Pada 2016, saya mendapat kesempatan untuk dinas ke Vietnam. Setelah pekerjaan selesai, agenda di hari ketiga adalah field trip ke Ho Chi Minh City. Tujuan pertama kami adalah ke Cu Chi Tunnel, ruang bawah tanah atau terowongan terbesar dan menjadi destinasi wisata utama di Ho Chi Minh City yang merupakan peninggalan perang antara Vietnam melawan Amerika Serikat.
Terowongan ini dipakai untuk tempat persembunyian tentara Vietnam (Vietkong). Terowongan sepanjang 120 km ini adalah saksi bisu dari masa kelam dari Perang Vietnam yang terjadi pada 1955 hingga 1975.
Kami masuk ke dalam sebuah hutan, lalu masuk terowongan bawah tanah sedalam 4 meter dan menyusuri salah satu tempat persembunyian tentara Vietnam sepanjang 40 km sambil nunduk dan kadang-kadang jongkok. Ngos-ngosan tapi seru.
Suasana di dalam terowongan dibuat seolah mirip seperti suasana di zaman perang. Banyak diorama yang menggambarkan aktivitas para tentara di masa itu. Dari diorama dan ruang peraga tersebut kita bisa melihat dan merasakan berada di ruang pengobatan, membayangkan bagaimana operasi dilakukan untuk para pejuang yang terluka. Ada dapur umum tempat memasak, ruang jahit pakaian perang, ruang produksi alas kaki, ruang pertemuan, ruang untuk anak-anak dan wanita dan ruangan lainnya. Saya juga sempat mencoba salah satu sandal unik yang dipakai saat zaman perang. Alas sandal tersebut dibuat terbalik sehingga apabila meninggalkan jejak di tanah akan dapat mengelabui musuh.
Sampai di ujung perjalanan, ternyata sudah disiapkan camilan singkong rebus gratis dan secangkir teh hangat. Dulu waktu perang salah satu makanan pokok yang dikonsumsi adalah singkong rebus.
Lubang terowongan di Cu Chi Thunnel ada yg besar (seperti yang saya masukin itu muat untuk orang dewasa, ada yang lebih besar lagi tapi yang ini sedang direnovasi), dan ada yang kecil. Untuk masuk dan keluar bisa sendiri kok, tanpa bantuan orang lain, yakni dengan sedikit melompat.
Selanjutnya kami membeli oleh-oleh di Pasar Cho Ben Thanh. Sebenarnya bisa pakai mata uang rupiah di sini, tapi sebaiknya pilih yang sudah harga pas. Kalau yang pakai acara tawar-menawar, harus jeli juga. Misal waktu hendak beli cermin kecil saja aslinya seharga 18.000 Dong (di lapak fixed price), saat cek ke lapak yang pakai tawar-menawar, mereka kasih harga awal 500.000 Dong, trus turun jadi 300.000 Dong dan akhirnya jadi 100.000 Dong. Harus pintar menawar, tapi saya memilih belanja di lapak yang harganya sudah fix. Saya membeli kaos dan beberapa pernak-pernik khas Vietnam.
Jelang malam hari kami menuju Bitexco Financial Tower. Konon inilah gedung tertinggi kelima di dunia. Gedung pencakar langit setinggi 265,5 meter ini memiliki 68 lantai. Akan tetapi, pengunjung waktu itu hanya boleh berkunjung sampai di lantai 49. Ada teropong di lantai 49 tersebut yang bisa kami gunakan untuk melihat indahnya kota Ho Chi Minh City di waktu malam dari gedung tertingginya.
Setelah itu kami makan malam di atas kapal yang melintasi Sungai Saigon. Selain menikmati makan malam, kami juga disuguhkan pertunjukan musik tradisional khas Vietnam. Suasana sekitar sungai juga begitu indah dihiasi kerlap-kerlip lampu. Malam terakhir di Vietnam ini sungguh mengesankan.
Esok harinya kami ke Bandara Tan Son Nhat untuk kembali ke tanah air menggunakan maskapai Vietnam Airlines. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur diberi kesempatan berpetualang ke Vietnam, negara di luar Indonesia yang pertama kali saya kunjungi.
Banyak pengalaman yang menjadi pelajaran berharga yang tentu semakin menumbuhkan rasa cinta pada tanah air Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna