Diclaimer: Cerpen ini saya ikutkan dalam lomba Ramadan Menulis (Ramen) yang diselenggarakan oleh Masjid Al-Arqam BPS RI tahun 2023 dan berhasil meraih juara 2. Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata.
Arfan keluar
membawa gunting, “Kutujah gek kau!” [1] teriaknya ke arah Rian dengan penuh amarah.
Rian terkejut dan berlari ke halaman rumah.
“Kak, jangan
cak itu lah[2].
Ini bulan puasa. Istighfar!” Rian berteriak pada Arfan.
Doni, kakak
Arfan dengan sigap menahan adiknya yang sedang emosi.
Kejadian itu
bermula ketika Rian hendak mengambil sofa milik ibunya yang diperbaiki di
tempat Arfan. Sayangnya, Arfan tidak amanah hingga lebih dari 3 bulan dari hari
yang dijanjikan, kursi itu belum kunjung selesai dan diantar. Bukannya mengakui
kesalahan, Arfan justru marah saat ditagih janji oleh Rian.
Akhirnya Rian
pulang dengan tangan kosong.
Saat melintas
di tepi Sungai Lematang, tiba-tiba ada orang yang menghadang mobilnya, “Nak, banjir!
Di sana ada banjir!” kata seorang bapak pada Rian.
Rian mencari
tempat aman untuk memarkir mobil, lalu dia menuju lokasi yang ditunjuk bapak
tadi. Ternyata benar, Sungai Lematang meluap. Banjir bandang menerjang
pemukiman di bantaran sungai. Sebagai seorang relawan di sebuah organisasi
kemanusiaan, Rian dengan sigap segera turun tangan memberi bantuan.
“Tolong!
Tolong!” terdengar teriakan dari sebuah rumah.
Rian segera
menghampiri rumah yang hampir hanyut itu. Ternyata di dalamnya ada Bu Rosida, seorang
ibu yang kakinya lumpuh sehingga tak kuasa untuk menyelamatkan diri dari
hantaman banjir. Dengan sigap Rian membopong Bu Rosida menuju tempat yang aman.
Telat sebentar saja, Bu Rosida bisa hanyut terbawa arus deras seperti rumahnya
yang kini tak bersisa.
“Terima kasih
ya, Nak!” kata Bu Rosida sesaat setelah meneguk segelas air mineral yang
disodorkan Rian.
“Ibu!
Bagaimana kondisi ibu?” tanya seorang pemuda yang tiba-tiba menghambur ke arah
Bu Rosida.
“Alhamdulillah,
ibu selamat, Nak! Tapi rumah kita hanyut terbawa banjir,” kata Bu Rosida sambil
tak kuasa menahan air mata. Beliau masih sangat syok atas kejadian yang baru
saja menimpanya.
“Tadi Ibu
diselamatkan oleh kakak ini,” kata Bu Rosida sambil menunjuk Rian.
Saat menoleh
ke arah Rian, pemuda itu kaget. Ternyata dia adalah sosok yang sore tadi hampir
dia tusuk dengan gunting.
“Kak, maafkan
aku. Maafkan! Terima kasih kakak sudah menyelamatkan ibuku,” kata Arfan
terbata-bata pada Rian.
Arfan
menyadari kesalahannya. Rian pun merangkulnya, lalu berkata, “Alhamdulillah,
Allah menyelamatkan ibumu. Allah masih memberimu amanah untuk menjaganya dan
semoga kamu lebih amanah dalam pekerjaanmu juga.”
Kalimat Rian
begitu mengena di hati Arfan, dia pun beristighfar.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal ayat 27).
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna