Pagi tadi saya diantar suami naik motor ke stasiun. Saat sampai di belokan jalan dekat stasiun, ada seorang pengendara motor (sebut saja A) yang menyenggol bagian belakang motor (sebut saja B) di depannya. Sepertinya karena ada angkot mendadak berhenti di depan B sehingga dia harus ngerem mendadak. Tahu motornya ditabrak A, B hanya menoleh sejenak ke A kemudian melaju lagi. A berusaha mendekati B, dia membunyikan klakson. B menoleh, kemudian A berteriak mengucapkan permintaan maaf.A : "Punten ya kang!"B : "Iya, gak apa-apa." (sambil mengangguk). Kemudian keduanya kembali melaju.
Masya Allah, saya yang menyaksikan kejadian itu trenyuh melihatnya. Pemandangan yang indah, bukan? Ada pesan damai di tengah padatnya jalan di pagi ini.
Saya punya semacam tagline yakni "Ada pelajaran di setiap perjalanan". Nah, setidaknya ada 3 (tiga) pelajaran yang saya dapat:
1. Apabila melakukan kesalahan, meski mungkin tidak disengaja, harus berani mengakuinya dan meminta maaf atas kesalahan itu.
2. Perlu kelapangan hati untuk memaafkan kesalahan orang lain. Tidak perlu membesarkan masalah kecil dan berusaha untuk bisa menahan amarah.
3. Hati-hati di jalan, jangan lupa berdoa dan berzikir sehingga atas apapun peristiwa yang terjadi, hati kita tetap tenang dan lisan lebih terjaga.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita di setiap perjalanan. Aamiin.
Tak terasa tahun
2018 akan berakhir dan insya Allah tahun 2019 akan menyambut kita. Pasti semua berharap
bahwa di tahun 2019 akan jauh lebih baik daripada tahun ini. Alhamdulillah,
bagi saya ada yang istimewa di tahun 2018 ini. Mulai Januari 2018 kemarin saya
pindah ke unit kerja yang sesuai dengan bidang studi S2 saya yakni yang
berkaitan dengan logistik, sebelumnya saya di unit yang menangani perdagangan luar negeri.
Vietnam punya banyak sekali tempat
liburan seru yang layak untuk dijelajahi. Mau datang ke sini sendirian saja?
Boleh saja kok, Vietnam sudah terkenal aman dan ramah dengan turis, meski
begitu Sahabat harus tetap waspada ya! Tapi nggak lengkap liburan ke Vietnam
kalau nggak mampir ke Mui Ne. Kota yang terletak di tepi pantai ini punya banyak tujuan wisata yang sayang
kalau dilewatkan. Salah satunya berupa fenomena alam yang hanya bisa Sahabat temui
di sini.
Pergi ke luar negeri
mungkin menjadi impian semua orang. Bisa melihat dan menjelajah tempat asing di
luar Indonesia akan menjadi jejak yang tak terlupakan. Pun demikian dengan saya
dan suami. Salah satu tekad plus impian kami adalah bisa menjelajah bumi Allah
yang luas ini, mentadaburi keindahan alam ciptaan-Nya, mengenal aneka karakter
makhluk-Nya dari pelbagai belahan dunia, mencicipi aneka makanan khas
masing-masing negara (hehe), tak hanya di Indonesia saja. Tentunya kami juga
tetap ingin keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Insya Allah, biidznillah...
|
~Pak Rasyid-Bang Pi'i-Mbak Angel-Aku-Nita-Mas Morris~ |
Selasa, 27 Juli 2010. Menjelang pukul 00.00 baru selesai packing.
Baju-baju yang direncanakan cukup dipakai selama seminggu sudah masuk ke
dalam trolly bag (pinjeman.. hehe..). Aku putuskan untuk tidur sejenak
karena kantuk sudah akut menyerang. Alarm HP aku pasang jam 02.00.
Pikirku tidur 2 jam sudah cukup lah untuk meredam rasa kantuk ini.
Selang berapa lama, HP begitu aktif bergetar. Hah? sekitar 23 misscalled
dari Ibuk plus SMS yang isinya membangunkanku! Dan 5 misscalled dari
Nita. Ternyata HPku tertindih bantal, sehingga aku gak mendengar
deringannya. Aku melongok ke jam Annida-ku, hiyaaaa jam 03.30. Padahal :
1.Rencananya Nita akan menjemputku dengan taksi jam 03.15
2.Aku janjian dengan seorang tukang becak yang akan mengantarkanku ke Otista Raya jam 03.00.
Bangun tidur aku SMS ibuk, memberitahukan bahwa aku baru bangun dan
tentunya memohon doa agar aku tidak terlambat ke bandara. Saat beranjak
mau ke kamar mandi, badanku limbung. Sempoyongan! Hiyaaaa... Meski pada
akhirnya aku kelar siap-siap juga! Sudah jam 04.00. Harus segera ke
bandara. Nita SMS kalau dia sudah sampai bandara dan sudah menunggu di
pintu masuk.
Aku segera keluar kos dengan menenteng trolly bag yang lumayan besar
itu. Tak lupa sebelumnya berdoa agar Allah memudahkan ekspedisiku kali
ini. Aku menuju pangkalan abang becak, berharap (sebut saja Pak Slamet)
yang janjian denganku semalam masih mangkal. Wah, jalanan sepi, tapi
harus tetap memberanikan diri. Pangkalan becak juga sepi. Aku
ketuk-ketuk pintu rumah yang menurutku sebagai lapak tidur mereka.
Terbukalah pintu rumah itu, dan keluarlah seorang bapak berwajah garang
dan berbadan tinggi. Aku ceritakan maksud kedatanganku. Beliau bilang
kalau Pak Slamet tidak di tempat. Akhirnya Pak jauhari (nama Bapak itu)
bersedia mengantarku ke depan STIS dengan becaknya. Sampai di depan STIS
beliau juga membantuku mencarikan taksi. Subhanallah, pertolongan Allah
memang sangat dekat.
Taksi pun melaju menuju Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan ke Surabaya
pukul 06.00. Sampai di bandara, teman-teman TIM Verifikasi Gresik sudah
menunggu. Kami berenam, aku, Mbak Angel, Nita, Bang Pi’i, Mas Moris, dan
Pak Rasyid. Alhamdulillah, kedatanganku juga nggak terlalu terlambat
kok dan akhirnya bisa check-in tepat waktu bahkan bisa foto-foto dulu
sebelum berangkat. Subhanallah, hujan turun, pesawat kami delay sampai
cuaca kembali kondusif.
Sekitar pukul 06.30, pesawat tinggal landas dari bandara Soekarno-Hatta
menuju Juanda, Surabaya. Subhanallah, sampai di atas bisa melihat
kerajaan awan yang begitu indah. Karena penerbangannya sekitar 55-an
menit, aku putuskan untuk membaca buku tentang Ramadhan. Ya, kala itu
memang masa-masa menjelang Ramadhan.
Sekitar pukul 07.30, alhamdulillah, kami mendarat dengan selamat di
Bandara Juanda. Kami langsung dijemput oleh mobil jemputan + sopir
tentunya. Awalnya kita mau ke Dinas Perindag Surabaya dulu, tapi
berhubung kita harus verifikasi ke Gresik, jadinya kami langsung
meluncur ke Gresik. Kami mampir dulu ke sebuah warung prasmanan untuk
sarapan. Setelah itu, BEKERJA!!! Kami harus mengunjungi puluhan
perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir (API) di kawasan Gresik yang
sudah didata. Kami harus melakukan verifikasi kelengkapan data pada
setiap perusahaan tersebut. Berhubung kami ada 6 (enam) orang, tim
dibagi menjadi 3 kelompok. Kadang aku dengan Mbak Angel, kadang dengan
Pak Rasyid, kadang dengan Bang Pi’i. Wah, pokoknya seru.
Hari pertama kami menginap di hotel yang terletak di Gresik. Pada hari
berikutnya, kami pindah hotel di pusat kota Surabaya. Singkat cerita,
setelah semua perusahaan kami verifikasi, kami berkesempatan untuk ke
Pulau Madura. Uhuy, akhirnya impian untuk melintas di jembatan Suramadu
terwujud sudah! Tak lupa kami beli oleh-oleh dan cenderamata. Secara
keseluruhan, kisah verifikasi ini cukup menyenangkan. Menjadi pengalaman
berharga dalam hidup. Beruntung juga satu tim dengan orang-orang yang
luar biasa. Mbak Angel yang pemberani. Nita yang ceria. Bang Pi'i yang
humoris. Pak Rasyid yang bijak. Apalagi bersama Mas Morris yang kreatif,
karena kami memakai handy talky (HT) selama menjalankan misi. Mantap!
Hari Jumatnya, menjadi hari terakhir kami di Surabaya. Nah, ini kisah
yang paling menggelitik dan seru. Pukul 15.00 adalah jadwal keretaku
yang mau ke Solo. Sementara teman-teman balik ke Jakarta, aku memutuskan
untuk pulang ke Wonogiri dengan transit dulu di Solo. Pukul 14.00 kami
baru selesai makan dan segera menuju stasiun. Tak disangka ternyata
macetnya luar biasa. Pukul 14.45, kami masih harus melewati dua tikungan
jalan sebelum sampai di stasiun. Akhirnya Mas Moris berinisiatif untuk
mengajakku jalan kaki saja ke stasiun. Waktu terus berjalan. Mas Moris
segera keluar dari mobil dan mengambil trolly bag-ku di bagasi. Dia
memanggul trolly bag yang luar biasa beratnya itu dan berlari menuju
stasiun. Aku pun berlari mengikutinya. Bayangkan saudara-saudara!!! Saat
macet, ada 2 orang berlarian menuju stasiun, yang satu manggul trolly
bag, yang satunya mengejar di belakang sambil ngos-ngosan. Waduh, Mas
Morris larinya cepat sekali. Sampai di tikungan pertama aku sudah tidak
sanggup mengejarnya.
Aku berhenti saja, untungnya sudah tidak begitu macet . Mobil
tumpanganku datang, Mbak Angel membukakan pintu, aku bergegas masuk dan
kami segera meluncur ke stasiun. Kami masih sempat berkomunikasi via HT
dengan Mas Morris. Tet!!! Sudah pukul 15.00. Setelah sampai di stasiun,
kami segera menghambur keluar mobil dan berlari menuju pintu masuk.
Hiyaaaa, banyak orang yang turut menyemangati kami. Mas Morris sudah
sampai dan meletakkan trolly bag-ku di pintu masuk. Kami pun berpisah di
situ. Setelah menunjukkan tiket, aku masuk. Wah, sudah ada pengumuman
kereta akan segera diberangkatkan. Masya Allah, trolly bag-ku berat
sekali. Kalau ditarik pun akan memakan waktu lama. Akhirnya aku meminta
tolong pada seorang cleaning service untuk membawakan trolly bag-ku.
Tepat saat aku dan trolly bag-ku naik ke gerbong, kereta pun berjalan.
Aku tak sempat memberi imbalan pada cleaning service yang membawakan
trolly bag-ku tadi karena dia hanya meletakkannya kemudian bergegas
pergi. Ya Allah, balaslah kebaikannya.... aamiin... Sampai di kursiku,
aku bernafas lega dan menangis haru dalam kedalaman syukur! Sungguh
pengalaman yang sangat berharga...
Hmm, itu pengalamanku setahun yang lalu. Dan kemarin, saat habis Maghrib
ada banyak pesan BBM yang masuk dengan tulisan yang sama.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah berpulang ke rahmatullah,
Bapak Rasyid (Staf TU) Direktorat Impor pada hari ini.. Semoga amal dan
ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT”.
Degh! Aku kaget luar biasa! Ternyata Pak Rasyid sakit paru-paru basah.
Beliau meninggal di RSCM setelah mendapat perawatan intensif. Teringat
jelas saat-saat berpetualang bersama beliau dalam verifikasi di Gresik
dan Surabaya tersebut. Meski sudah berusia lanjut, tapi beliau begitu
bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Beliau sering melakukan
hal-hal yang tak terduga. Salah 1 contohnya saat suatu pagi beliau
mengetuk pintu kamar hotel kami dan mengantarkan nasi pecel yang enaknya
luar biasa. Saat di kantor, beliau juga sering memberi nasihat padaku.
Beliau juga sosok yang ceria dan murah senyum. Ahh... Ya Allah, beliau
begitu baik! Dan kini Engkau telah memanggilnya. Kematian memang membuat
kita belajar, bahwa hadirnya pasti tapi waktunya tak terduga. Ternyata
Pak Rasyid tidak bisa menjalankan Ramadhan tahun ini dan Ramadhan tahun
kemarin menjadi Ramadhan terakhir bagi beliau. Hmm, ini menjadi renungan
juga buat kita bersama. Selamat jalan, Pak Rasyid (kalau di kantor,
kami sering memanggilnya “Pak Ocid”)... insya Allah, semoga amalan dan
ibadahnya diterima Allah SWT... aamiin yaa Rabbal ‘alaamiin...
Setiap manusia pasti kan merasakan maut
Kapan ajal kan menjemput, tiada yang tahu
Allah lah pencipta kita
Pengurus kita semua
Dialah yang menentukan akan takdir kita semua
Kehidupan kita... kematian kita...
Bandung, 28 Juli 2011
Aisya Avicenna
Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah
masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan
untuk bisa menemukan kunci yang tepat!
~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah
bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti
kesungguhan~
***
"Maaf Mbak, sudah penuh!"
"Waduh Neng, di sini nggak bisa bulanan, harus tahunan..""Wah, tinggal satu kamar... Nggak bisa berdua..."
Begitulah penolakan demi penolakan yang kami (saya dan Mbak Dy) alami saat mencari kos di daerah ITB kemarin.
Saya mencoba berbagi kisah saya kemarin ya. Sabtu, 11 Juni 2011
bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Selepas Subuh saya sudah
keluar kos dengan satu tujuan. Stasiun Gambir! Sempat menelepon ibu
untuk mengucapkan selamat dan minta doanya karena hari ini mau
berpetualang ke Bandung. Sempat juga menelepon Mbak Dy untuk meyakinkan
bahwa dia sudah bangun (hehe) dan siap beli tiket di Gambir (berhubung
kosnya dekat Gambir). Berhubung keretanya berangkat jam 05:45 dari
Gambir, saya pun naik taksi dari Jalan Otista Raya.
"Kereta jam berapa, Mbak?" tanya sopir taksinya.
"Jam enam kurang seperempat, Pak!"
"Wah, mepet nih!"
Meski pernyataan pak sopir sempat bikin saya gusar dan tegang, saya
mencoba menenangkan diri. Saya yakin, insya Allah sampai di tempat
sebelum kereta datang. Taksi melaju berpacu dengan waktu hingga akhirnya
sampai di depan stasiun Gambir. Alhamdulillah... Belum terlambat.
Ternyata Mbak Dy masih antri di loket. Tanpa sepengetahuannya, saya
mengantri di belakangnya.
"Mau ke mana, Mbak?" sifat iseng saya keluar (Mbak Dy masih serius menghadap ke depan)
"Ke Bandung!" jawabnya sambil memutar kepala searah jarum jam.
Ngik, waktu menoleh.. Tahulah dia bahwa saya sudah berdiri di belakangnya.
Kami pun membeli tiket bisnis kereta Argo Parahyangan. Kami duduk di
gerbong 3 kursi 5 C dan D. Pukul 05.45 kereta pun bergerak meninggalkan
stasiun. Oh ya, sebelumnya kami sempat melihat ada seorang Bapak yang
tiba-tiba duduk di kursi depan kami dan mendekati seorang mahasiswi
(sepertinya) yang tengah duduk sendirian. Bapak itu bermaksud meminjam
HP sang Mbak karena katanya baterainya rusak. Tanpa bermaksud su'udzon,
saya dan Mbak Dy waspada dan menguping pembicaraan di depan kami. Karena
sebelumnya Mbak Dy mendapat pesan dari Mel (rekan kerjanya) agar lebih
berhati-hati di stasiun karena beberapa waktu yang lalu Mel sempat juga
didatangi seorang laki-laki necis yang sepertinya berniat
menghipnotisnya.
Sepertinya si Mbak juga curiga, terbukti dia mengatakan kalau pulsanya
habis. Bapak itu terus mengulang penjelasannya bahwa ia bermaksud
menelepon istrinya agar menjemputnya di stasiun Cimahi. Katanya si Bapak
rematiknya kambuh. Akhirnya si Mbak memberikan HPnya ke si Bapak. Si
Bapak pun menelepon istrinya dengan setengah berteriak (suaranya kencang
sekali). Isinya beliau minta dijemput di stasiun. Pada sesi ini kami
semakin waspada. Karena bisa dimungkinkan si Bapak lari sambil membawa
HP si Mbak. Haha, dasar parno! Kalau memang seperti itu, saya sudah
ancang-ancang lari mengejar si Bapak. Hehe! Dasar!
Tapi, ke-parno-an kami tidak terjadi. Si Bapak mengembalikan HP itu,
berterima kasih, kemudian kembali ke tempat duduknya. Uhf..
Alhamdulillah... astaghfirullah... Maafkan kami ya Allah... Kami hanya
bermaksud untuk waspada, bukan berburuk sangka...
Pukul 06.45, kereta bergerak meninggalkan Jakarta. Bismillahi tawakaltu
'alallah... Inilah perjalanan pertama saya ke Bandung naik kereta. Ahh,
saya yakin! Selalu ada yang istimewa di setiap pengalaman pertama. Dalam
perjalanan, selain ngemil dan bercengkerama bersama Mbak Dy, saya
sempat membaca bukunya Ustadz Burhan Sodiq yang berjudul "Merengkuh
Berkah Ramadan". Subhanallah... Pertemukan kami dengan bulan mulia itu.
Insya Allah, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang berbeda karena saat
Ramadhan itu kami tengah mengikuti perkuliahan matrikulasi di ITB
Ganesha. Semoga full barokah... Aamiin...
Alhamdulillah, sekitar pukul 09.00 kereta sudah merapat di stasiun
Bandung. Setelah beli tiket ke Jakarta nanti jam 16.00 dengan kereta
Argo Parahyangan juga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ITB
Ganesha dengan naik angkot warna ungu jurusan Cisitu. Sepi, itulah kesan
pertama kami saat menginjakkan kaki di daerah tersebut. Hehe... Saya
baru dua kali ke Bandung!
Kami duduk di samping pak sopir.. Hihi, maksudnya sekalian survey tempat
asyik buat cari oleh-oleh. Halah! Padahal baru datang! Akhirnya tahu
juga kalau di depan stasiun Bandung ada Kartika Sari dan foodcourt. Sip,
bakal dikunjungi nanti sore sebelum pulang!
Sampailah jua di gerbang belakang ITB Ganesha. Langsung masuk gerbang
yangg sedikit terbuka dan mulai mencari letak Gedung Labtekno III yang
rencananya akan digunakan untuk ruang kuliah matrikulasi kami nantinya.
Seru juga waktu nyari ni gedung sampai akhirnya ketemu juga meski belum
bisa masuk karena ruangannya dikunci. Keluar dari gedung, berniat untuk
mencari kos. Akhirnya tanya ke pak Satpam dimana lokasi kos yang dekat
dengan kampus. Pak satpam yang berlogat sunda itu pun segera meraih
bolpoin di sakunya dan mengambil secarik kertas di depan mejanya
kemudian menggambar peta daerah Cisitu. Peta "setengah buta" sih. Hehe!
Pak Satpam menerangkan kepada kami dengan serius dan sungguh-sungguh.
Kami hanya manggut-manggut sambil nyengir padahal sama sekali "blank"
dengan tempat yang disebutkan Pak Satpam. Hmm, meski begitu ya masih
cukup mengerti lah.
Setelah berpamitan kepada Pak Satpam, kami pun melanjutkan perjalanan
lewat gerbang belakang. Lapar! Akhirnya kami mampir sebuah warteg dan
membeli makanan khas Sunda. Uniknya ada telor dadar serupa jala. Setelah
makan, kami bermaksud menuju cisitu lama. Menurut si akang yang punya
warung, cisitu lama cukup dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Saya dan Mbak Dy pun berjalan kaki menuju cisitu lama sambil menggelar
peta kecil yang digambar Pak Satpam tadi. Berpetualang!!!
Wuih, ternyata lumayan jauh juga. Sempat bingung juga dengan gambar peta
karya Pak Satpam tadi. Lha kok malah nyasar ke cisitu baru. Ya sudah,
akhirnya kami masuk gang di cisitu baru. Tanya ke beberapa kos, ternyata
kebanyakan sudah penuh. Kami pun sepakat mencari ke daerah plesiran dan
taman sari (depan ITB, dekat kebun binatang). Dari cisitu baru, kami
naik angkot ungu kemudian ganti angkot lagi menuju plesiran. Masuklah
kami di Jalan Plesiran. Wuih, langsung menemukan kost yang membutuhkan
penghuni. Mbak Dy mencoba memencet bel. Ada yang membuka. Hmm, kata si
Mbak penghuni itu, bapak kosnya tidak di rumah tersebut dan kami diminta
menghubungi nomor teleponnya. Singkat cerita, saya dan Mbak Dy mulai
tidak sreg dengan kos itu karena penghuninya ketus.
Akhirnya kami,
menyusuri jalan lagi. Wah, beragam pemilik kos kami temui. Sempat kami
merasa sreg dengan sebuah kos dan ibu kosnya. Sayang, kos itu sudah
penuh. Akhirnya kami berpindah ke Jalan Taman Hewan. Kami mencari dan
terus mencari, sampai lewat pintu masuk kebun binatang. Hmm, sebenarnya
kami kurang sreg juga dengan lingkungannya yang padat dan sedikit kotor.
Saya sempat menghubungi adik tingkat SMA saya yang juga kos di daerah
Plesiran. Hmm, ternyata dia sudah ngekos dengan suaminya. Dan katanya
memang untuk masa sekarang rada sulit mencari kos yang bulanan.
Sampai ke pelosok jalan, kami belum menemukan kos yang kami cari. Waktu
sudah Dhuhur, saya mengusulkan ke Mbak Dy sebaiknya kami sholat dulu di
Masjid Salman ITB. Kami pun menuju ke sana. Sempat beli cimol. Maklum,
laper! Sempat nyasar dulu, sampai akhirnya tiba juga di Masjid Salman.
Alhamdulillah.... Ngadem!!!
Selesai sholat, saya mendapat informasi dari Mbak Ajeng (salah satu
kenalan saya di ITB). Ada beberapa kost muslimah yang beliau infokan
kosong. Tapi statusnya masih kurang jelas. Di lain tempat, rombongan
Mbak Silvi (Mbak Frida, Mas Andung, Mas Afif) juga tengah mencari kos.
Kami saling bertukar informasi. ternyata sama-sama belum dapat. Kami
juga sempat mampir di salah satu sekretariat Salman yang di dalamnya ada
dua orang muslimah. Kami mengetuk pintu. Mbaknya keluar dan dengan
ramahnya bertanya ,"Ada yang bisa saya bantu, Teh?". Saya pun bertanya
di mana kami bisa mendapatkan informasi terkait kos putri. Ternyata dia
kurang tahu juga. Hmm, keluar dari kawasan sekre Salman tadi, Mbak Dy
malah menyeletuk ingin belajar bahasa Arab! Wah, saya juga! Tapi kan
kami di sini kan cuma dua bulan. Semoga niat baik kami sudah tercatat
dan semoga bisa terealisasi.
Kami meninggalkan Masjid Salman ITB dengan semangat dan harapan baru
semoga segera mendapatkan kos yang kami cari. Kali ini kami berencana
mencari di Cisitu Lama. Keluar dari Salman, kami mampir beli minum dulu
kemudian berjalan menuju Jalan Taman Sari untuk naik angkot. Sepanjang
jalan, kami mengamati pamflet-pamflet yang terpajang di pohon.
Aha! Ada satu pamflet yang cukup menarik! Ada kamar kosong, 400
rb/bulan, untuk muslimah, ada dapur, dah free listrik + air, hanya
sekali angkot kalau ke ITB. Saya pun menghubungi nomor yang tertera di
pamflet itu. Wah, masih ada kamar kosong! Tapi sayang, cuma tinggal
sekamar dan tidak boleh sekamar berdua! Lemes deh! Perjalanan berlanjut,
kembali menemukan pamflet dan menghubungi nomornya. Kali ini seorang
bapak yang menerima. Wah, masih banyak kamar kosong! Sumringah deh! Tapi
langsung lemes lagi gara-gara tahu harganya! Rp 1.500.000,-/bulan
dengan fasilitas seperti hotel bintang 5. Gubrak!
Ya sudah, akhirnya kami berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Di
kanan kiri jalan banyak kuda cakep yang 'parkir'. Hehe... Sempat
dikagetkan juga dengan keberadaan seekor kuda yang tiba-tiba kepalanya
menoleh ke arah saya! Hmm...
Kami kembali naik angkot ungu menuju Cisitu Lama. Cuma kami berdua yang
jadi penumpang. Dari pak sopir, kami mendapat informasi kos. Kami pun
diberhentikan dengan hormat di Cisitu Lama gang I. Kata Pak Sopir, dari
Gang I sampai Gang VIII ada banyak kos. Sip, pencarian dimulai
kembali!!!
Berawal dari jalan kecil sebelum gang I kami mengawali pencarian. Tanya
sana-sini. Masuk dari 1 kos ke kos lain. Sayang, belum ketemu juga.
Puluhan kos kami gali informasinya. Kebanyakan masih penuh, baru
diperbaiki, tidak menerima bulanan, dan satu hal... Kebanyakan yang
bulanan adalah kos laki-laki! Memang benar sih, ITB didominasi
laki-laki. Total mungkin ada 50-an rumah kos (kurang dan lebihnya saya
mohon maaf nggak menghitung secara detail soalnya!) yang sudah kami
kunjungi hari ini. Man shabara zhafira (Siapa yang bersabar akan
beruntung)! Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Jangan menyerah, Tik!
Tetap semangat! Itulah kata-kata motivasi yang saya letupkan dalam hati
untuk mengafirmasi diri.
Sampai akhirnya, saat waktu hampir menunjukkan pukul 15.00 (kereta kami
pukul 16.30) kami menemukan sebuah kos muslimah. Kami ketuk pintunya,
mengucapkan salam, dan keluarlah seorang ibu berjilbab. Kami menanyakan
apakah masih ada kamar kosong. Ternyata... Penuh!!! Sang ibu akhirnya
mengajak kami mengunjungi sebuah rumah berpagar merah. Ada seorang ibu
paruh baya yang keluar dari rumah itu. Alhamdulillah, ada sebuah kamar
kosong! Kata ibunya, memang buat kos tapi tahunan! Akhirnya saya lobi
untuk dua bulan ke depan. Alhamdulillah, ibunya setuju. Toh kami di sana
juga cuma sampai tanggal 20 Agustus (sebelum tahun ajaran baru).
Sang ibu hanya tinggal bersama suaminya. Mereka berdua ternyata atlet
bangsa yang luar biasa. Atlet lempar lembing dan satunya saya lupa!
Mereka berdua telah menyumbangkan banyak medali buat bangsa ini.
Terbukti dengan banyaknya medali yang dipajang dan beragam foto mereka
berdua di berbagai belahan dunia. Ah, saya kagum! Apalagi di usia senja
mereka, masih menjadi ketua RT!
Kami diberi kebebasan menggunakan dapur (horeeee! Bisa masak!), kulkas,
air, sofa, dll. Alhamdulillah, kosnya juga dekat masjid. Namanya masjid
Ar-Rahim. Minimal kami bisa menggunakannya selama Ramadhan (meski
sekali-kali kami pun ingin menjadikan Masjid Salman ITB sebagai tempat
beraktivitas selama Ramadhan nanti). Setelah membayar DP, kami bermaksud
balik ke Jakarta. Subhanallah, si ibu memberi kami sekotak black forest
sebagai bekal perjalanan. Maklum, hari itu pas mau diadakan rapat RW di
rumah beliau. Wah, kejatuhan durian runtuh nih! Setelah keluar dari
rumah tersebut, ternyata kosnya juga dekat dengan jalan raya untuk naik
angkot, dekat counter, fotocopy, laundry, rental. Sip deh!
Pukul 15:45 kami sampai di Kartika Sari depan stasiun Bandung. Saat itu
kami juga mendapat kabar kalau Mbak Silvi cs juga sudah dapat kost.
Sayang, mereka juga ada tawaran kos buat kami di saat kami sudah
menemukan! Ya sudahlah... insya Allah, semoga masing-masing mendapatkan
yang terbaik. Setelah beli oleh-oleh, saya dan Mbak Dy menuju foodcourt
untuk membeli mie kocok! Hihi, krupuknya berwarna pink! Hanya 10 menit
makannya. Pukul 16.10, kami jalan menuju stasiun. Alhamdulillah, sampai
juga di dalam kereta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Akhirnya pukul
16.30 kereta Argo Parahyangan itu meninggalkan Bandung dan menuju
Jakarta...
Alhamdulillah... Petualangan hari ini sungguh luar biasa. Insya Allah,
hari-hari ke depan masih banyak lagi petualangan yang harus kami jalani
di kota Kembang ini. Hmm, semoga senantiasa diberi kemudahan dan full
barokah dari Allah. Terlebih nanti tepat saat bulan Ramadhan. Biarlah
semua yang kami alami menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Menjadi
bekal yang mendewasakan kami dan menjadi inspirasi yang mengingatkan
kami sebagai kesyukuran atas segala nikmat-Nya. Yakin saja, di balik
setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan berputus asa dari rahmat
Allah dan yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan hadirnya kerap
tak terduga. Semangat Sukses (S2)!!!
Jakarta, 120611
Aisya Avicenna
|
Mas Anto dan Mbak Siwi |
SOLO : Sabtu, 19 Maret 2011
Alhamdulillah, pukul 09.00 kaki ini akhirnya menginjak di bumi Solo.
Sebelum panjang lebar ceritanya, baiknya mengingat kembali kisah
perjalanan Aisya sehari sebelumnya. Jumat 18 Maret 2011 sepulang dari
kantor, Aisya langsung ke BPS Pusat dengan naik taksi untuk menemui
Izzah dan Wulan. Aisya sempat menunggu beberapa saat di depan gedung BPS
karena Izzah dan Wulan belum keluar ruangan. Beberapa saat kemudian
mereka datang, kemudian naik taksi bertiga menuju terminal Rawamangun.
Sampai di terminal Rawamangun, ternyata busnya masih terjebak macet di
jalan tol. Akhirnya mereka menunggu sebentar. Jam 18.00, bus eksekutif
berlabel “Rosalia Indah” pun membawa mereka meninggalkan Jakarta. Izzah
duduk di kursi depan Aisya dan Wulan. Perjalanan yang cukup menyenangkan
karena mereka bertiga akan mudik dan sebentar lagi bertemu dengan orang
tua masing-masing. Sehabis Isya, mereka sampai di Cikampek. Bus
berhenti. Semua penumpang makan malam dan mengerjakan sholat. Mereka
bertiga menjadi penumpang terakhir yang masuk ke bus saat semuanya sudah
selesai sholat dan makan. Hehe... Untungnya nggak pada marah-marah.
Purnama mengawal perjalanan malam itu. Subhanallah, indahnya...
Sepanjang perjalanan, Aisya ditemani murottal dan nasyid-nasyid
favoritnya. Pukul 03.00 dini hari bus berhenti lagi di daerah Subang.
Aisya turun dari bus untuk ke kamar mandi. Wah, melihat langsung bulan
yang begitu indah malam itu. Perjalanan pun berlanjut. Sholat Subuh
mereka tegakkan di bus.
Sesampai di daerah Salatiga, bus tiba-tiba mogok. Cukup lama.
Alhamdulillah, bisa jalan kembali. Tapi kemudian mogok lagi di Boyolali.
Pupus sudah harapan mereka untuk sampai di rumah lebih pagi. Akhirnya
mereka sampai Solo jam 09.00. Wulan turun di Palur. Izzah lanjut naik
bus jurusan Wuryantoro, sedangkan Aisya naik bus jurusan Purwantoro.
Saat bus mulai bergerak dari terminal Tirtonadi menuju Wonogiri, Aisya
mendapat SMS dari Keisya bahwa mendadak badannya lemas, tapi ia akan
tetap ke stasiun untuk membelikan Aisya tiket kereta. Nah, selang
beberapa saat, Keisya SMS lagi yang mengabarkan bahwa ia sudah di
stasiun, tapi sayang uangnya kurang karena harga tiketnya Rp 150.000,-
(untuk bisnis). Keisya mau mengambil uang di ATM tapi ternyata malah
error. Akhirnya Keisya kembali lagi ke kos karena badannya lemas. Hmm,
Aisya langsung mencari bala bantuan. Awalnya SMS sahabatnya, eh..
ternyata dia masih di Semarang. Mau SMS sahabatnya yang bernama Ria,
kayaknya sedang tidak ada di rumah (baru ingat kalau dia mau pergi ke
luar kota). Akhirnya Aisya SMS salah seorang anggota FLP Pelangi Solo
Raya (hmm, tak usah disebutkan namanya ya..).
Alhamdulillah, pertolongan Allah sangatlah dekat... Ternyata sahabatnya
itu sedang berada di sekitar stasiun Balapan. Subhanallah! Aisya segera
meminta tolong untuk dibelikan tiket jurusan Jakarta. Hmm, ternyata
tiket kereta bisnis Senja Utama sudah habis, tinggal kereta eksekuitf
"Argo Dwipangga" dengan harga dua kali lipatnya. Awalnya dia mengusulkan
ke Aisya untuk naik bus saja. Ahh... Aisya harus segera mengambil
keputusan cepat! Dan akhirnya Aisya memutuskan untuk tetap naik kereta.
WONOGIRI : Sabtu, 19 Maret 2011
Perjalanan Solo-Wonogiri memakan waktu selama 1 jam. Saat sampai di
Wonogiri tepatnya di Agraria, Aisya bertemu kembali dengan seorang
pedagang asongan yang masing ‘istiqomah’ berjualan sampai sekarang.
Pedagang yang cukup ramah itu dikenal Aisya sejak kuliah. Berarti sudah
hampir 5 tahun. Dan beliau selalu berganti barang dagangan. Dulu pernah
berjualan koran, terus kacang-kacangan, bakpao. Dan hari itu beliau
berjualan buah dan bakpao.
Aisya dijemput ayahnya (Yang biasa dipanggil Babe). Subhanallah,
sepanjang perjalanan dari jemputan sampai ke rumah ada pelajaran
istimewa yang secara tidak langsung diajarkan oleh Babe pada Aisya. Babe
menyapa setiap orang yang ditemuinya. Dari yang sudah renta sampai anak
SD. "Hayo, buruan pulang. Jangan main saja!" itu salah satu yang
terlontar dari Babe saat motor Vega merah kami melintas di depan seorang
anak SD yang sedang 'nongkrong' di depan sekolahnya (yang juga mantan
SD Aisya). Babenya Aisya memang dikenal supel dan ramah pada setiap
orang. Beliau cukup terkenal di masyarakat. Hehe...
Sampai di rumah, Aisya langsung disambut Ibuk dan Kang Dodoy. Keisya
belum pulang dari Solo. Aisya istirahat sejenak di ruang televisi.
Sesaat kemudian dipanggil Babe dan Ibuk yang ternyata beliau berdua
sedang melakukan aksi pembunuhan. Hmm, maksudnya menyembelih 2 ekor itik
yang badannya cukup besar. Mantap deh! Makan istimewa nih! Setelah itu,
2 ekor itik yang sudah sukses menjadi almarhum, dibakar kemudian
digoreng dengan bumbu. Maknyuzz... Enaaaak banget deh!
Babenya Aisya memang memanfaatkan masa pensiunnya dengan beternak
unggas. Saat ini unggasnya sudah beranak pinak (eh, maksudnya bertelur
kemudian menetas) dan sudah mencapai ratusan ekor. Mulai dari ayam kate,
ayam blasteran, ayam kampung, itik, angsa, dan bebek. Salut deh, Babe
masih produktif berkarya meskipun sudah pensiun.
Setelah tidur siang, Aisya mulai melancarkan aksinya yakni mencari
berkas yang dibutuhkan untuk kelengkapan syarat mendapatkan beasiswa S2.
Mohon doanya ya kawan-kawan, moga tahun ini bisa S2 dan S3 (hehe... S3?
baca : S-three). Saat membongkar berkas-berkasnya, Aisya malah
menemukan berkas semasa dia masih menjadi Menteri Departemen Informasi
dan Komunikasi (INFOKOM) Kabinet MIPA Bersatu BEM FMIPA UNS. Ia
menemukan tulisan-tulisan yang dulu dimuat di mading BEM, lengkap tiap
edisi! Aisya juga menemukan potongan koran Joglosemar yang dulu pernah
memuat reportase Aisya. Hmm, ada namanya di koran itu. Ahh, nostalgia
masa lalu... SERU!!!
Sore harinya, Keisya pulang dari Solo. Malam
harinya, Aisya, Keisya, Babe, dan Ibuk silaturahim ke tempat Budhenya.
Kang Dodoy tidak ikut karena temannya akan berkunjung ke rumah. Sampai
di rumah Budhe, mereka berbagi cerita sambil minum teh hangat dan makan
gorengan plus nonton sinetron KCB. Hehe... Setelah cukup puas
ngobrolnya, mereka undur diri dan kembali ke rumah.
WONOGIRI : Ahad, 20 Maret 2011
Ahad pagi di kota kelahiran tercinta. Pesona pagi yang memesona setiap
jiwa. Tak ada kebisingan dan tak ada polusi yang menyesak seperti di
ibukota. Pagi ini Aisya bersama Keisya dan Bundanya tercinta jalan-jalan
di sekitar rumah. Maksud awalnya mau menemani Babe yang akan membeli
bambu untuk kandang unggas, tapi malahan Babe mampir dulu. Hmm...
Setelah jalan-jalan Aisya dan Keisya sarapan pagi kemudian bersiap-siap
untuk ekspedisi hari ini ke Karanganyar. Aisya dan Keisya mengenakan
baju yang sama yakni gamis batik warna krem dan jilbab coklat tua. Aisya
langsung packing untuk kembali ke Jakarta karena akan naik kereta jam
20.00. Pagi ini Aisya dan Keisya akan ke Karanganyar untuk menghadiri
pernikahan dua kakaknya yang luar biasa yaitu Mas Anto Suryo Pribadi dan
Mbak Siwiyanti. Pukul 07.30 mobil yang akan dipakai sudah siap. Pagi
itu, Babe memang sengaja ikut untuk menemani sang sopir yang masih
saudara jauh dengan Aisya dan Keisya. Aisya berpamitan pada Ibuk dan
Kang Dodoy. Bismillah... berangkat!!!
SOLO : Ahad, 20 Maret 2011
Aisya dan Keisya harus menjemput dua Saudarinya (Rini dan Aptika) yang
janjian di gerbang depan UNS (boulevard), makanya transit dulu di Solo.
Selama perjalanan ke Solo, Aisya mendengarkan nasyid-nasyid favoritnya
serta murottal. Sebenarnya mau menuliskan kata-kata ucapan di 'amplop
special' untuk Mas Anto dan Mbak Siwi tapi jalanannya tidak rata. Amplop
itu memang sudah bertuliskan "Etika Aisya Avicenna dan calon suami".
Hihi, dasar!!!
Hmm, Mbak Siwi adalah salah satu personel STREAM (Seni dan Teater Akhwat
Mipa). STREAM bisa dikatakan kepanjangan tangan dari Departemen
Kemuslimahan, SKI FMIPA UNS yang fokusnya pada bidang seni, baik teater,
nasyid, maupun tulisan. Aisya pernah menjabat sebagai koordinatornya
yang kemudian digantikan Keisya saat ia hampir lulus. Bersama STREAM,
Aisya pernah bernasyid dari satu event ke event lainnya. Kalau untuk
teater, Aisya lebih seringnya di belakang panggung. Baik sebagai penulis
skenario, sutradara, atau pengatur backsound. Masih teringat penampilan
spektakuler Aisya bersama Mbak Siwi di GOR UNS dalam acara Seminar
Nasional Muslimah dalam rangka HARI KARTINI yang dihadiri ratusan
muslimah UNS dan Mbak Astri Ivo. Waktu itu personel STREAM yang bisa
tampil ada 5 orang yakni Aisya, Kartika, Mbak Siwi, Fadil, dan Rini.
Pada saat itu kami mengenakan kostum Pink dan melantunkan nasyid "Bunda"
dan "Ainul Mardiyah". Seruuuu...!!!
Dalam perjalanan ini, Aisya sempat mendengarkan lagunya Ar-Royan "Ayo
Menikah" dan membayangkan STREAM tampil menyanyikan nasyid ini...
Aisya :
Tlah diciptakan dua insan yang hidup di dunia
Takdir Allah yang menyatukan jodoh manusia
Keisya:
Ingatkan hati hidup ini hanya sementara
Janganlah kita memikirkan materi semata
Mbak Siwi :
Berbahagialah manusia yang tlah menemukan fitrahnya untuk membentuk keluarga yang sakinah
Menikahlah engkau segera bila saatnya telah tiba jangan carikan alasan untuk menunda...
Fadhil :
Menikah mengurangi dosa dan maksiat
Menikah menyatukan bahagia dan nikmat
Rini :
Rezeki manusia Allah mengaturnya
Jangan takut bila kau niat untuk menikah
Sukma :
jangan takut bila miskin harta bila hanya belum bekerja atau tak punya rumah nan megah kau jadikan alasan takut menikah
Kartika :
Jalan hidup tergantung niatmu bila kau yakin kau akan mampu ingatlah Allah slalu menyertaimu
Hihi, imajinasinya sangat inspiratif ya! :)
Ehem, saat perjalanan itulah Mas Aan (sang sopir) bertanya, "Lha kapan si kembar akan menyusul (baca : menikah)?"
Dengan mantap Aisya menjawab, "Ya tergantung persetujuan yang duduk di depan itu, Mas (baca : Babe maksudnya!"
Babe pun menimpali kalau beliau mah setuju-setuju saja karena Aisya dan
Keisya sudah dewasa dalam menentukan pilihan. Bahkan Babe bilang kalau
pun mendahului Kang Dodoy (baca : menikah duluan) juga tidak menjadi
masalah.
ALHAMDULILLAH.... (batin Aisya bersorak riang!)
Sekitar pukul 08.30 akhirnya sampai jua di boulevard UNS. Ehm, iya ya
baru ingat kalau Ahad itu bulevard penuh dengan penjual camilan. Kuliner
dulu, karena Rini dan Aptika belum datang. Aisya beli roti bakar dan
minuman untuk Babe dan Mas Aan (sang sopir). Rini datang. Beberapa saat
kemudian disusul Aptika. Sempat menunggu Mbak Sri sebentar yang akan
menitipkan kado. Akhirnya perjalanan pun berlanjut.
KARANGANYAR : Ahad, 20 Maret 2011
Sampai di Mitra Karanganyar, berhenti sebentar karena Oci siap dijemput
di sana. Awalnya mau bersama Ditya, tapi ternyata Ditya tidak jadi
datang. Perjalanan lanjut lagi. Seru banget. Apalagi sepanjang
perjalanan, Babe selalu melontarkan guyonan-guyonan segarnya yang
membuat mereka tertawa.
Menjelang pukul 10.00, sampai jualah mereka di rumah pengantin putri.
Babe turut mengawal Aisya dan Keisya. Mereka bertemu beberapa rekan dari
UNS. Babe ternyata duduk di dekat Mas Anto (pengantin putra) dan
ngobrol. Akad nikah belum berlangsung. Alhamdulillah, Aisya bersyukur
banget karena bisa menjadi saksi terpautnya dua insan istimewa ini dalam
ikatan yang suci.
Mas Anto begitu lancar melafazkan akad nikah.. Barakallahu laka wabaraka
'alaika wa jama'a bainakumma fii khoir.. Aisya begitu khusyuk berdoa
setelah akad itu selesai. Ada selip harap semoga "sejarah kebahagiaan"
ini menjadi semacam "penyakit menular" tapi menyembuhkan (bingung,
kan?). Intinya, Aisya berharap semoga dirinya juga bisa segera menyusul
jejak kedua kakaknya. Semoga malaikat turut mengamini.. doa yang
mengucur segera melesat terbang ke 'Arsy dan segera diijabah-Nya...
aamiin...
Salah satu nasyid yang terlantun dalam walumatul'urs ini adalah "Sahabat
Perjuangan"-nya TAZAKKA. Nasyid ini adalah salah satu nasyid andalan
STREAM. Ahh, so sweet banget!!! Nasyid yang biasa terlantun itu kini
terdengar manis saat walimatul' urs salah satu personelnya.
Sahabat Perjuangan
Pertemuan kita kali ini
Bukan sekedar kawan lama tak jumpa
Tapi kita bertemu ada satu makna
Kita punya satu perjuangan
~bait di atas biasa Aisya bawakan~
Andai ada kasih antara kita
Kita kembalikan kepada Yang Esa
Agar ia suci, tulus, dan ikhlas
Semoga Allah memberkati...
~kalau bait ini jatahnya Keisya~
Sambutlah tangan sahabat saudaramu
Bimbinglah ia melangkah bersama
Satukan hati kita teguhkan ia
Berdiri bersama untuk kebenaran
~Kalau yang ini semua nyanyi~
Perjuangan itu artinya berkorban
Berkorban itu artinya terkorban
Janganlah gentar untuk berjuang
Demi agama dan bangsa
Inilah jalan kita
~Yang bawain kadang Rini/Kartika/personel lain~
Dalam walimatul 'urs ini ada sesi tausyah yang disampaikan oleh Wakil
Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar. Beliau adalah salah satu kader sebuah
partai. Hmm, bagus dan lucu penyampaiannya. Beberapa point yang berhasil
direkam Aisya salah satunya tentang 3 kriteria memilih pasangan hidup,
yakni:
1. TRESNO SUCITRO : cinta karena kedudukannya
2. TRESNO BONDO : cinta karena harta dan nasabnya
3. TRESNO UTOMO : cinta karena agama
TRESNO UTOMO-lah yang harus menjadi kriteria utama.
Rumus agar pernikahan mencapai sakinah, mawadah, warahmah ala ustadz yang sudah punya 4 anak ini antara lain :
1. NGUMBAH RESIK, maksudnya suami wajib memberi nafkah pada istri. Gaji
suami semuanya diberikan istri. Ada istilah "uang laki-laki", sebenarnya
tidak masalah asal dikomunikasikan.
2. MASAK MATENG, maksudnya setiap keputusan dalam keluarga harus dibicarakan dengan baik dan dipikirkan masak-masak.
3. TUTUP BRUKUT, maksudnya suami-istri wajib saling menjaga dan bisa
menutupi aib masing-masing. Istri harus bisa menjaga izzah dirinya dan
suaminya, begitu juga sang suami harus bisa memuliakan istrinya.
Acara selesai menjelang pukul 12.00. Kemudian lanjut foto bersama. Aisya
dan Keisya mendapat kesempatan berfoto bersama kedua mempelai. Keisya
di sisi kanan mempelai pria, sedangkan Aisya di sisi kiri mempelai
wanita. Aisya juga sempat memetik bunga krisan warna merah. Hihi, biar
cepet nyusul (meski sebenarnya nggak ada korelasinya juga sih!).
Babe dan Mas Aan sudah menunggu di dekat mobil. Rombongan Aisya pun
kembali ke mobil setelah sebelumnya sempat 'say goodbye' dengan beberapa
teman UNS.
Perjalanan pulang yang tak kalah menyenangkan karena Babe masih terus
melontarkan humor-humornya. Sampai di depan Mitra Karanganyar, Oci
turun. Sedangkan Rini dan Aptika turun di dekat Jurug. Sekitar pukul
13.30, Aisya dan Keisya tiba di kos. Babe dan Mas Aan lanjut balik
Wonogiri. Tak lupa Aisya mencium tangan Babe dan minta doa restu. Ahh,
hari ini Aisya begitu bahagia karena bisa mengajak Babe ke walimatul
'usr Mas Anto dan Mbak Siwi. Babe jadi tahu secara langsung model
pernikahan Islami yang Aisya dan Keisya inginkan. Hmm, sebuah tips :
Salah satu cara mengkomunikasikan konsep pernikahan Islami kepada orang
tua adalah dengan mengajak mereka menghadiri walimatul 'urs yang Islami.
Alhamdulillah...
SOLO : Ahad, 20 Maret 2011
Sampai di kost PINK, Aisya istirahat (baca : tidur siang). Aisya sudah 2
tahun mendiami kost ini dan selama 2 tahun itulah ia didaulat menjadi
kepala suku. Hehe, saking galaknya! (Nggak ding, sebenarnya cuma tegas
dan disiplin ~kayaknya). Sorenya, Keisya ada agenda pekanan. Bosan di
kost, Aisya memilih jalan-jalan ke belakang kampus UNS. Eh, bertemu
dengan beberapa adik-adik UNS, tapi mereka terkecoh. Aisya dikira
Keisya! Aisya sempat membeli lele bakar "BU DARMO" (salah satu makanan
favorit Aisya semasa di kampus dulu).
Menjelang Maghrib Aisya bertemu dengan salah satu personel FLP UNS yang
dititipi tiket kereta api Aisya (tiket yang dibelikan salah satu
personel FLP Pelangi Solo). Kebetulan hari ini FLP Solo Raya sedang
punya hajat, yakni pemilihan ketua. Dan alhamdulillah, terpilihlah mbak
Asri Istiqomah sebagai ketuanya menggantikan Mas Aries Adenata.
Oh ya, tadi Aisya sempat ditodong adik kost yang juga anak Matematika
FMIPA UNS angkatan 2010 untuk mengajari soal kalkulus materi INTEGRAL.
Hmm, ternyata masih belum terlalu lupa. Aisya jadi pengin belajar
Matematika lagi.. ^^v
Habis Maghrib, Kartika (vokalis STREAM sekaligus adik kelasnya di
jurusan Matematika) datang ke kost Pink. Aisya tadi meminta dia
mengantarkan ke stasiun Balapan. Selama perjalanan, Kartika menceritakan
tentang anak-anak Matematika yang akan menjalani ujian proposal
skripsi. Sukses selalu ya adik-adikku!!!
Sampai di Stasiun Balapan, Tika (panggilannya Kartika), segera memarkir
motornya. Mereka berdua lanjut masuk ke stasiun. Ternyata inilah pertama
kalinya Tika masuk stasiun Balapan meski sudah hampir 4 tahun di Solo.
Hehe... Saat di dalam stasiun, kok ya pas banget ada grup musik yang
menyanyikan lagunya Didi Kempot.
Neng Stasiun Balapan...
Kutho Solo sing dadi kenangan..
Kowe karo aku...
Nalika ngeterke lungamu..
Hihi, Aisya dan Tika kompak tertawa. Sambil menunggu kereta, Tika sempat
curhat. Hmm, sabar ya Tik. Allah Maha Tahu yang terbaik untuk setiap
hamba-Nya. Aisya juga sempat memberikan kenang-kenangan berupa buku
terbarunya yang berjudul "OMG! TERNYATA AKU TERLAHIR SUKSES!".
Menjelang pukul 20.00, kereta ARGO DWIPANGGA pun tiba. Aisya dan Tika
berpelukan (ala Teletubbies ^^v). Setelah itu, mereka berpisah. Aisya
segera mencari gerbong 8, kursi 3 B. Alhamdulillah, Aisya duduk di
sebelah seorang Bapak berusia 64 tahun yang super bijak. Dari pukul
20.00 sampai 22.30, Aisya diajak diskusi yang super keren. Semua berawal
dari pertanyaan sang Bapak kepada Aisya, "Sudah berkeluarga atau
belum?". Akhirnya mengalirlah diskusi yang super panjang. Bapak itu
memberondong Aisya dengan beragam pertanyaan : Target nikah kapan?
Bagaimana kriterianya? Apa persiapan yang sudah dilakukan? Bla.. bla..
bla... Sungguh, malam itu Aisya seperti disidang! Hehe.. Tapi seru juga
sih. Bapaknya juga banyak memberi petuah. Aisya jadi banyak tersadar dan
bertekad tentang banyak hal terkait 'sunnah bersejarah' ini. SERU deh
pokoknya!
***
Alhamdulillah, pukul 05.00 kereta sudah sampai di Stasiun Jatinegara.
Aisya berpisah dengan Bapak yang baik itu. Ya Allah, terima kasih atas
perjalanan yang penuh hikmah ini...
Saatnya bersiap untuk ekspedisi selanjutnya!!!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
Sabtu, 19 Februari 2011 pukul 19.00, Aisya bersama kedua sahabatnya
(Izzah dan Wulan) berjalan menuju Indomaret di Jalan Otista 3 untuk
membeli bekal dan bertemu Dek Nihlah. Mereka berempat hendak ke Magelang
untuk menghadiri walimatul ‘ursy Ukhti Umi Azizah. Setelah membeli
snack, mereka naik kopamilet biru bernomor 18. Turun di fly over, dan
berganti naik kopamilet biru bernomer 06 A kemudian turun di stasiun
Jatinegara.
Dek Nihlah beli tiket, alhamdulillah.. masih ada tiket yang belum
terjual. Akhirnya mereka bisa satu gerbong meskipun tempat duduknya
terpisah. Sekitar pukul 19.30, kereta “Sawunggalih” pun datang. Tepat
saat mereka masuk ke stasiun. Benar-benar serba cepat dan tepat! Wulan
duduk dengan Dek Nihlah di kursi 5 A dan 5B, Aisya duduk di kursi 5 C
bersebelahan dengan seorang Bapak, sedangkan Izzah di kursi 16.
Aisya mencoba membuka percakapan dengan bapak di sebelahnya, ternyata
beliau juga turun di stasiun Kutoarjo. Setelah itu mereka tenggelam
dalam pikiran masing-masing saat kereta mulai bergerak meninggalkan
stasiun Jatinegara.
Setelah berdoa, Aisya segera mengeluarkan earphone dan mendengarkan
nasyid dan murottal. Pencahayaan cukup terang, Aisya mengeluarkan draft
tulisan yang tadi siang sempat ia print. Draft itu berisi revisi
tulisannya dari seorang editor yang juga penulis. Banyak coretan merah
dalam draft itu. Aisya mulai membaca, terkadang mulutnya membentuk huruf
O dan kepalanya manggut-manggut saat menemukan hal baru sebagai masukan
dari sang editor. Setelah selesai membaca draft itu, Aisya mulai
mengantuk kemudian tidur setelah mematikan HP-nya.
Pukul 01.00 dini hari Aisya terbangun. Masih sampai daerah Kebumen.
Aisya terjaga, tak bisa tidur lagi. Akhirnya ia mendengarkan murottal
dan nasyid. Pukul 03.00, akhirnya ular besi itu sampai jua di
pemberhentian terakhir, Stasiun Kutoarjo. Aisya berjalan di gerbong 1
itu untuk membangunkan Izzah yang ternyata masih tidur. Mereka berempat
turun dari kereta dan memilih duduk di sebuah bangku panjang kosong.
Hawa dingin Kutoarjo menyerang mereka. Aisya dan Izzah membeli Pop Mie
hangat untuk mengusir rasa dingin sekaligus lapar.
Masih harus menunggu satu jam di stasiun, karena menurut informasi yang
didapat dari Umi Azizah, bus yang ke arah Magelang adanya jam 04.00. Ya
sudah, mereka duduk-duduk manis dulu di stasiun. Sambil mendengarkan
lantunan nasyid yang menghentak dari Izzatul Islam, Aisya menghabiskan
Pop Mienya. Setelah habis, Aisya mengeluarkan draft tulisannya lagi dan
mulai memperbaiki tulisannya. Baru menulis beberapa kalimat perbaikan,
Wulan mengajak mereka keluar stasiun karena waktu hampir menunjukkan
pukul 04.00.
Bulan masih purnama sempurna meski terkadang berselimut awan hitam saat
Aisya menengadah memandang langit dini hari itu. Mereka berempat
beranjak menuju jalan raya. Alhamdulillah, sudah ada bus jurusan
Semarang bernama “Sumber Alam” yang terparkir di sana. Kami menaikinya.
Bus mulai berjalan meski penumpang masih sedikit. Saat memasuki waktu
Subuh, bus masih melintasi kota Purworejo. Mereka sholat di dalam bus.
Iseng-iseng Aisya pasang status
Ar Royan : Berbahagialah manusia, yang tlah menemukan fitrahnya untuk membentuk keluarga yang sakinah.
Q (aisya) : Subhanallah walhamdulillah
Ar Royan : Menikahlah engkau semua bila saatnya telah tiba, jangan jadikan alas an untuk menunda.
Q : Insya Allah.
Ar Royan : Jalan hidup tergantung niatmu, jika kau yakin kau akan mampu. Ingatlah Allah selalu menyertaimu.
Q : Allahu akbar!!!
Pukul 06.00, sampai juga mereka di daerah Secang, Magelang. Mereka turun
di pertigaan Polantas Secang. Nah, sebelum turun, Izzah sempat diajak
ngobrol kondekturnya. Kondekturnya berujar bahwa ia sepertinya tidak
asing dengan wajah muslimah berjilbab merah itu (yang tak lain adalah
Aisya). Ah, itu kondektur ada-ada saja. Atau tampang Aisya yang memang
dah familier ya? Hehe... Waduh, setelah turun dari bus, Wulan dan Izzah
langsung meledek Aisya. Walah... Belum cukup sampai di situ. Saat
jemputan dari Umi Azizah sudah datang, kondektur itu berjalan di dekat
Aisya dan bertanya, “Memang mau ke mana?”. Aisya pun menjawab dengan
tegasnya (kata Wulan, “plus dengan cueknya”), “Ke Secang,” jawab Aisya.
Waduuuh, tambah diledekin lagi sama mereka. Gubrakz deh. Izzah ngasih
julukan ke kondektur itu dengan “Kondi” (Kondektur imut). Hehehe..
dasar! Ada-ada saja!!
Selama di mobil, mereka benar-benar menikmati pemandangan kiri kanan
yang menghijau. Hmm.. subhanallah, luar biasa! Beberapa saat kemudian,
sampailah mereka di rumah Umi Azizah yang sudah terpajang dekorasi
pengantin berwarna merah. Hmm... Aisya banget! Masuk ke rumah saudaranya
Umi yang dijadikan tempat rias pengantin. Umi masih dirias. Mereka
diajak ayahnya Umi ke rumah yang terletak di dekat dekorasi. Mereka
disuguhi beragam camilan ringan.
Setelah bersiap-siap, mereka ke tempat rias pengantin lagi. Hmm, Umi
cantik sekali. Mereka berfoto bersama. Umi pun menceritakan ‘proses’nya
dengan Kak Zablin yang sungguh inspiratif. Memang benar, jodoh itu tak
terduga datangnya. Beberapa saat kemudian, rombongan besan datang. Pukul
09.00 akad nikah dimulai. Mereka berempat mendapat kesempatan
menyaksikan secara langsung di dalam rumah.
SAH! Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fii khoiir...
Beberapa saat yang lalu mereka masih sama-sama berstatus lajang, tapi
sekarang status mereka berbeda. Umi sudah menjadi seorang ISTRI. Haru
plus bahagia bercampur menjadi satu. Alhamdulillah... Merekapun berdoa
bersama. Setelah itu seksi foto-foto. Umi masih tampak canggung saat
berhadapan dengan Kak Zablin. Dengan usil, mereka pun menggoda pengantin
baru itu. Lucu deh! Masih pada kaku.
Setelah akad nikah, lanjut walimatul ‘ursy pada jam 11.00. Dengan
menggunakan adat Jawa, alhamdulillah acaranya pun berjalan lancar.
Mereka sempat berfoto bersama kedua mempelai yang mengenakan baju coklat
keemasan. Setalah acara selesai, mereka sholat. Pukul 14.00 Umi menemui
mereka. Ternyata keluarga Umi sudah menyiapkan transport i pulang ke
Jakarta dengan menggunakan travel. Mereka akan dijemput pukul 16.00.
Hujan turun, mereka pulang pukul 16.30. Penumpang travel ada 7 orang
plus 1 orang sopir. Kami melewati kota Temanggung. Nah, inspiratifnya…
waktu melintas di depan alun-alun kota Temanggung, ada warung yang
namanya “Sabar Menanti”. Hmm, jadi merenung dalaaaam. Selama perjalanan,
mereka sempat transit dua kali di tempat istirahat yang mereka
manfaatkan untuk sholat dan makan.
Pukul 08.30 mereka baru sampai kost. Wah, kesiangan nih! Tapi harus
tetap ke kantor. Akhirnya Aisya sampai kantor jam 10.00 pagi. Sampai di
lobi, eh ketemu Mbak Selly yang akan membeli bubur ayam di kantin gedung
utama. Aisya ikut menemaninya sekaligus membeli sarapan juga. Eh,
sehabis dari kantin, ada Pak Direktur yang berjalan di depan mereka.
Malah satu lift. Untungnya tas yang Aisya bawa adalah tas kecil karena
tas kantornya ia lipat dan dimasukkan ke tas itu. Jadinya nggak keliatan
kalau Aisya baru sampai di kantor. Keren deh! Mereka bercakap-cakap di
dalam lift. “Terima kasih buat notulensinya ya,” kata Pak Dir yang
membuat Aisya makin sumringah. Wah, ternyata Pak Dir mengapresiasi
tulisan Aisya saat menjadi notulis waktu rapat bersama pejabat daerah
dan Komisi B anggota DPRD sebuah provinsi di pulau Kalimantan hari Jumat
yang lalu.
Ahad kemarin, Mas Eka (salah satu teman kerja Aisya) menelepon Aisya
kalau Pak Dir meminta notulensi hasil rapat hari Jumat itu.
Alhamdulillah, untungnya setelah rapat dan sebelum pulang dari kantor
hari Jumat malam, Aisya menyempatkan diri untuk menulis notulensi itu
jaga-jaga kalau tiba-tiba Pak Dir minta. Dan ternyata benar. Ahadnya
beberapa rekan kerja Aisya lembur untuk membahas hasil rapat. Aisya kan
pas di Magelang. Jadinya Aisya memberi tahu Mas Eka letak file notulensi
itu di komputer Aisya. Alhamdulillah, leganya.. BERES!
Ekspedisi ini sangat luar biasa. Menyisakan segenap asa yang meskipun
sama, tapi lebih menggelora. Ah, jadi teringat sepucuk surat yang pernah
ditulis Aisya untuk seseorang. Seseorang yang belum ia tahu namanya dan
entah di mana keberadaanya.
Menanti Sang Mujahid
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Mujahidku, selamat pagi! Apa kabarmu di sana?
Semoga jutaan nikmat yang kau terima pagi ini, kau balas dengan syukurmu yang tak terkira. Begitupun aku yang ada di sini.
Semoga Allah senantiasa memberikan barokah-Nya dalam setiap keadaan kita ya!
Mujahidku...
Di tengah pagi yang masih sepi ini,aku hanya ingin berbagi rasa.
Rasa? Ya, rasa rindu. Aku tengah merindukan takdir kita.
Aku tengah merindukan sebuah pertemuan denganmu.
Entah kapan, hanya Dia yang Maha Tahu.
Aku hanya berharap, semoga Allah senantiasa menjagamu, menjaga kita.
Melindungi kita agar tetap berada di jalan-Nya dalam menjemput ridho-Nya
Aku selalu yakin akan skenario-Nya
Bahwa Dia akan memberiku yang terbaik, salah satunya dirimu!
Mujahidku...
Aku berdoa semoga Allah senantiasa meneguhkanmu dalam keistiqomahan
Menyelamatkanmu dari fitnah dunia
Memudahkan setiap aktivitas dakwahmu
Meskipun aku tak tahu engkau sekarang berada di mana
Sungguh, aku hanya meminta Allah meridhoi apa yang kita lakukan..
Mujahidku..
Sungguh aku tak ingin berspekulasi tentangmu!
Aku memang punya kriteria
Sholeh, bertanggung jawab, dan visioner
Satu lagi... penulis!
Hmm, moga tidak terlalu berlebihan
Toh, itu bukan kriteria mutlak!
Aku memang menginginkanmu seperti itu
Tapi, Allah Maha Tahu yang aku butuhkan
Mujahidku...
Tepat sebelum membuat tulisan ini
Aku pernah membuat surat untuk calon anak kita
Mmm, dibaca saja ya!
Surat itu sedikit memberi gambaran tentang impianku kelak
Bersamamu!
Bersama anak-anak kita!
Mujahidku...
Entah kau di mana
Jujur ingin aku katakan
Aku mencintaimu sebelum mata ini memandang
Aku mengagumimu sebelum telinga ini mendengar
Sebelum hal-hal fisik lainnya merusak ketulusanku atas siapapun kau!
Aku ingin menjaga cinta ini dengan begitu sederhana!
Mujahidku...
Dalam sujud-sujud panjangku, aku meminta kepada Pemilik kita
Aku kucurkan doa agar aku layak menjadi pendampingmu
Siapapun kau, dimanapun kau berada...
Mujahidku...
Sungguh aku hanya ingin menjaga diriku
Aku ingin terus memperbaiki diri ini
Membangun komunikasi yang baik dengan orang tuaku
Agar restu mereka juga terlimpah pada kita
Hingga suatu saat nanti...
Jika Allah berkehendak mempertemukan kita
Aku telah siap mendampingimu
Kita akan berjuang bersama menapaki jalan-Nya
Mujahidku..
Engkau adalah pangeran kunci surgaku
Jika Allah berkenan menjadikanku pendampingmu
Bimbinglah aku untuk terus mendekat pada-Nya
Karena kau adalah imamku
Mujahidku...
Biarkan saat ini kesabaran yang menjadi temanku
Mengisi hari-hari ini sebelum akhirnya kita bertemu
Semoga Allah meridhoi penantian kita
Selamat berjuang, mujahidku!
Doaku selalu menyertaimu...
Menantikanmu sampai batas waktu itu tiba
Jakarta, 22 Februari 2011_06.25
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.
Jumat, 4 Februari 2011
Seharian
ini Aisya bertugas di Unit Pelayanan Perdagangan (UPP), Kementerian
Perdagangan. Apa itu UPP? UPP adalah ‘pintu’ keluar masuknya perizinan
impor dan ekspor. Semacam ‘front line’ kalau di bank. Jadi ya tugasnya
memberikan pelayanan prima pada para importir dan eksportir yang hendak
mengajukan izin. Aisya memang diperbantukan di sana, karena dirinya
adalah bagian dari staf di Direktorat Impor. Berhadapan dengan
‘customer’ yang galak sampai baik hati, Aisya pernah mengalaminya. Hmm,
di sinilah peran sebagai ‘abdi masyarakat’ itu akan teruji. Aisya
mendapat jadwal bertugas di UPP 1-2 kali dalam seminggu.
Aisya bertugas di UPP dari jam 09.00 sampai jam 05.00 sore. Setelah jam 5
sore, Aisya naik ke lantai 9. Pekerjaan selanjutnya telah menanti.
Pukul 19.30 Aisya dan teman-temannya bersiap untuk berangkat ke Bandung
dengan menggunakan mobil AVP hitam. Jakarta malam ini cukup macet tapi
Aisya begitu menikmati perjalanan ini sambil mendengarkan murottal dan
nasyid-nasyid favoritnya. Rombongan sempat berhenti di rest area tol
Cikampek untuk isi bensin dan ke toilet.
Sabtu, 5 Februari 2011
Pukul 02.00 dini hari sampai jugalah di bungalow dan restoran “Kampoeng
Strawberry” di daerah Ciwidey, Bandung Selatan. Suasana dingin menusuk
kulit. Kami menginap di sana. Setelah bersih-bersih badan, lanjut sholat
Isya berjamaah. Sempat bikin mie rebus karena belum makan malam, lanjut
tidur. Bungalownya sangat nyaman. Desain interiornya juga sangat
menarik. Berlantai kayu dan berdinding batu bata.
Pukul 04.30 bangun, kemudian sholat Subuh berjamaah. Pagi harinya, wow..
subhanallah.. pemandangannya begitu indah. Gunung yang berkabut diadu
dengan hawa dingin dan udara yang menyegarkan. Bersama Agnes, Mbak
Sulis, dan Nita, Aisya jalan-jalan pagi dan akhirnya menemukan warung di
pinggir jalan. Aisya memesan segelas energen vanilla hangat dan makan
satu buah gorengan. Di depan warung itu berjejerlah puluhan buah
strawberry yang siap dipetik. MERAH euy!
Setelah sarapan, mandi, dan packing, Aisya dkk menuju mobil kemudian
melanjutkan perjalanan menuju kawah putih. Sempat berhenti di jalan
untuk foto bersama. Sampai di kawah putih, malah hujan yang cukup deras.
Sudah keluar lagi, tapi berhubung hujan semakin deras akhirnya masuk
mobil lagi. Setelah cuaca cukup mendukung, akhirnya keluar mobil dan
menuju lokasi. Meski sempat tertahan di gardu sebagai tempat berteduh,
Aisya dkk akhirnya bisa berfoto ria di Kawah Putih meski waktu itu angin
bertiup cukup kencang dan hujan kembali turun.
Perjalanan dilanjutkann ke Situ Patengan. Makan sate ayam kemudian sholat. Setelah itu foto-foto. Beli strawberry lima kotak.
Setelah dari Situ Patengan, rombongan merangkak menuju pusat kota
Bandung. Sampai juga di Dago. Teringat kisah Ajuj yang rela jualan pecel
lele di Jalan Dago, sembari mencari Kinanthi (baca gih novel “Galaksi
kinanthi” karya Tasaro Gk). Mampir di Kartika Sari, beli brownies.
Lanjut ke Herritage dan cari oleh-oleh di daerah Dago.
Senja di Paris Van Java. Menikmati nasi goreng dan secangkir lemon tea hangat di cafe de Winkle.
Pukul 19.00, pulang ke Jakarta. Sampai kost pukul 22.00.
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.
KALEIDOSKOP AISYA AVICENNA 2010
A. Buku-Buku yang Dibaca
1. Misteri Menjelang Ajal
2. Energi Cinta untuk Keluarga
3. Siap-siap Nikah
4. Ketika Cinta Berbuah Surga
5. Putriku, Bagaimana Kepribadianmu?
6. Risalah Nikah
7. Ya Allah, Izinkan Ia Menjadi Pendampingku
8. Allah Maha Pemurah
9. Beginilah Seharusnya Hidup
10. Kekuatan Cinta
11. Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta
12. Menjadi Pelajar Berprestasi
13. Persembahan Cinta Istri Hasan Al-Banna
14. Empat kekuatan Mahadahsyat
15. Mega Inspirasi
16. Bumi CInta
17. Sehari di Rumah Rasulullah SAW
18. 101 Ayat-ayat Motivasi Hidup Penuh Optimisme
19. Beginilah Seharusnya Cinta
20. Layang-Layang Kembalilah Pulang
21. 2012-an
22. The Lost Syambel
23. Suplemen Dahsyat untuk Ikhwan dan Akhwat
24. Alphabet Cinta
25. Ayat Amat CInta
26. Etika Berjilbab
27. Padang Bulan
28. Etika Muslimah dalam Memilih
29. Rabithah CInta
30. Etika Muslimah kepada Diri Sendiri
31. Negeri 5 Menara
32. 10 Sifat Bidadari Surga
33. Doa-doa Enteng Jodoh
34. The Lost SYmbok
35. Bidadari Bumi
36. Spirit Ramadhan
37. Etika Menjadi Ibu
38. Yusuf, Sang Pejuang Mimpi
39. Sakinah Bersamamu
40. La Tahzan 4 Muslimah
41. Bidadari-Bidadarii SUrga
42. Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
43. Jodoh Cinta Update
44. I love You Friend
45. A Complete Guide for Writerpreneurship
46. Menginstall Nyali
47. Emak Ingin Naik Haji
48. 9 Kisah Wanita SHolehah
49. Adriana
50. Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan
51. Tafakur, Gado-Gado Simpang Lima
52. Nibiru dan Kesatria Atlantis
53. Tahun Pertama Pernikahan
54. Panduan Pernikahan Ideal
55. Kupinang Engkau dengan Cinta
56. Hari Gini Gak Bisa Nulis?
57. Disebabkan oleh Cinta, Kupercayakan Rumahku Padamu
58. Galaksi Kinanthi
59. Mempelai Tanpa Pengantin
60. Buku Lengkap Belajar Design Grafis
61. Tarbiyah Ruhiyah
62. Menjadi PNS Sukses
63. Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan
64. Tuhan Inilah Proposal Ibadahku
65. Istikharah Cinta
66. Al-Hikam
67. Bercermin di Telaga Cinta Sang Guru
68. Untukmu Kader Dakwah
69. Lost in Japan
70. Ayat-ayat Motivasi
71. 10 Bersaudara Bintang Al-Qur’an
72. Berbagi Pengalaman Menjadi Hafizh Qur’an
73. Surat Terbuka untuk Para Ayah dan Ibu
74. Semua Inginkan Surga
75. 101 Ayat-ayat Motivasi Hidup Penuh Optimisme
76. Motisakti
77. Nyalakan Nyali
78. My Husband, My Prince
79. Tarbawi “Apakah untuk Berubah Perlu Momentum?”
80. Tarbawi “Menatap Wajah-Wajah Kita yang Berdebu”
81. Tarbawi “Menghimpun Kekuatan Doa di Waktu Senja”
82. Tarbawi “Tularkan Keceriaan Betapapun Sulit”
83. Tarbawi “Kapan Terakhir Kali Menitikkan Air Mata”
84. Tarbawi “Jadilah Teman Dekat yang Tidak Menyandera”
85. Menggapai Impian
86. Etika Muslimah Kepada Mertua
87. Etika Muslimah Ketika Berkendaraan
88. Etika Berjilbab
B. Karya
1. Lomba Cerpen Forsil Masdani “Cinta di Surau Al-Mukharomah”, 15 Januari 2010 (Belum berhasil)
2. Lomba Menulis Surat untuk Murabi, 29 Januari 2010 (tidak ada info selanjutnya)
3. Artikel “Bukti Cinta” (diterbitkan Majalah Enha UNS edisi februari 2010)
4. Lomba Internal FLP Jakarta “Penggalan Kisah Bersama Ayah”, 27 Februari 2010 (belum menang)
5. Artikel “Be Your Self” (belum berhasil terbit di Majalah KHAlifah, tapi akhirnya terbit di
http://www.penulislepas.com/ tanggal 17 September 2010)
6. Lomba Puisi Inspiratif FLP Malang, 15 April 2010 (belum menang)
7. Lomba Kisah Inspiratif FLP Malang, 15 April 2010 (belum menang)
8. Artikel “Positive Thinking”, untuk sebuah buku Antologi (semoga terbit 2011)
9. Artikel “Cantik Pakai Jilbab”, untuk sebuah buku Antologi (semoga terbit 2011)
10. Artikel “Bekal Orang Tua”, untuk sebuah buku Antologi (semoga terbit 2011)
11. Artikel “Bekal untuk Buah Hati”, untuk sebuah buku Antologi (semoga terbit 2011)
12. Buku “The Power of Alphabet, Super A-Z” (ditulis bersama Keisya Avicenna, insya Allah terbit 2011)
13. Buku “30 Hari Mencari Cinta” (ditulis bersama Keisya Avicenna,
ditolak penerbit karena waktu yang mendesak! Pas moment Ramadhan ^^v)
14. Antologi “Crazy Moment oleh Leutika Publisher”, 7 Juli 2010 (belum beruntung)
15. Lomba Internal FLP Jakarta, “FLP Jakarta dulu, kini, dan nanti”, 15 Agustus 2010 (belum juara)
16. “Merah Marun Lebaranku” dalam Antologi “Lovely Lebaran” oleh Indie Publishing, 20 September 2010 (insya Allah terbit 2011)
17. “Sang Penulis” dalam Antologi Fiksi Mini, 21 September 2010 (belum berhasil)
18. “For The Rest of My Life” dalam Antologi “Charity for Indonesia”, 27 September 2010 (belum berhasil)
19. “Ganepo” dalam Antologi “Meniti Jejak Bocah di Peti Sejarah”, 30 September 2010 (belum berhasil lolos)
20. “Lukisan Cinta untuk Bunda” dalam Antologi “100 Puisi Ibu se-Indonesia”, 30 September 2010(belum lolos)
21. “Benci Jadi Simpati” dalam Antologi “Ikhwan-Akhwat Jatuh Cinta”, 30 September 2010(Alhamdulillah, LOLOS!)
22. “Ananda, Cinta Bunda Tak Bertepi” dalam Antologi “Surat Untukmu, Nak!” (belum ada informasi selanjutnya)
23. “Sepasang Mata Cinta” dalam Lomba Duet Sahabat UNSA, 3 November 2010 (ditulis bersama Suli, belum berhasil)
24. “Cinta Adinda” dalam Antologi “Write4Indonesia” untuk proyek amal,
15 November 2010 (sudah terbit 2010, sekarang tahap distribusi)
25. Antologi Kisah Motivasi bersama FLP Depok, 17 November 2010 (belum berhasil)
26. “Penghuni Baru Oscom” dalam Antologi “Guruku Kehidupanku”, 20 November 2010 (Alhamdulillah lolos, insya Allah terbit 2011)
27. “Kerapuhan Hati” dalam Antologi “lagu Opick Inspirasiku”, 30 November 2010 (belum berhasil)
28. “Penunggu Al-Ikhlas” dalam Antologi “Scary Moment by Indie Publishing”, 13 Desember 2010 (belum pengumuman)
29. Flash Fiction “Dari Blog Turun ke Hati”, antologi bersama Muda 14 FLP Jakarta (Insya Allah terbit 2011)
30. Flash Fiction “Sang Penulis”, antologi bersama Muda 14 FLP Jakarta (Insya Allah terbit 2011)
31. Flash Fiction “Tergelincir”, antologi bersama Muda 14 FLP Jakarta (Insya Allah terbit 2011)
32. Flash Fiction “Surat dalam Plastik”, antologi bersama Muda 14 FLP Jakarta (Insya Allah terbit 2011)
33. Buku tentang ABG, ditulis bersama Mbak Erawati dkk (insya Allah terbit 2011)
C. Pertemuan dengan Tokoh Inspiratif
1. Susilo Bambang Yudhoyono (presiden RI)
2. Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan)
3. Tasaro GK (Penulis)
4. Izzatul Jannah (Penulis)
5. Taufan E. Prast (Penulis)
6. Erawati Tf (Penulis)
7. Tere Liye (Penulis)
8. Andrea Hirata (Penulis)
9. Fatih Beeman (Penulis)
10. Bambang Trim (Penulis)
11. Ifa Avianty (Penulis)
12. Sakti Wibowo (Penulis)
13. Arul Khan (Penulis)
14. Triani Retno (Penulis)
15. Dani Ardiansyah (Penulis)
16. Nova Ayu Maulita (Penulis)
17. Habiburahman El Shirazy (Penulis)
18. Tifatul Sembiring (Tokoh)
19. Yoyoh Yusroh (Tokoh)
20. Abdullah Gymnastiar (Tokoh)
21. Dude Herlino (Artis, Pemain Film)
22. Oki Setiana Dewi (Artis, Pemain Film)
23. Andy Arsyil (Artis, Pemain Film)
24. A. Fuadi (Penulis)
25. Sinta Yudisia (Penulis)
26. Izzatul Islam (Grup Nasyid)
27. Gondes (Grup Nasyid)
28. Shoutul harokah (Grup Nasyid)
29. Raihan (Grup Nasyid)
30. Gradasi (Grup Nasyid)
D. Kisah Inspiratif
-baru disusun-
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
"IDEALITAS adalah sebuah MOTIVASI"
Hmm, siap2 berEKSPEDISI! Insya Allah akan menjadi akhir pekan yang menyenangkan!!
CU AGAIN JAKARTA!!!
Hmm... ekspedisi pekan ini berjudul :
”BUMI CINTA AISYA DI KOTA NEW YORK.......”
(berteman Novel Bumi Cinta-nya Kang Abik)
RedZONE, 070510, 05:50
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Mei 2010 di blog sebelumnya