudahan yang Allah berikan.
Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna