Ramadan pertama setelah menikah, saya diajak suami ke rumah neneknya di Kabupaten Kaur. Pada 18 Agustus 2012 saya bersama keluarga suami dari Lahat mengendarai mobil menuju kabupaten di bagian selatan Provinsi Bengkulu tersebut.
Ayah mertua saya asli
Bintuhan, Kaur dan keluarga besar beliau juga masih banyak yang tinggal di
sana. Salah satu tujuan kami ke sana juga dalam rangka mengenalkan saya sebagai
anggota keluarga baru.
Perjalanan dari Lahat menuju
Bengkulu sangat menantang tapi menyenangkan. Inilah kedua kalinya saya menempuh
jalur darat dalam perjalanan lintas Sumatra. Jalanan berkelok-kelok tajam
dengan melewati rumah-rumah panggung khas Sumatra. So excited!
Beberapa kali kami berhenti
sejenak untuk sekadar isi bensin, makan, salat, atau istirahat. Alhamdulillah jelang
Magrib kami sampai di Kaur. Ternyata rumah nenek tidak jauh dari pantai. Asyik,
nih!
Saat bercakap-cakap dengan
keluarga di Kaur, banyak kosa kata baru yang masih terdengar asing di telinga
saya. Seperti sebutan "juadah basah" yang berarti roti, aya' yang
berarti air, teriak diucapkan te'iak, pokoknya pelafalannya unik. Masya
Allah, ragam bahasa di Indonesia memang sangat banyak.
Sunrise di pantai Kaur |
Esok harinya kami langsung
menuju pantai. Masya Allah, indah banget, masih asri.
Lokasinya juga sangat dekat dari rumah bahkan bisa saya bilang berasa sedang
berada di pantai punya sendiri karena sangat sepi. Kami menikmati indahnya
matahari terbit.
Suasana Idul Fitri di Kaur
juga sangat ramai dan menyenangkan. Setelah salat Idul Fitri kami berkeliling
ke rumah keluarga di sana. Tentu sambil menikmati camilan khas di sana.
Siang harinya kami ke pantai
dekat rumah. Kami berencana makan siang di tepi pantai jadi kami membawa bekal.
Di tepi pantai itu kami juga membakar ikan. Masya Allah, sangat
seru!
Kami sangat puas main di pantai sampai sore. Suami dan kakak-kakaknya juga berenang di sana. Tidak ada pengunjung selain kami jadi benar-benar berasa seperti di pantai milik keluarga. Tiap pagi dan sore, saya dan suami sering menghabiskan waktu di pantai yang juga banyak terdapat pohon kelapa yang menjulang tinggi. Berdiri menatap rona jingga kala senja sambil menyaksikan burung-burung terbang kembali ke sarang dengan latar suara debur ombak, masya Allah begitu indah.
Kami sekeluarga juga sempat
bertandang ke Pantai Linau, salah satu pantai yang cukup terkenal di Kaur. Akan
tetapi berhubung masih suasana lebaran dan cuaca cukup panas, kami hanya
sebentar saja di sana. Kami naik perahu bersama keluarga dan berfoto sejenak di
tepi pantai berpasir putih itu.
Selama di Kaur, kami juga
banyak disuguhi hasil laut tangkapan keluarga seperti ikan, kepiting,
cumi-cumi, gurita, dan teripang. Pokoknya puas banget menikmati aneka seafood di
sana.
Semoga suatu saat bisa ke sana
lagi. Selain untuk silaturahim, tentu juga ingin menikmati keindahan alam dan
kuliner di sana yang menyenangkan hati.
Salam motivatrip,
Etika Aisya Avicenna
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna