Alhamdulillah,
akhirnya mentoring kedua Blogger FLP Jakarta kembali digelar Ahad tanggal 11
Maret 2018. Bertempat di Proxsis Consulting (IG : @proxsisconsulting), 26 blogger FLP Jakarta belajar
blog bareng Kang Arul, seorang blogger professional yang juga senior di FLP
Jakarta.
Mentoring Blogger FLP
Jakarta dimulai pukul 09.30 WIB oleh Kak Shinta selaku MC dan dilanjutkan
tilawah oleh Syahrul (Muda 21). Tema mentoring kali ini “Ngeblog Galau Bareng
Kang Arul”.
Memang,
kami dibuat galau oleh materi-materi yang disampaikan Kang Arul, sang Dosen
Galau.
Alhamdulillah, Ahad 28 Januari 2018 yang lalu bertempat di Proxsis Consulting, Jakarta Selatan telah diadakan workshop blog oleh
FLP Jakarta. Acara ini digelar sebagai sarana untuk memfasilitasi anggota muda dan madya FLP Jakarta agar lebih produktif menulis dan bisa memanfaatkan platform blog sebagai sarana untuk merangkai kata.
|
Cover Novel "Carikan Aku Istri" |
Judul
: Carikan Aku Istri
Penulis
: Arul Khan
Penerbit
: Fatahillah Bina Alfikri (FBA) Press, Tangerang
Tebal
: 190 halaman
Tahun Terbit : 2004
ISBN
: 979-3205-26-1
*
Siapa bilang kaum lelaki tidak resah
memikirkan siapa calon pendamping hidupnya?
Siapa bilang menentukan satu keputusan untuk memilih
adalah hal yang teramat mudah bagi lelaki?
Sebelumnya kita telah membahas salah satu senjata penulis yakni sabar, khususnya terkait sabar dalam menghadapi ujian. Sekarang kita lanjutkan pembahasan mengenai sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat.
Ketika kita sudah
mendeklarasikan diri untuk menjadi seorang penulis, akan banyak hal yang
dihadapi, baik kemudahan maupun kesulitan. Dalam menjalankan aktivitas menulis,
ada dua senjata penting yang harus dimiliki oleh seorang penulis,yaitu sabar dan syukur.
Saya menemukan tulisan tahun 2015 ini di email saya tepat di saat siang sampai sore tadi saya berkumpul dengan rekan-rekan FLP Jakarta. Pas banget sebagai bahan renungan karena tadi juga diminta oleh seorang sahabat untuk mengajarinya menulis. Sejatinya saya pun sedang belajar menulis dan dalam tahap 'kembali' ke FLP.
|
Sumber gambar : http://dicuekin.com/2014/07/apa-yang-kita-dapatkan-dari-membaca.html |
Ketika duduk di stasiun bus, di gerbong kereta api,
di ruang tunggu praktik dokter anak, di balai desa,
kulihat orang-orang di sekitarku duduk membaca buku,
dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang,
Nama : Etika Suryandari (Aisya Avicenna)
Karya terpublikasi sampai Juli 2011;
1.Artikel “Bukti Cinta” (diterbitkan Majalah Enha UNS edisi Februari 2010)
2.Artikel “Be Your Self” (belum berhasil terbit di Majalah KHAlifah,
tapi akhirnya terbit di www.penulislepas.com tanggal 17 September 2010
3.Kisah inspiratif “Merah Marun Lebaranku” dalam Antologi “Lovely Lebaran Serendipity” (Indie Publishing, 2010)
4.Cerita Pendek “Sepasang Mata Cinta” diikutkan dalam Lomba Duet Sahabat
UNSA, 3 November 2010 (ditulis bersama Suli We~FLP Solo), belum
berhasil tapi akhirnya dimuat di www.islamedia.web.id)
5.Cerita Pendek “Cinta Adinda” dalam antologi “Be Strong Indonesia#14” (Writer4Indonesia, 2010)
6.Cerita Pendek “Mengikuti Jejak Rosul” (www.islamedia.web.id, 2010)
7.Salah satu penulis dalam Buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses” bersama Kang Arul (Citra Risalah, 2010)
8.Kisah Insiratif “Penghuni Baru Oscom” dalam Antologi “Guru Kehidupanku” (Gerai Buku, 2011)
9.Artikel “Jalan Cinta Para Penulis” dalam antologi “Chicken Soup for Writerpreneurs’s Soul” (Indie Publishing, 2011)
10.Surat “Dalam Lingkaran Cinta” dalam antologi “Surat Cinta untuk Murobbi” (Parapluie Publishing, 2011)
11.Semua tulisan terpublikasi juga di www.aisyaavicenna.com
12.Insya Allah ada 2 tulisan lagi yang akan dibukukan dalam antologi, tapi belum tahu nama penerbitnya.
Tambahan :
-Narasumber bersama Dina Purnama Sari dalam Bedah Film “Alangkah Lucunya
Negeri Ini” dan Bedah Buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses” (29 Mei
2011, penyelenggara : GPQ Baitul Hikmah, Jakarta)
-Narasumber bersama 3 penulis FLP Solo dalam talkshow kepenulisan di acara Solo Muslim Fair 2011 (Solo, 10 Juli 2011)
|
Bersama Panitia |
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Behind The Scene)
Jumat, 20 Mei 2011 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional... Hehe..
Saat itu saya mengenakan seragam KORPRI karena harus upacara. Halah,
sebenarnya bagian ini tak perlu diceritakan. Tapi ya ikhlaskan diri
untuk membacanya. Kan saya yang bercerita. Habis Maghrib saya masih
berada di kantor karena memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
Saat pekerjaan sudah selesai, saya tidak langsung pulang karena
diperkirakan kondisi jalan masih sangat macet. Akhirnya saya buka blog
dan FB. Nah, saat online di FB itulah seorang sahabat lama bernama Hasan
Zuhri menanyakan apakah saya pernah nonton film inspiratif. Tentu saja
saya pernah melihatnya. Lantas saya tanyakan, film apa yang dimaksud?
Hasan menjawab, "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Oh, kalau film itu saya
belum melihatnya! Hasan pun kembali bertanya, apakah ada rekomendasi
film lain? Karena dia akan mengadakan acara bedah film untuk adik-adik
remaja masjid binaannya. Hmm, saya balik tanya mengapa memilih film
"Alangkah Lucunya Negeri Ini"? Saya pun menambah pertanyaan lain,
mengapa tidak bedah buku saja. Hasan kembali memberi tanggapan,
sepertinya ia tertarik untuk bedah buku juga. Karena sudah waktu Isya,
saya pamit pada Hasan (meski chat belum selesai) sambil memberikan nomor
HP saya.
Waktu itu, yang ada dalam pikiran adalah saya hanya sebagai pemberi
masukan atas acara yang akan digelar Hasan. Hingga dua hari kemudian,
ada nomor asing menghubungi saya. Ternyata Hasan. Dia kembali membuka
ruang diskusi tentang acaranya sekaligus menanyakan apakah ada buku yang
pernah saya tulis yang kira-kira bisa disesuaikan dengan film "Alangkah
Lucunya Negeri Ini". Saya jawab saja, sepertinya buku "OMG!Ternyata Aku
Terlahir Sukses" cukup relevan. Akhirnya saat itu juga Hasan menodong
saya untuk membedah buku itu sekaligus membedah filmnya. Wah, saya belum
pernah melihat filmnya! Alasan saya agak keberatan jika harus membedah
filmnya juga. Hasan menyeletuk, kan masih ada waktu untuk melihat
filmnya dulu. Hmm, akhirnya saya menyanggupi. Padahal acaranya tanggal
29 Mei 2011.
Saya segera menghubungi HUMAS FLP Jakarta (Mbak Dina Sedunia) dan Kang
Taufan terkait acara ini. Alhamdulillah, respon mereka positif. Sempat
juga menghubungi Mbak Iecha terkait konfirmasi acara karena Mbak Dina
sempat mengusulkan sebaiknya diadakan pelatihan menulis (FLP Goes to
School) sekalian karena memang FLP Jakarta mendapat alokasi waktu juga
untuk perkenalan dan acara lain sekiranya ada. Sebelumnya saya juga
mengusulkan pada Hasan untuk mengadakan pelatihan menulis sekalian, tapi
Hasan mengutarakan kalau peserta masih awam untuk menulis. Dahulu
pernah diadakan lomba menulis cerpen, tapi hanya lima orang yang ikut.
Sinergis dengan pendapat Mbak Iecha, akhirnya untuk acara tanggal 29 Mei
2011 sekedar memberikan motivasi menulis saja untuk peserta, bukan
pelatihan. Dan memang Hasan juga menyarankan insya Allah, jika banyak
peserta yang berminat, akan diadakan acara pelatihan menulis tersendiri
untuk mereka di hari lain dengan persiapan acara yang lebih matang.
Oh ya, pada hari Selasa, 23 Mei 2011 saya berencana membeli film
"Alangkah Lucunya Negeri Ini" dan buku "OMG! Ternyata Aku Terlahir
Sukses" di Gramedia. Oleh karena itu, strategi pun disusun. Makan siang
sebelum sholat Dhuhur. Setelah sholat, langsung naik bajaj menuju
Gramedia Matraman. Lumayan jauh juga sih. Tapi, kalau tidak segera beli,
bakal tertunda terus. Apalagi kalau pulang kantor sudah tidak
memungkinkan untuk mampir ke Gramedia karena macet dan capek.
Sampai di Gramedia langsung menuju lantai 3, tempat buku OMG!
Alhamdulillah, buku itu masih terpajang manis di rak. Saat menuju kasir,
lewat bagian novel eh malah ketemu novel terbaru sekaligus novel
terakhirnya almarhumah Nurul F. Huda yang akan dilaunching hari kamis
ini, judulnya “Hingga Detak Jantungku Berhenti”. Akhirnya beli buku itu
juga. Setelah itu lanjut ke lantai 2 untuk membeli film. Awalnya,
penjaganya bilang kalau film itu belum ada. Masak sih? Kan film itu
sudah cukup lama. Akhirnya, aku bertanya pada penjaga toko yang lain. Ia
pun memberi tahu kalau filmnya masih ada. Pikir saya harganya sekitar
Rp 50.000,- tapi ternyata harganya Rp 29.000,-. Saya pun membeli film
itu. Jam 13.30 harus sampai kantor. Setelah buku dan film sudah didapat,
saya pun keluar Gramedia. Awalnya hendak naik bajaj, tapi setelah
dipikir-pikir, naik Kopaja 502 saja. Hemat ongkos! Alhamdulillah, sampai
di kantor tepat waktu meski ngos-ngosan. Tapi puas banget! Siap
melanjutkan pekerjaan!
Rencana awal, malam harinya akan nonton film. Tapi ternyata hari ini
tepar. Baru Rabu malam saya bisa melihat film itu. Itupun sempat
ketiduran. Hehe… Lucu pokoknya!
Singkat cerita, jumat malam saya terserang flu. Sabtu saya tepar.
Bedrest. Tidak kemana-mana. Demam + flu berat + pusing! Padahal acaranya
besok. Sore harinya Hasan sempat telepon untuk fiksasi acara. Hmm,
Bismillah… insya Allah sembuh!!!
Ahad, 29 Mei 2011 alhamdulillah, pagi ini kondisi tubuh jauh lebih baik
dari kemarin. Sudah tidak pusing lagi. Sebelum berangkat ke tempat acara
hari ini, Mbak Dina sempat memastikan kondisiku. Dia juga mengabari
kalau Mbak Iecha tidak jadi datang karena ada acara. Hmm, sempat kaget
juga karena tidak sesuai rencana awal. Pagi ini juga sempat mendownload
videonya Kang Arul yang direncanakan akan ditayangkan saat acara.
Sekitar pukul 10.00 aku keluar kost. Rencana awal mau naik busway sesuai
arahan Hasan, tapi akhirnya naik bus 921 ke Blok M. Mana duduknya
membelakangi sopir. Hihi… Dalam perjalanan, sempat baca tulisannya Pak
Bambang Trim. Sampai di Blok M, ganti Kopaja 509 arah Kampung Rambutan.
Awalnya sempat salah naik angkot lain. Tapi setelah memastikan kalau
Kopaja 509 itu lewat Cilandak, akhirnya naik kopaja tersebut.
Wah, sudah jam 11.00 tapi belum sampai lokasi. Sempat cemas juga kalau
terlambat karena direncanakan acara akan dimulai pukul 12.30. Mana saya
sudah menjanjikan bawain film aslinya. Hihi, panitia punyanya yang
copian soalnya (informasi valid dari Hasan).
Kopaja 509 sudah memasuki kawasan Cilandak. Saya tanya ke sopirnya apa
lewat Elnusa, ternyata tidak. Akhirnya saya turun dari Kopaja dan naik
taksi menuju Elnusa. Ternyata jalannya harus memutar. Hehe… seru juga
sih karena berpacu dengan waktu. Akhirnya, sampai juga di depan masjid
Baitul Hikmah Elnusa. Langsung menghubungi Mbak Dina, ternyata dia
sedang makan siang dengan Mawah dan Soson. Saya mendatangi mereka dan
turut memesan makanan. Sempat telepon Hasan dulu memberitahukan posisi
saya sudah di depan Masjid Baitul Hikmah.
Setelah itu, menikmati makan siang bersama Soson, Mbak Dina, dan Mawah.
Setelah sholat Dhuhur, kami pun segera menggelar stand FLP Jakarta di
teras masjid setelah ber-“say hello” dengan panitia. Panitia juga
menyediakan stand untuk “SUKA BUKU” (distributor buku “OMG! Ternyata Aku
Terlahir Sukses!”) yang hari itu diwakili dua orang karyawannya.
***
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (The Show!)
Pukul 12.30 film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” mulai diputar dan sekitar
pukul 13.00 sempat dipending dulu untuk acara seremonial. Pembukaan
oleh MC, pembacaan tilawah dan sari tilawah, sambutan ketua panitia, dan
sambutan pengelola (Hasan). Setelah Hasan memberikan sambutan, acara
nonton film dilanjutkan. Subhanallah, seperti yang telah diberitahu
Hasan bahwa pesertanya berusia remaja (seumuran SMP-SMA) yang juga
merupakan remaja masjid Baitul Hikmah Elnusa. Lha ternyata yang datang
tidak hanya remajanya. Tapi ada juga bapak-ibu guru TKIT Baitul Hikmah
dan beberapa pengunjung yang kala itu sedang istirahat di masjid. “Saya
tadi habis sholat ke sini. Tertarik lihat filmnya, Mbak!” tanya seorang
ibu yang duduk di sebelah saya.
Sekitar pukul 14.00, Mbak Haniyah selaku moderator mulai beraksi. Film
kembali dipending. Mbak Haniyah memperkenalkan saya dan Mbak Dina selaku
pembedah buku dan film. Duet maut pun terjadi. Seru juga sih. Untuk
pertama kalinya duet sama Mbak Dina. Meski awalnya rada grogi juga
karena yang dihadapi bukan hanya para remaja, tapi juga bapak-bapak dan
ibu-ibu, akhirnya kami bisa mentralisir suasana. Terlebih kalau Mbak
Dina mulai mengeluarkan jurus narsisnya (memuji diri sendiri sampai
akut!). Di sela-sela membahas buku dan film, kami juga membagi-bagikan
doorprize. Seru deh pokoknya!
Kami juga sempat menayangkan videonya Kang Arul (sang guru kami) yang
sering kami sebut dalam pembahasan buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir
Sukses!”. Hanya satu video yang kami putarkan yakni tentang motivasi
menulis. Setelah itu, saya melakukan simulasi “BINTANG KESUKSESAN”. Pada
simulasi ini, saya membagikan selembar kertas bergambar bintang yang
kelima sisinya bertuliskan :
1.TOKOH IDOLA SAYA
2.DUA KESUKSESAN SAYA
3.DUA KEGAGALAN SAYA
4.EMPAT KATA YANG MENGGAMBARKAN DIRI SAYA
5.DUA CITA-CITA SAYA
“BINTANG KESUKSESAN” ini cukup banyak menggambarkan isi dari buku “OMG!
Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Pun demikian bisa disinkronkan dengan
film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Dua orang peserta (ikhwan-akhwat)
maju untuk membacakan apa yang telah mereka tulis. Saat menjelang Asar,
acara dipending dulu. Setelah Asar, acara dilanjutkan kembali. Giliran
Hasan yang bagi-bagi doorprize dari El Nusa. Pertanyaan pertama tentang
siapa yang suka menulis diary. Di antara ketiga orang yang mengangkat
tangan, saya salah satunya. Kemudian ditanya kapan terakhir kali
menulisnya. Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan doorprize berupa
buku diary juga. Hehe, baru kali ini sepanjang sejarah mengisi acara..
eh, pembicaranya juga kebagian doorprize… Doorprize yang dibagi Hasan,
mulai dari buku diary, Al-Qur’an, sampai peta Palestina.. Keren dah!
Setelah doorprize dari Hasan habis, acara dilanjutkan dengan “Selayang
Pandang FLP Jakarta”. Kali ini Mbak Dina dan saya kembali mengisi acara
dengan sharing tentang FLP Jakarta, sambil bagi-bagi doorprize tentunya.
Setelah acara “promosi” FLP selesai, peserta juga diberi kesempatan
bertanya tentang FLP dan dunia kepenulisan. Jawaban dari saya dan Mbak
Dina tentunya jawaban real yang berasal dari pengalaman kami selama
gabung di FLP.
Setelah itu, kami menonton film lagi sampai tamat. Seru juga. Kami
tertawa bersama, bercanda.. ahhh, indahnya ukhuwah! Sebelum menutup
acara, panitia menyerahkan kenang-kenangan kepada kami. Uhuy!
***
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Setelah Acara)
Pukul 17.00 acara selesai. Setelah peserta bubar, Hasan mengomandani
kami untuk melakukan evaluasi acara bersama panitia. Sempat foto
bersama, dan tentunya saya mendadak jadi artis gara-gara adik-adik pada
minta tanda tangan di buku “OMG!Ternyata Aku Terlahir Sukses!” Hoho…
Setelah pamitan dengan pihak panitia yang diwakili Hasan, kami mulai
menutup lapak (stand) FLP Jakarta. Sebelumnya, foto-foto dulu. Teteup!
Foto bareng juga dengan perwakilan dari SUKA BUKU (distributor “OMG!
Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Setelah itu, kami sholat Maghrib dulu,
setelah itu berencana untuk makan malam bersama. Sayangnya, Mbak Rini
sudah dijemput, dia nggak jadi ikut makan. Akhirnya, kami (Saya, Mbak
Dina, Mbak Ade, Soson, dan Mawah) berjalan keluar kompleks Masjid Baitul
Hikmah untuk mencari makan malam. Wuih, sepanjang perjalanan ternyata
kami tidak menemukan satu warung pun. Akhirnya disepakati untuk beli
makan di CITOS (Cilandak Town Square) yang katanya lokasi tidak terlalu
jauh. Kita berjalan kaki ke arah barat. Lhoh, kok nggak sampai-sampai
sih! Akhirnya, kami tanya pada seorang Bapak perihal lokasi CITOS. Hihi,
ternyata si Bapak juga mau ke sana. Tambah anggota baru nih dalam
rombongan jurit malam itu. Wuiiih… setelah mendaki gunung, lewati lembah
(lebay!) plus diiringi nyanyiannya Mawah yang menyayat hati.. akhirnya
kami sampai juga di CITOS. Langsung cari tempat makan yang asyik then
SELAMAT MAKAN!!!!!!!
Setelah makan, langsung balik ke istana masing-masing.
What a wonderfull day!
Maaf ya reportasenya telat. Semoga berkenan
Aisya Avicenna
|
Duduk bersanding dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet... Hihi... ^^v |
Masih ingat tema saya di bulan MEI? Bagi yang lupa, saya ingatkan lagi
ya. Pada bulan ini saya mengangkat tema : [M]elangkah pasti, optimalkan
[E]nergi, tuk raih [I]mpian yang menawan. Alhamdulillah, dua impian yang
menawan bisa terwujud dalam sebuah event di bulan Mei ini sesuai dengan
tema tersebut. Bagaimana bisa? Begini ceritanya.
Kamis, 26 Mei 2011 akan digelar acara launching buku terakhir karya
almarhumah Nurul F. Huda di Ruang HB Jassin, Taman Ismail Marzuki. Saya
mengetahui informasi acara itu setelah diundang oleh salah seorang teman
di FLP Jakarta yang bernama Ikal di FB. Saat mengetahui kalau acara
akan diselenggarakan jam 15.30, langsung agak kecewa. Pasalnya, masih
jam kerja. Kemungkinan untuk datang semakin kecil. Mengingat pekerjaan
di kantor juga lagi banyak-banyaknya, semakin mengurangi prosentase
kesempatan itu. Terlebih saat ini saya menjadi "single fighter" karena
tiga partner kerja saya pada cuti. Jadi, saya juga menghandle tugas
mereka. Jadinya, dalam pekan ini sampai dua pekan mendatang, saya akan
bekerja secara nomaden di tiga komputer yang berbeda. Tapi, ada semangat
membara untuk bisa menghadirinya terlebih saat tahu lokasi (TIM) dekat
dengan kantor saya.HARUS BISA DATANG! HARUS BISA DATANG! Akhirnya
menyusun strategi terutama tentang bagaimana caranya agar pekerjaan hari
itu bisa selesai dengan cepat.
Hari Kamis pun tiba. Menjelang siang, kerjaan masih banyak. Tapi
alhamdulillah, meski baru bisa keluar kantor sekitar jam 16.00, akhirnya
dengan naik KOpaja 502, sampai juga di TIM meski terlambat. Saat masuk
ruangan, langsung disambut dengan gegap gempita oleh Mbak Dina Sedunia
dan Mbak Ria Syakrey sehingga membuat beberapa orang menoleh dan menatap
saya. Wah, dikira ada artis datang! Hihihi...
Setelah duduk, baru sadar kalau ternyata tadi yang menoleh adalah Mbak
Izzatul Jannah, Mbak Helvy Tiana Rosa, dan Bunda Pipiet Senja. Saya
duduk di belakang mereka dan sempat menyapa serta cipika-cipiki dengan
Mbak Izzatul Jannah. Subhanallah walhamdulillah, impian saya untuk
bertemu dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet Senja akhirnya terwujud juga!
Tak menyangka! Hmm, semakin bersyukur... Inilah salah satu hikmah atas
hijrah saya ke kota Jakarta ini.
Mbak Rahmadiyanti (Mbak Dee) sedang memandu acara. Sesaat kemudian Mbak
Dee meminta Bunda Pipiet untuk maju ke depan. Bunda Pipiet tak mampu
membendung air matanya saat beliau bercerita tentang almarhumah Nurul F.
Huda. Bunda Pipiet bertutur tentang bagaimana kisah kebersamaannya
dengan Mbak Nurul. Setelah Bunda Pipiet, Mas Yanuar juga diminta maju ke
depan dan membaca puisi tentang kematian.
Satu persatu penulis yang hadir digiring maju untuk berkisah. Termasuk
sang Ketua FLP Jakarta (Kang Tep) yang saat itu datang berbarengan
dengan Bang Boim Lebon dan Mas Fahri Aziza. Ahh, mereka pun tak mampu
menyembunyikan kesedihan. Meski acara menjadi bernuansa haru, tapi
akhirnya kembali ceria penuh canda saat Bang Boim Lebon mengambil alih
acara dengan lelang buku. Buku pertama yang dilelang adalah buku
terakhir Mbak Nurul yang berjudul "Hingga Jantungku Berhenti Berdetak".
Lelang cukup seru. Dari harga awal Rp 40.000,- akhirnya buku terjual Rp
1.000.000,-! Subhanallah... Ada bukunya Bang Boim juga yang dilelang
judulnya "Kekonyolan dalam Rumah Tangga". Paling lucu waktu Bang Boim
melelang buku "The Last Empress" yang ia pelesetkan menjadi "The Last
Pampers". Gubrakz!!! Puluhan buku habis terlelang sebelum adzan Maghrib
tiba. Oh ya, Mbak Helvy juga melelang kalung ungu kesayangannya. Tapi,
beliau sendiri yang berhasil memenangkan lelang atas kalungnya.
Adzan Maghrib pun berkumandang. Sebelum menuju masjid TIM, saya dan
beberapa teman FLP (Ikal, Mbak Elen, dan Mbak Ria) sempat menyapa dan
foto bersama Mbak Helvy, Bunda Pipiet serta Mbak Dee. Oh ya, Mbak Dina
Sedunia sudah balik lagi ke kampusnya untuk mengajar jam 18.00 tadi.
Setelah itu kami menuju masjid Amir Hamzah. Hmm, banyak kenangan bersama
teman-teman FLP Jakarta di masjid ini. Subhanallah, masjid ini sudah
banyak berubah. Lebih keren!
Setelah sholat Maghrib, saya bersama Mbak Ria dan Mbak Elen kembali ke
tempat acara. Sampai di ruangan, Mbak Helvy tengah membaca puisi yang
kata beliau merupakan salah satu puisi yang sangat disukai Mbak Nurul.
Setelah itu, satu persatu turut sumbang suara untuk membaca puisi. Mas
Nahar Rasjidi, Mas Fahri, dan Bang Boim pun beraksi. Mas Nahar dan Mas
Fahri begitu semangat dalam membaca puisi. Paling gokil ya Bang Boim,
malah berpuisi atas puisi "Perahu Kertas" yang seharusnya dibaca.
Di penghujung acara, Mbak Dee mengumumkan hasil lelang yang akhirnya
digenapkan Mbak Helvy menjadi Rp 5.000.000,-. Alhamdulillah...Secara
simbolis (simbolnya berupa selembar kertas tulisannya Mbak Dee yang
berisi daftar hasil lelang ^^), hasil lelang diserahkan Mbak Dee kepada
Bunda Pipiet Senja. Insya Allah, semua hasil lelang didedikasikan untuk
anak-anak almarhumah juga untuk membantu pelunasan biaya rumah sakit
beliau.
Acara diakhiri dengan doa bersama dipimpin Mas Yanuar. Kemudian
dilanjutkan foto -foto. Subhanallah, hari yang indah... Semoga full
barokah... Semangat kebersamaan dan semangat berbagi inilah yang
menjadikan FLP begitu luar biasa. Semangat itu pulalah yang juga dimiliki Mbak Nurul F. Huda.
Semoga karya-karya beliau menjadi amal jariyah pemberat timbangan
kebaikannya di akherat kelak. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi
ketabahan dan kesabaran yang luar biasa. Dan semoga kami yang masih
harus melanjutkan hidup di dunia, senantiasa diberi kemudahan untuk
meneruskan perjuangan beliau. Semangat merangkai karya!
Jakarta, 28 Mei 2011_19:24
Aisya Avicenna
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com
Pagi ini ketika saya membuka sebuah wall dari salah seorang teman di
Facebook saya sedikt kaget dan terkejut.Ada sebuah kabar duka yang
datang dari seorang sahabat di fb yang bernama Nurul F Huda Full
akunnya bisa dilihat di : http://www.facebook.com/Nurul F Huda Full
Terus terang saya tidak begitu kenal dengan mba nurul,hanya karena
beliau termasuk aktif menulis (karena seorang penulis ) dan beliau juga
rajin membagikan hasil tulisannya yang kemudian menjadi status di fb
miliknya.Dari situ saya sedikit mengenal sosok almarhumah ini.Ada
beberapa hal yang menarik dari mbak nurul menurut saya. Ini profil
singkat beliau :
Seorang Ibu dengan 2 putra/i yang juga single parents.
Menulis 21 judul buku pribadi dan 4 judul buku antologi.
Pernah menjadi kolomnis Batam Pos, Dosen Politeknik.Mengisi Seminar,
Pelatihan (Kepenulisan, Wanita, Anak, Keluarga). Tulisan-tulisan beliau
di blog bisa dilihat di : http://nurulfhuda.multiply.com/
sisi lain beliau : memiliki kelainan jantung bawaan, seumur hidup harus
memakai obat pengencer darah, dan menjadi lelaki yang dicintai
meninggalkan dirimu, demi perempuan lain.
Ini beberapa ungkapan duka yang dikirimkan banyak sahabat-sahabat beliau di facebook :
Innalillahi wainna ilaihi raji’un. selamat jalan mbak…engkau orang
baik,insya Allah banyak sekali orang yg mencintaimu dan mengiringi
perjalananmu,meski mereka takmengenalmu scr langsung.namun tulisan2mu
menggugah hati mereka,menginspirasi kami/mereka. kami semua mendoakamu
mba. Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa. Amien ya Rabb
al ‘alamien
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…. Semoga setiap kata yang kau
tulis, menjadi penanda atas kebaikanmu selama di dunia, Mbak. Amin.
Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun..Walau sy tdk mengenalmu.. tp
terlihat dlm beberapa tulisanmu, engkau adalah orang yg peduli dan
InsyaAllah bermanfaat utk ummat.. Selamat jalan mba Nurul F Huda Full..
semoga ALlah menempatkanmu dlm JannahNya.. Allahummaghfirlahaa Warhamhaa
wa’aafihii wa’fu anhaa.. Ya Allah ampunilah segala dosanya.. Rahmatilah
ia.. terimalah amal ibadahnya.. dan tempatkan ia dlm surgaMu, serta
berikanlah kesabaran kepada keluarga yg ditinggalkan.. amiin.
Innalillahi wa inna ilai roji’un..telang berpulang kerahmatullah,
seorang guru, seorang penulis nasional, seorang motifator, seorang
sahabat yang selalu perduli dengan lingkungannya, seorang aktivis.. bu
Nurul F Huda Full, semoga perjuangan beliau selama ini dijadikan pahala
yang berlipat disisinya..
Inna lillahi wa innailaihi roji’un…… Segenap Keluarga Besar Penerbit
Proumedia Full mendoakan semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik
di sisi Allah SWT. Aamiin…..
Innalillahi wa innailaihi roji’un, telah berpulang ke rahmatullah
kakak, seorang ibu yg menginspirasi banyak orang, semoga amal ibadahnya
diterima disisi-Nya.amien
Sedih mba aku mendengar berita ini, tak menyangka begitu cepat ajal
menjemput. Manusia tak ada yang tahu jika Sang Khalik sudah memanggil.
Selamat jalan mba Nurul….tulisanmu senantiasa menjadi inspirasiku. Maaf
aku ndak bisa datang ke Yogya tapi doaku akan mengiringi kepergianmu.
Dari sebuah buku,aku pernah membaca bhw orang yg beruntung adalah yg
kedatangannya disambut kebahagiaan dan kepergiannya ditangisi. Dan
engkaulah salah satu org yg beruntung itu dik..Doa2 untukmu mengalir
deras menuju haribaanNya…tangis kehilangan menyesak di bnyk hati org2 yg
mencintaimu.Selamat jalan dik Nurul,we love u,but Allah love u more…
Bahkan seorang sahabat dekat yang juga seorang penulis hebat nasional , Pipiet Senja turut menulis :
Innalillahi wa Inna ilaihi Roji’un…. Telah berpulang ke Rahmatullah
:Nurul F Huda 18 mei 2011 pk. 03.15 di RSUD Sardjito Yogyakarta, akan
dimakamkan di Purworejo. Selamat jalan, adikku cinta, buku terakhirmu
telah kusunting; Hingga Detak Jantungku Berhenti.Karya terakhirmu ini
seakan ingin menggemakan; inilah lakon hidupmu, sukaduka, nestapa dengan
kelainan jantung bawaan, seumur hidup harus memakai obat pengencer
darah, dan lelaki yang dicintai meninggalkan dirimu, demi perempuan
lain.Duhai, dindaku cinta, selamat jalan, sampai jumpa bila waktuku
tiba#hariberkabung
Begitulah bila seorang yang baik dan juga kebetulan seorang penulis yang
hebat meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.Maka segala kebaikan dan
karyannya selama hidup tetap aakn abdi dan dikenang orang sampai
kapanpun jua.
|
Bang Melvi Yendra |
Hari, Tanggal : Ahad, 17 Maret 2011
Waktu : Pukul 10.00-12.00
Tempat : Masjis ARH, UI Salemba
MC dan moderator : Ikal
Pembicara : Melvi Yendra
Tema : "DUNIA MENULIS DAN PELUANGNYA DI DUNIA BROADCAST"
Sekilas Profil Pembicara :
Bang Melvi lahir tahun 1975 di Padang. Kelas 4 SD tulisan beliau yang
berupa puisi dimuat di Majalah Bobo. Kelas 6 SD menulis cerpen untuk
Bobo dan Ananda. Saat SMP dan SMA menulis di Koran Sanggalang. Nah, di
koran daerah ini, ada satu rubrik khusus untuk remaja (pelajar). Semua
murid berkompetisi, termasuk Bang Melvi. Dan ketika karyanya dimuat,
maka namanya akan diumumkan waktu upacara bendera hari Senin. Sungguh
mengangkat nama baik sekolah!
Bang Melvi juga pernah bekerja di penerbitan, di Annida selama 2.5
tahun, di Mizan selama 4.5 tahun. Setelah resign dari Mizan, selama 1.5
tahun beliau menjadi penulis lepas. Beliau sempat berkata, “Jangan kerja
di penerbitan karena bisa mengurangi produktivitas menulis. Karena akan
sering mengurusi tulisan orang lain daripada tulisan sendiri.” Hmm,
sebenarnya bercanda juga sih!
Berbicara tentang dunia broadcast, spesifiknya tentang dunia skenario,
Bang Melvi berujar bahwa dunia ini sangat keras. Beliau berbagi cerita
saat gabung di ANP (Aris Nugroho Production), pemiliknya bernama Aris
Nugroho. Mas Aris adalah sutradara sekaligus kreator beberapa komedi
situasi di televisi, sebut saja ada Bajaj Bajuri, OB, Coffeebean Show,
dll. Saat kerja di ANP itulah Bang Melvi mengalami ‘penggemblengan’ yang
luar biasa. Dicaci maki sudah biasa.
Bang Melvi berujar, kalau kerja jadi penulis skenario :
1. Harus tega sama keluarga
2. Harus tega sama pekerjaan
3. Harus tega sama diri sendiri
Saat gabung ANP, ada tahap audisi dulu. Terpilihlah 50 orang dari
berbagai daerah. Tugas pertama : menyerahkan 10 sinopsis perhari via
email. Tiga puluh orang mengundurkan diri. Kemudian gugur lagi 5 orang.
Tinggal 15 orang! Kelima belas orang itu salah tiganya adalah senior
FLP, ada Mas Sakti Wibowo, Mas Sokat, dan Bang Melvi.
Penghasilan seorang penulis skenario didapatkan berdasarkan hasil kerja,
prestasi, dan kecermatan dalam menangkap ide dan peluang. Jargon dari
Mas Aris adalah “Jika sudah masuk dalam ANP, maka ego dan harga diri
harus ditinggalkan di keset”. Saat yang paling berat bagi Bang Melvi
adalah saat mengejar deadline. Bang Melvi gabung di ANP selama 3 tahun.
Salah satu cara agar skenario kita diproduksi adalah dengan bertemu
langsung dengan “user”-nya, yaitu produsernya, karena produsernya yang
berhak memproduksi naskah. Peluang untuk menulis skenario tuh sangat
banyak.
Alur skenario : membuat sinopsis, kemudian dikembangkan menjadi story
line, setelah direvisi baru enjadi naskah. Naskah ini meski sudah
di-ACC, tapi belum tentu diproduksi.
Saat memasuki sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan yang masuk.
1. Sudah mengirim sinopsis, tapi tidak ada respon. Bagaimana agar bisa mengurangi risiko diplagiat?
Memang, cukup menarik karena 1 sinopsis dihargai RP 500.000,- sehingga
ada saja kejahatan tentang ini. Ada "penjahat sinopsis, dia membuka
pengumuman, banyak penulis yang mengirim sinopsi, kemudian sama
'penjahat' tersebut sinopsisnya diplagiat (dipilih yang bagus)dan si
penulis tidak dikabari.
2. Dukanya seorang penulis skenario adalah saat kreativitasnya kadang
terpangkas karena masalah budget atau mendadak skenarionya harus diubag
karena tokoh berhalangan hadir.
5. Apa saja yang dibutuhkan untuk membuat film sampai jadi? Properti, eumah, artis, crew, dll
6. Kalau ada stasiun TV yang memutar film yang sama, bisa jadi karena kontrak filmnya yang cukup panjang.
7. Seorang penulis novel yang naskahnya dipotong-potong. Solusi terbaik,
kita sendiri yang memfilmkan (kita jadi penulis, sutradara, sekaligus
produsernya).
Motivasi dari Bang Melvi:
1. FLP sudah besar dan anggotanya banyak yang sudah menjadi orang besar.
Satu hal yang harus dijaga, yakni semangat menulis yang harus dibangun
daru diri sendiri. FLP hanya sebagai sarana.
2. Karya kita = sejarah kita yang insya Allah akan bergaung selamanya.
Menulis adalah salah satu cara yang membuat kita hidup selamanya.
3. Berjuanglah dan jangan mudah menyerah! Menjadi penulis itu tidak
butuh biaya! Siapapun Anda, Anda bisa menjadi penulis. Ada dokter yang
juga penulis, guru yang juga penulis, dan PNS yang juga penulis (yang
terakhir ini saya imbuhi sendiri.. hehe ^^v).
Wah, ternyata di KTP Bang Melvi tertulis “PENULIS” dalam pekerjaannya. Baru tahu!!!
Setelah materi dari Bang Melvi, dilanjutkan kultum oleh Arief. Kultumnya
bisa dibaca di :
http://www.facebook.com/notes/arief-fathur-rizqi/catatan-kecil/10150128041375793
Reportase by :Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
|
Kang Tef - Aisya - Tasaro |
[Aisya Avicenna]
aslmkm
sore kang tef...
hanya menyapa saja... hehe
[Taufan E. Prast]
Wa'alaikum salam... sore, Ticko... apa kabarmu, terima kasih sudah menyapaku... hehe
[Aisya Avicenna]
alhamdulillah, baik2 saja kang
kang tef pa kabar??
[Taufan E. Prast]
alhamdulillah sehat wal afiat...
[Aisya Avicenna]
alhamdulillah...
[Taufan E. Prast]
syukurlah, jaga kesehatan ya...
[Aisya Avicenna]
insya Allah
kang tef jg
mbak era jg dijagain
hehe
salam yaaa
[Taufan E. Prast]
haha... dia sudah bisa jaga diri, justru aku yang masih liar, hehe...
[Aisya Avicenna]
wkwkwk
[Taufan E. Prast]
lagi nulis apa, Ticko?
[Aisya Avicenna]
nulis Analisis Beban Kerja (di kantor)...
hehe
klo buku insya Allah ada beberapa yg lg mau diselesaiin
doain kang mg lancar...
hehe
coz hrs bg waktu jg buat belajar mau ikut seleksi beasiswa S2
[Taufan E. Prast]
alhamdulillah, amiiiin... aku melihat kesungguhan yang luar biasa pada dirimu... semoga semuanya lancar...
[Aisya Avicenna]
aamiin...
[Taufan E. Prast]
bergeraklah selagi muda dan ada kesempatan...
[Aisya Avicenna]
ni daku jg ada tawaran dari sebuah penerbit di solo.. baru usul tema sih, katanya 85 % mau diterbitin
ni lg diuber2 outlinennya
puyeng jg sih, bnyk yg hrs dikerjakan.. mg bs memprioritaskan
[Taufan E. Prast]
alhamdulillah, pesannya satu, "jaga keseimbangan"
[Aisya Avicenna]
iya
selalu berjuang untuk itu
kadang fisiknya yg gak bisa menyeimbangi
hehe
bagi2 dagingnya dung kang
:):)
masak ketuanya endut, anak buahnya kurus.. xixi
[Taufan E. Prast]
wkekeke... ga ada hubungannya tuh...
[Aisya Avicenna]
ada, berarti harus ada usaha untuk mensejahterakan anak buah, misalnya
bawa makanan atau traktir makan2 sesering mungkin.. apalagi anak kost
seperti aku
hehe
[Taufan E. Prast]
menikahlah, maka engkau akan gemuk, hahaha
[Aisya Avicenna]
hahaha
insya Allah... segera! :):)
[Taufan E. Prast]
Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.... alhamdulillah... :):)
oke ya, aku ada miting nih...
[Aisya Avicenna]
oke
semoga sukses
NB : Kang Taufan E. Prast adalah ketua FLP Jakarta periode 2011-2013
(pada periode 2009-2011 juga sudah menjabat ding! ^^v). Hmm, dia adalah
salah satu penulis favoritku juga. Tulisan dan kepribadiannya sangat
menginspirasi. Istrinya (Teh Era) juga salah satu inspiratorku.
Alhamdulillah, salah satu rahasia Allah mengirimku ke Jakarta adalah
karena di Jakarta ada mereka. Sosok-sosok yang luar biasa!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil
meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana
tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia
pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta
Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan
beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap
datang.
Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo
buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada
umumnya)
Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman
masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda
dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena
pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam
yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping.
Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan
nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya
kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan
Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya.
Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat
Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu
kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah
dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk
gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang
disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya
beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong.
Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur
tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam),
akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih
kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang,
berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi
motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis,
Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong
materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya
juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara
menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal
lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya
sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca :
Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...
Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan
tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada
Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh
penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis
sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi
penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri
dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu
menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum
makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang
kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus.
Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP
Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu
kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan
Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan
matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke
mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah
menulis hanya sekadar hobi?
Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai
hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka
tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis
tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas
tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada
Allah Swt.
Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka
syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu
menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin
tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa
pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan
penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan.
Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya
apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi,
penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan
dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang
sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat
biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu
adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi
menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.
Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya.
Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta
buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat
unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri
dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan
tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian
seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan
status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai
hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas
note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal
menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya
lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama
postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).
Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan
dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta.
Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan
dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00
WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan
pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat
tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP
Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info
Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.
Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan
fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan
ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan
materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang
berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke
Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13
Maret 2011.
Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam
Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh
Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…
NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak
Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar,
jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...
Best regards
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
|
OMG di toko buku Jogja |
Yang dibutuhkan hanyalah soal waktu
by Kang Arul on Sunday, February 27, 2011 at 6:11pm
Yogya masih basah oleh bekas hujan tadi pagi saat saya menyerumptut teh
pahit hangat; sebuah rutinitas yang harus saya lakukan di pagi hari,
dimanapun; tapi waktu itu udah siang banget, saya ketiduran paginya...
setelah selama dua pekan ini tidur saya hanya antara 2 atau 4 jam saja.
Saya cek gadget saya, memastikan bahwa tidak ada satupun agenda hari ini
yang sempat terlewat. Oh, ternyata ada satu hal janji yang saya
tunaikan di akhir pekan ini, yakni menyantap mpek-mpek di depan
Ambarukmo Plaza... :)
Tapi, sebelum melakukan itu semua, sekitar pukul sembilan saya sudah
berada di lobi hotel ternama di Yogyakarta, deket ke bandara AdiSucipto.
Di sana ada acara penutupan sebuah partai besar. Saya tidak ingin
menyia-nyiakan kesempatan langka ini; berbekal laptop plus kamera saya
pun meluncur ditemani tiga orang teman jurnalis muda. Tujuan saya cuma
satu: memotret sosok petinggi partai, siapa tahu foto ini nantinya bisa
digunakan untuk salah satu laporan jurnalistik saya.
Selepas itu, saya meluncur ke UGM. Hari ini--selain makan mpek-mpkek
itu-- saya punya janji dengan promotor doktoral saya di gedung lengkung.
Ok, kita lewati hal akademis itu, yang penting saya ingin menulis
sebuah kutipan menarik dari sang dosen,"Saya ingin membimbing mahasiswa
yang nantinya akan jadi orang besar dan mengalahkan gurunya. Dulu, saya
belajar dari Gertz (antrpologis Jawa.red), saya baca semua bukunya dan
sekarang saya banngga karena saya bisa lebih pintar dari guru-guru saya.
Memang bisa dibilang terlalu kuno, tapi itulah yang saya inginkan
dengan Anda."
Hmm... nice quotes di hari itu.
Sepanjang perjalanan menuju tempat mpek-mpek, saya selalu berpikir bahwa
sang dosen pembimbing itu sepertinya sedang menyiapkan saya untuk
menjadi "seseorang". Menyiapkan saya untuk bisa memaknai semua hasil
belajar dengan semaksimal mungkin. Menyiapkan saya menjadi orang yang
berbeda sebelum dan sesudah belajar di kampus biru itu nantinya. Tentu
untuk melakukan itu perlu proses, dan proses itu tidaklah mudah dan
gampang. Buktinya proposal saya setahun baru bisa menghasilkan kata
"oke" darinya, walau proposal itu tebalnya hanya 27 halaman.
Proses itulah yang saya perhatikan juga saat saya makan mpek-mpek. Wah,
jangan tanyakan bagaimana lezatnya makanan khas yang satu ini. Saya
hanya mengajak Anda membayangkan di piring saya ada mpek-mpek kapal
selam, lenjer, dan kulit; 3 in 1 plus segelas es sirop . Saya melihat
bahwa tempat ini adalah cabang ketiga yang dibuka oleh merk tersebut;
salah satunya berada di sebelah kiri gerbang UGM. Maaf, saya tidak bisa
menyebutkan merk mpek-mpeknya karena alasan keamanan.. huahahahha
Membuat tiga cabang memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Uang yang
banyak belum tentu bisa membuat cabang-cabang usaha dan sukses. Banyak
contoh yang bisa saya berikan untuk mewakili bahwa uang bukanlah penentu
satu-satunya dalam berusaha. Yang saya tahu, keberhasilan panganan ini
terletak pada kualitas or rasa or taste... dan saya yakin untuk
menciptakan itu semua dibutuhkan waktu yang cukup matang.
Kemudian, menjelang sore dan masih menyantap mpek-mpek... lampu merah
gadget saya berkedip. Saya buka... ternyata di sana ada sebuah status FB
dari seorang
info buku terbaru:“OMG!TERNYATA AKU TERLAHIR SUKSES” karya Rulli
Nasrullah (kang arul)&12 Tim Suksesnya (asqa, ayu, bunga,deasy,dina,
*Etika*,iecha,kely,rizka,selvi,suri,ummu=>anak2 nonfiksi FLP
JAKARTA).InsyaAllah bs dbeli dGRAMEDIA ato toko bku lainny dgn hrga
27rb!
~cocok utk MUSLIMAH YG INGIN SUKSES! Ikhwan jg blh bli dink~
saya cek fotonya.. ow ternyata betul, buku OMG! Ternyata Aku Terlahir
Sukses sudah ada di pasaran. Saya cukup terkejut, karena terakhir kabar
yang sampai adalah buku itu akan terbit dan saya sendiri belum pegang
buku itu. Makanya agenda keesokan harinya (Minggu, 27/2) sengaja saya
mencari buku tersebut di toko buku samping UIN Jogya. Ketemu! Saya
tersenyum dan bangga sekali...
Buku ini adalah sebuah jawaban dari proses panjang 12 orang anggota FLP
Jakarta yang berada di grup non-fiksi. Orang-orang yang saya ingat betul
pertama kali saya bimbing di suatu pagi sambil menikmati mie rebus di
sebuah kampus; kemudian berlanjut di rumah dengan kondisi mereka selalu
menagih kolak, ongol-ongol, atau order makanan lainnya. Untuk yang satu
ini saya harus bilang makasih istriku tercinta...
Sejak dahulu bertemu dengan mereka, saya punya harapan yang besar,
sebesar harapan dosen pembimbing saya itu; saya ingin mereka menjadi
penulis yang bisa mengalahkan guru mereka, menghasilkan karya yang luar
biasa, dan tentu saja menjadikan kemampuan menulis untuk berjuang
menyebarkan ilmu.
Saya juga ingin mereka untuk tidak menyerah... karena jika sekalipun
menyerah, percayalah akan sulit untuk menemukan kembali gairah menulis.
Saya juga ingin mereka menyadari bahwa seorang guru atau pembimbing
bukan orang yang bisa menjadikan mereka penulis, namun diri mereka
sendirilah yang menjadi. Merekalah yang bisa menentukan apakah
mewujudkan cita-cita jadi penulis atau sekadar punya keinginan semata.
Mereka jugalah yang akan belajar dari setiap kesusahan demi kesusahan
menyusun sebuah naskah sehingga menjadi buku yang bisa dibaca ratusan,
ribuan, bahkan jutaan pembaca... dan saya percaya buku yang mereka
hasilkan itu bisa membawa mereka masuk syurga. Amin.
Tetapi seperti pengalaman saya menyelesaikan S3, pengalaman dosen
pembimbing saya, pengalaman penjual mpek-mpek yang sudah punya tiga
cabang itu, dan pengalaman 12 orang luar biasa yang menulis buku
tersebut.... bahwa semuanya adalah proses menjadi dan dibutuhkan waktu
untuk mewujudkan itu semua. Tidak instan atau tiba-tiba seperti mengusap
lampu yang langsung keluar jin dengan tiga permintaannya.
Nikmati proses itu, walau kita harus dimarahi, disindir, bahkan dicibir.
Geluti proses itu meski dengan keterbatasan laptop, komputer pc, modem,
buku, dan waktu luang. Pandai-pandailah menjalani proses itu di tengah
kesibukan pekerjaan, tanggung jawab pendidikan, maupun tugas-tugas yang
menumpuk. Hargai proses itu sebagaimana kita menghargai sisa hari yang
diberikan oleh Allah kepada kita untuk hidup.
Karena... semua akan ada waktunya
Bisa satu bulan, bisa satu-dua tahun, atau bahkan bertahun-tahun...
Saya merasa plong... karena satu tugas lagi sudah selesai...dan ini baru
satu langkah bagi mereka untuk menapaki ribuan langkah selanjutnya yang
masih panjang itu. "Dik, percayalah kalian jauh lebih bisa, jauh lebih
hebat, jauh lebih pandai dibandingkan perasaan yang selama ini kalian
yakini.
Sekarang, bagi saya... tinggal saya mencari orang-orang baru untuk
menemani mereka menjalani proses tersebut. Andakah salah satunya? Atau
kalian masih mau menjalani proses itu bersama lagi?
Tulisan ini
diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.
|
Bunda Nafsiah (foto diambil dari album Kang Taufan E. Prast) |
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Tlh mninggal dunia ibunya Mas Taufan. Tlg kabarin tmen2 yang laen (info by Yusi)"
Sebuah SMS dari Mbak Iecha yang saya terima pukul 19:45:52 tepat saat
saya sampai di kost sepulang dari kantor. Membuat saya kaget dan
terduduk lemas.
***
innalillahi wa inna ilaihi roji‘un. Semoga Allah menerima segala amalan
beliau dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan
keikhlasan. aamiin
***
Pertemuan perdana dengan Bunda saat saya dan beberapa rekan FLP Jakarta
bertandang ke rumah beliau setelah lebaran. Masih teringat jelas, senyum
merekah beliau menyambut kedatangan kami dan bercerita tentang siapa
saja keluarga yang juga hadir saat itu. Pertemuan kedua saat beliau
terbaring sakit di rumah. Setelah acara Studium General FLP Jakarta
angkatan 15, saya dan teman-teman langsung menjenguk beliau. Senyum
tersungging manis saat kami semua mengelilingi beliau yang terbaring.
Beliau begitu bersemangat saat berkisah tentang pengajian yang beliau
rintis. Subhanallah...
Pertemuan ketiga saat saya dan beberapa teman FLP Jakarta menengok
beliau di RS Omni. Saat masuk ruang ICU, saya melihat beliau terbujur
lemah dengan beragam selang dan ventilator. Beliau sempat menatap saya
dan menggenggam erat tangan saya...
Kini, beliau sudah tiada... meskipun begitu, berkesempatan mengenal
beliau adalah salah satu anugerah terindah dari Allah Swt yang diberikan
kepada saya....
***
Membaca postingan dari Mbak Yusi pagi ini, membuat saya menitikkan air mata di Kopaja 502 saat perjalanan ke kantor.
Terimakasih atas nama Taufan E. Prast, Erawati Heru dan Keluarga
by Yusi Rahmaniar on Thursday, February 24, 2011 at 11:39pm
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar FLP
DKI Jakarta, rekan-rekan, dan handai taulan. Ibu Nafsiah, ibunda dari
kang Taufan telah berpulang kepada pemilik kita pada hari kamis pukul
18.31, tepat setelah kami menunaikan shalat maghrib. Ibunda sudah
menjalani hampir tiga bulan proses sakit, 21 hari dalam perawatan
intensif dan akhirnya Allah memintanya untuk Pulang. Ibu menghembuskan
nafas terakhir dengan mudah, hanya sesak beberapa saat saja.
Bulan yang panjang dan penuh perjuangan ini terasa sangat bermakna
dengan kehadiran teman-teman di sisi keluarga, memberikan kekuatan moril
yang tidak mungkin kami beli dengan uang.
Tak berlebihan ketika ada pepatah bilang bahwa sahabat adalah orang yang
ada disamping kita saat suka dan duka.Dan rupanya kita telah lulus
dengan predikat cum laude sebagai sahabat, bahkan keluarga.
Mohon Ibunda dapat dimaafkan segala kesalahannya, didoakan kelapangan jalannya, dimudahkan segala urusannya kelak.
***
COPY PASTE CATATAN KANG TAUFAN TENTANG SANG IBU
Seribu Pesan Tak Cukup (1)
by Taufan E. Prast on Tuesday, February 8, 2011 at 1:47pm
Jangan lelah berbuat baik…
“Emaknya udah susah, anaknya jangan sampe…” kata-katanya meledak bagai
petasan cabe. Meletus begitu saja. Aku yang mendengarnya seperti
tersengat. Walaupun kalimat itu bukan untukku. Tapi ruang makan tak
tersekat dengan sumber suara itu...
Yup, itu suara ibuku.
Dia menasihati Bu Bejo, salah satu orang dekat keluargaku. Pernah
membantu di rumah beberapa waktu lamanya. Kepada ibu, hampir tak ada
rahasia Bu Bejo yang terhijab. Karena tahu persis, ibu mempunyai argumen
sendiri bagaimana ’mendidik’ dan ’membuka’ perspektif berpikir ibu tiga
anak itu.
”Udah, sekolah... suruh sekolah!” lanjut ibu.
Saminem begitu nama asli Bu Bejo, janda dengan tiga anak kecil ketika
suaminya meninggal. Tentu terasa berat hidupnya, dengan kebisaan yang
terbatas. Menjadi pembantu rumah tangga saja. Dan ketika semua orang
hanya selesai perhatiannya sampai liang lahat Pak Bejo ditutup tanah
merah dan ditabur air melati serta bunga. Ibu justru baru memulai...
”Anakmu harus sekolah...” singkat!
”Kamu kerja yang bener...” singkat!
Dan waktu bergerak. Dua kalimat singkat itu adalah penguat bagi Bu Bejo
dan motivasi buat anak-anaknya masih kecil. Sisanya... adalah ladang
amal ibu yang sulit digambarkan. Sebuah tindakan yang tak lagi pakai
kata-kata. Hanya eksekusi demi eksekusi... tanpa lelah, tanpa pamrih.
Dan ketika ibu tergolek di rumah sakit, salah satu anak Bu Bejo sudah
bekerja di rumah sakit tempat ibu di rawat. Di sela-sela pekerjaannya,
dia menengok, memijiti, atau malah menyediakan air hangat untukku yang
menunggu...
Sungguh, ada waktu memetik...
Subhanallah...
***
Seribu Pesan tak Cukup (2)
by Taufan E. Prast on Thursday, February 24, 2011 at 12:35pm
Jangan culas!
Konon setiap kali keluarga besar ibuku berkumpul di waktu kecil dulu,
ibu sering memerhatikan satu persatu tingkah laku keponakannya. Memang
tampaknya sepintas lalu, tapi beliau sebetulnya sedang merekam beberapa
perilaku para keponakannya yang banyak itu ketika bermain denganku.
”Nanti kalau habis main diberesin lagi ya…” pesannya.
Alhasil, setelah puas bermain… tentu dengan koleksi mainanku, mereka
akan meninggalkannya dalam keadaan berantakan. Dan akulah yang akan
membereskannya. Tetap dengan tenang, dan mungkin masih tersisa rasa
senang. Entahlah, apakah elan berbagi waktu itu sudah mulai sublim dalam
diriku... aku tak tahu.
Dan ketika selesai membereskan mainan... sering kali koleksi mainanku
itu tercecer. Kurang komplit, ada bagian yang hilang... Maka aku pun
akan mencarinya sampai ketemu hingga kolong dan tempat tersembunyi
lainnya. Selalu demikian, tidak sekali dua kali. Kadang ketemu, kadang
nggak ketemu...
Sedih? Tentu saya sedih...
Menangis? Beberapa kali saya menangis. Terutama bila mainan itu adalah
mainan kesukaanku. Tentu aku masih kecil waktu itu. Paling menyedihkan
adalah manakala mainan itu bukan saja tidak komplit, tapi hilang...
Hilang itu bisa berarti diambil dengan tenang dan riang gembira. Tapi
mengambilnya diam-diam, tanpa pernah ada kalimat untuk meminta. Bahasa
lainnya adalah mengambil milik orang lain dengan sengaja tanpa seizin
pemiliknya. Masih banyak padanan lain dari perilaku tidak terpuji
seperti ini.
Ibuku memilih membawaku ke toko mainan lagi untuk memilih mainan
sesukaku, atau bila tidak memungkinkan, ibuku akan membawakan mainan
yang sama pada hari berikutnya.
”Biarin aja, nanti kamu dapat penggantinya yang lebih bagus...” kata ibu
setiap kali aku kehilangan mainan atau barang kesukaanku. Nyatanya
memang iya... ”Kamu nggak boleh begitu ya...” ujarnya lagi.
Aku terus mengingat kalimat ini sampai hari ini. Kalimat yang sudah
terucap puluhan tahun silam. Saat ibu masih sehat, segar, dan tak ada
slang ventilator di mulutnya yang mulia itu...
Tulisan ini
diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.
Assalamu'alaikum...
Mau gabung dengan FLP Jakarta? Ikuti Pertemuan Pramuda Angkatan ke-15
FLP Jakarta, Insya Allah akan kembali diselenggarakan di Mesjid ARH
Salemba UI, letaknya di Jalan Kramat. Acara akan diselenggarakan pada
Ahad, 27 Februari 2011, Pukul 09.30-13.00 WIB, dengan pemateri : Arul
Khan (Kang Arul) dan topiknya: Menulis Hobi atau Profesi. Kang Arul
adalah penulis profesional dengan lebih dari 270 buku yang sudah
diterbitkan. Jangan lewatkan kesempatan emas ini...
Info lain : Kunjungilah stand FLP Jakarta yang Insya Allah akan turut
memeriahkan Pameran Kompas Gramedia, Istora Senayan, 26-27 Februari
2011.
Wassalamu'alaikum...
Tulisan ini
diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.
|
Mas Iwan yang paling kanan (pakai batik) |
Rabu pagi (23 Februari 2011), ada satu ‘notification’ di FB. Mbak Lia Octavia posting sebuah pesan di FLP Jakarta Group.
Teman-teman, aku baru teleponan sama ayahnya Mas Iwan, katanya Mas
Iwan skrg masih ada di RS Bakti Asih, karang Tengah, Ciledug, ruang
Dahlia kamar no. 4. Sampai saat ini keadaannya masih koma. Mas Iwan udah
diperiksa dan katanya pendarahan otak. Kalau teman2 mau jenguk, jam
besuk siang jam 11-13 & jam 18-20. Menurut ayahnya, Mas Iwan harus
dibawa ke RS lain utk dimasukkan ke ICU, tp keluarga masih
membicarakannya.
Innalillahi.. aku syok…
Datang lagi postingan dari Mbak Yusi Rahmaniar
Allah maha Besar... yang memberi ujian bagi makhluknya agar lebih kuat.
Setelah ibunda Kang Taufan yang dirawat, nenek dari Mbak Dina semalam
berpulang ke pangkuanNya. dan pagi ini, Iwan Setiawan, saudara kita, in
Coma di Rumah Sakit Bakti Asih Cileduk, karena pendarahan di otak.
Allah, sungguh engkau maha penyayang. kami mengikhlaskan yang terbaik menurutMu....
Aku langsung nulis di wall FB mas Iwan,
kakakku FLP Jakarta yang sama-sama dari Wonogiri... agak terkejut
juga mendengar kabar pagi ini... semoga Allah segera memberimu
kesembuhan.... semoga sakit yang tengah dirasa sebagai penggugur dosa...
cepat sembuh ya Mas Iwan...
Siangnya, Kang Tef juga posting di grup
~ Iwan buat saya adalah sahabat yang luar biasa... kabar dari Yusi
tadi pagi terus terang bikin saya shock. Semalam saya masih chatting
sama beliau, menanyakan kabar kesehatan saya dan Era, tentu saja tanya
perkembangan ibu saya... Iwan adalah tempat saya banyak belajar, belajar
kesantunan, kerendahatian, dan kerja keras tanpa banyak bicara... hal
yang sama sekali tidak saya miliki dan belum tuntas saya belajar pada
sosok luar biasa ini. Semoga Allah memberikan yang tebaik untukmu
sahabat, karena kamu orang yang baik... Amin.
Mas Iwan Setiawan, sosok pemuda luar biasa. Awalnya cuma sama-sama tahu
di FB. Kami sama-sama dari Wonogiri dan sama-sama anggota FLP Jakarta.
Baru ketemu langsung waktu acara Studium General Angkatan 15. Meski
baru pertama kali bercakap-cakap langsung kami langsung akrab. Mungkin
karena Mas Iwan orangnya sangat supel. Kami bercakap-cakap pakai bahasa
Wonogiri. Ahh, kalau diingat seru juga ngobrol dengan Mas Iwan waktu
itu. Dia menceritakan aktivitasnya dan bak seorang wartawan, Mas Iwan
juga tanya macem-macem tentang sejarah saya bisa merantau ke Jakarta.
Kabar pagi ini tentang kondisi Mas Iwan membuat
saya kaget. Ahad sore Mas Iwan masih komen di status saya waktu membahas
tentang tembang Asmarandana bareng Mas Gendut Pujiyanto. Malahan
Selasa, Mbak Yusi sampai jam 11 malam masih sempat chatting dengan Mas
Iwan. Menurut kabar dari adiknya, Rabu jam 02.00 dini hari Mas Iwan
ditemukan tidak sadarkan diri di depan computer saat sedang mengerjakan
tugas. Mas Iwan segera dilarikan ke rumah sakit. Setelah di scan,
diketahui bahwa ada pendarahan otak. Mas Iwan koma. Alhamdulillah, siang
harinya ada kabar dari Mbak Yusi kalau Mas Iwan sudah siuman.
Sorenya dapat note dari Pak Arya (Wakil Ketua FLP Jakarta) yang layak untuk dijadikan bahan renungan..
YUK BERDOA UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA
Berbicara tentang doa, ada sebuah kisah menarik. Kisah ini diperoleh
ustadz Bobby Herwibowo. Kejadiannya di daerah Timur Tengah. Seorang
pengusaha muda divonis bahwa usianya tidak akan lama lagi. Menurut
perhitungan dokter, tumor yang diderita pengusaha itu amat berbahaya dan
kemungkinan sembuhnya fifty-fifty. Bila operasi berhasil, dia akan
sembuh. Jika tidak, nyawa yang menjadi taruhannya.
Hal ini membuat si pengusaha muda hilang semangat hidup. Pada suatu
ketika dia pergi bersama supirnya. Dalam perjalanan, dia menemukan
sebuah pemandangan yang begitu menakjubkan.
Mobil di parkir dekat tempat pemotongan hewan. Di tempat sampah, nampak
tulang-tulang yang teronggok. Di sanalah si pengusaha melihat sebuah
pemandangan yang menyentuh. Seorang ibu memilah dan memilih
tulang-tulang. Tulang-tulang yang masih dibalut daging walau hanya
sedikit, dipilihnya. Terkadang dijumputnya daging yang masih menempel di
tulang.
Pengusaha itu begitu tersentuh. Dia mudah sekali memperoleh daging,
kapan saja dia mau, berapa pun banyaknya. Tapi ibu itu…harus berjuang.
Itu pun hanya beberapa helai dan jumput daging yang diperolehnya.
Pengusaha itu pun, dengan tertatih-tatih berjalan. Sakit yang diderita
membuat dirinya tidak segesit sewaktu sehat. Dia menemui pemilik rumah
potong hewan itu. Dia katakan, “Tolong berikan ibu ini daging seminggu
dua kali selama setahun. Biayanya biar saya menanggungnya.”
Mendengar janji ini, si ibu terkejut dengan serta merta dia berdoa.
Panjang sekali doa yang dipanjatkan. Salah satu doanya adalah, “Berilah
kesehatan kepada anak muda ini, ya Allah.”
Doa sudah dilantunkan. Anak muda ini kembali ke mobilnya. Namun dengan
gerakan yang berbeda. Dia pergi menuju ke mobilnya dengan langkah yang
gagah, seperti orang yang tidak sedang sakit.
Hari operasi pengusaha itu pun tiba. Sebelum operasi dilakukan, kondisi
kesehatan si pengusaha diperiksa. Betapa terkejutnya si dokter, si
pengusaha ternyata telah sehat seperti sedia kala.
Memang benar bila ada ungkapan “Kamu tidak tahu dari mulut siapakah doa akan dikabulkan.”
Mendoakan orang lain tidak harus diawali dengan kebaikan seseorang
terhadap kita. Tidak ada ruginya mendoakan orang lain. Karena bisa jadi,
orang yang didoakan akan balas mendoakan kita.
Sekali lagi tidak ada ruginya mendoakan orang lain. Karena Rasulullah
saw bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi
saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat
akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no.
4912)
Kita berdoa untuk orang lain, malaikat akan mendoakan doa yang sama
kepada kita. Bukan sembarangan yang mendoakan kita, malaikat! Doa
malaikat, insya Allah dikabulkan.
Oleh karenanya siapa pun yang mempunyai masalah berdoalah untuk saudara
kita. Bila kita sedang sakit, doakanlah kesembuhan untuk saudara kita
yang sakit. Anda belum bekerja, panjatkanlah doa untuk saudara kita yang
masih menganggur.
Ya Allah…Ya Rabbi…berilah kesembuhan pada saudara-saudara kami yang
sedang sakit saat ini. Berilah rezeki yang halal dan berkah bagi
saudara-saudara kami yang belum bekerja. Berilah jodoh yang shalih dan
shalihah bagi saudara-saudara kami yang belum memperoleh pasangan hidup.
Ya Allah…Ya Rabbi…berilah segala sesuatu yang menjadi keinginan dan
niat baik saudara-saudara kami. Aaamiiin Ya Rabbal ‘Alamin
Informasi terbaru dari Mbak Yusi pagi ini:
Tadi malam saya coba mampir menjenguk mas Iwan. Di Rs Bakti Asih, Cileduk (700 M dari CBD Cileduk).
Ini yang saya baca dari hasil lab dan anamnesa dokter sarafnya mas iwan :
Istilah medis : Terdapat hematoma pada lobus parietal cerebrum dextra = perdarahan yang terjadi pada otak besar sebelah kanan
Artinya : terjadi stroke haemoragik.
Perjalanan penyakitnya : saat sadar dan beraktivitas normal Os mengalami
kesakitan luar biasa di kepala, lalu pingsan. Penurunan kesadaran dan
merasakan lemas pada sisi yang terserang.
Ini terjadi pada mas Iwan, jam dua malam, Rabu lalu. Dari pukul
02.30-14.00 mengalami in comma (koma total), lalu sopporos comma
(bergerak dan bersuara, tapi tidak sadar) sampai saat ini. Dia juga
mengalami “kelupaan” pada sisi kiri tubuhnya, terbukti dengan dia hanya
menggerakan sisi kanannya, kaki kiri dan tangan kiri tidak merespon.
Kemarin sempat merenggut selang infus sampai luka di tangan kiri, dan
sampai sekarang tangan kanannya masih diikat supaya tidak “berontak”.
Sampai saat ini belum bisa dipastikan seberapa berat “kelumpuhan” yang
dialami sisi kiri mas Iwan. Dokter belum bisa memprediksi apakah dia
mampu duduk/berjalan.
Dokter menyarankan beberapa terapi obat yang cukup mahal. Dan sekarang
keluarga mas Iwan agak kebingungan menghadapi ini. Belum lagi kondisi
stroke harus melakukan terapi fisik intensif dalam jangka waktu panjang.
Ditambah dengan kestabilan psikis yang biasanya menjadi masalah utama
pengidap stroke.
Mohon kiranya teman-teman dapat mengumpulkan sedikit dana untuk membantu
kelangsungan pengobatan sahabat kita ini. Bantuan ini sangat dibutuhkan
oleh mas Iwan dan Keluarga.
Boleh dikumpulkan ahad besok atau transfer ke rekening mbak astri/yusi...
BNI kc Rawamangun no. 0200677177 (a.n Yusi Rahmaniar)
Ah, Flp Jakartaku, mungkin kau sedang diuji. Mungkin inilah cara Allah menunjukkan sayangNya padamu…
Ya Rabb, berikan kesembuhan untuk mas Iwan Setiawan yang tiba-tiba pendarahan otak.
Berikan yang terbaik dan berikan kesabaran untuk Ibunda dari Kang Taufan
E. Prast dan Mbak Erawati Heru Wardhani yang sampai saat ini masih
dirawat di ICU RS Omni.
Terima amal ibadah nenek dari saudari kami, Dina Purnama Sari.
Ya Rabb, kuatkanlah kami dengan cinta-Mu...amin
FLP Jakarta adalah keluarga terindahku di kota ini…
Luph u all..
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.