Senin, 18 Maret 2024

ASYIKNYA UMRAH DI BULAN RAMADAN (PART 1)


Jarak dari posisi kita sekarang ke Mekah, tidak akan berubah jika kita tidak pernah berusaha mendekatinya.

Pergi ke luar negeri mungkin menjadi impian semua orang. Bisa melihat dan menjelajah tempat asing di luar Indonesia akan menjadi jejak yang tak terlupakan. Pun demikian dengan saya dan suami. Salah satu tekad plus impian kami adalah bisa menjelajah bumi Allah yang luas ini, mentadaburi keindahan alam ciptaan-Nya, mengenal aneka karakter makhluk-Nya dari pelbagai belahan dunia, mencicipi aneka makanan khas masing-masing negara, tak hanya di Indonesia saja. Tentunya kami juga tetap ingin keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Insya Allah, biidznillah...

Saya dan suami punya impian yang sama, yakni ingin napak tilas jejak Rasulullah Saw. di bumi para Nabi. Kami pun sama-sama bertekad, kalau mau ke luar negeri berdua, maka tujuan pertamanya adalah untuk umrah, bukan jalan-jalan ke negeri lain, misal : Malaysia, Singapura, dan negeri seberang lainnya. Bismillah, insya Allah kami bisa ke tanah suci. Tekad itu terus kami hujamkan. Tentunya tetap ada godaan yang menggoyahkan tekad kami untuk ke tanah suci. Semisal saya yang tiba-tiba ingin pergi liburan ke suatu tempat, "Nda, ke Lombok yuk!", "Nda, ke pantai dong.. pengin vitaminsea nih..", atau misal suami yang tiba-tiba ingin ganti mobil, beli ini itu, dan lainnya. Banyak godaan. Tapi kami berusaha untuk saling mengingatkan, bahwa fokus kami adalah berangkat ke tanah suci. Kami berusaha menahan diri.

Menahan diri untuk tidak membeli sesuatu yang belum begitu dibutuhkan. Menahan diri untuk tidak pergi ke luar kota atau tempat wisata yang harus mengeluarkan budget besar. Menahan diri untuk menunda melakukan hal-hal yang tidak prioritas. Menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas yang sia-sia, tapi berusaha untuk mengisinya dengan mempersiapkan bekal umrah terutama ilmu yang berkaitan tentangnya (dengan baca buku atau mencari info seputar umrah). Pokoknya menahan diri dari segala hal yang justru menjauhkan kami dari kesiapan berangkat ke tanah suci.

Kata suami, kalau memiliki impian harus divisualisasikan. Pernah saat saya ada tugas dinas di Surabaya dan mampir di embarkasi hajinya, ternyata di depan masjid ada miniatur Ka’bah. Akhirnya saat teman-teman bersiap tunaikan salat Maghrib, sementara saya sedang berhalangan, saya melangitkan doa sambil membayangkan kelak bisa berada di jarak yang sangat dekat dengan kiblat salat umat Islam itu di tanah suci-Nya. 


Saat dalam perjalanan dari Lahat, Sumatera Selatan menuju Depok pada lebaran tahun 2016 silam, saya dan suami rehat di Islamic Center Baturaja dan di sana ada miniatur Ka’bah juga. Kami pun foto di dekatnya sambil berdoa dan bervisualisasi bahwa suatu saat nanti bisa thawaf berdua mengitari Ka’bah yang sesungguhnya. 


Saya dan keluarga sebenarnya berencana umrah di akhir tahun 2015, tapi ternyata bersamaan dengan kakak ipar yang akan melahirkan anak kedua. Jadi kami pun menundanya tanpa memberi target kapan akan berangkat. Soalnya ibu mertua (saya memanggil beliau dengan sebutan ‘Bunda’) juga membantu merawat cucu barunya tersebut dan harus tinggal di Makassar. Bunda bilang ke saya, “Nggak apa-apa ya Nak kita belum berangkat dulu. Insya Allah nanti kita umrahnya di bulan Ramadan saja.” 

Tekad umrah di bulan Ramadan pun menguat. Di awal Maret 2017, Bunda  menelepon suami saya dan mengabarkan kalau beliau baru saja lihat di TV ada travel umrah yang berlokasi di Jakarta Timur dan sedang ada promo umrah di bulan Ramadan 2017 ini. Sebelum menghubungi travel tersebut, saya dan suami memang sudah mencari info travel tapi belum ada yang cocok di hati. Akhirnya saya menghubungi pihak travel seperti yang diinfokan Bunda. Memang benar ada promo untuk umrah di bulan Ramadan dan hanya tersedia untuk 90 jamaah. Biayanya Rp 25.000.000,00 selama 12 hari.

Kami komunikasikan ke Bunda dan insya Allah beliau oke-oke saja. Saya pun mendaftar (booking sheet) lewat WhatsApp ke contact person-nya untuk keberangkatan 5 (lima) orang, yakni saya, suami, bapak mertua (Ayah), Bunda, dan uwak (kakak dari Bunda). Pihak travel meminta kami untuk mengumpulkan dokumen persyaratan dan diperbolehkan membayar DP terlebih dahulu. Dokumen pun bisa dikumpulkan bertahap. 

Persyaratan dan dokumen yang dibutuhkan untuk umrah waktu itu, antara lain:

1. Paspor asli yang masih berlaku dengan nama 3 (tiga) suku kata

2. Fotokopi Kartu Keluarga (bagi suami istri dan keluarga)

3. Fotokopi buku nikah (bagi suami istri), yang usia istrinya di bawah 45 tahun

4. Akta kelahiran (bagi yang membawa putra-putri)

5. Foto berwarna dengan latar belakang putih dan close up dengan posisi kepala/muka 80% (tidak memakai seragam dinas dan untuk wanita berjilbab, tidak menggunakan kerudung berwarna putih)

- Ukuran 4 x 6 = 5 lembar

- Ukuran 3 x 4 = 5 lembar

6. Kartu Kuning vaksin meningitis

Saat itu kami baru mengumpulkan fotokopi KTP, fotokopi KK, dan fotokopi buku nikah, sekaligus membayar DP. Karena paspor saya masih aktif, maka saya tinggal mengurus paspor 3 suku kata. Proses mengurusnya pun sangat mudah, hanya dengan datang ke kantor imigrasi dan menuju bagian informasi dengan menyerahkan paspor asli, fotokopi KTP, dan surat keterangan akan melaksanakan umrah dari pihak travel. 

Untuk mendapatkan kartu kuning vaksin meningitis, kami melakukan suntik vaksin di Balai Kesehatan Bandara Soekarno Hatta. Alhamdulillah proses persiapan ini penuh kemudahan.

Bagaimana kisah kami selanjutnya? Lanjut part 2 ya 😍

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna