Pernikahan yang berhasil
bukanlah bab menemukan pasangan yang ideal dan sempurna. Juga bukan tentang
bagaimana bisa selalu rukun tanpa konflik di sepanjang kehidupan berumah tangga.
Pada kenyataannya, tidak ada manusia sempurna di zaman kita hidup sekarang ini.
(Ustaz Cahyadi Takariawan)
Saya dan suami adalah penyuka buku, kalau meminjam istilah bunda Helvy, kami adalah “predator buku”. Saat ini suami lagi suka membaca buku-buku berbau politik, komunikasi, dan komunikasi politik karena doi akan menyusun tesis. Kami sering berdiskusi kecil tentang buku-buku yang kami baca.Membaca buku itu seperti aku bersamamu, sangat menyenangkan!
Biru...
Aku mencintaimu untuk sebuah kerinduan akan surga...
Biru..
Aku merindumu untuk sebentuk cinta dalam bingkai ridhaNya..
Biru..
Bersamamu adalah hari-hari memintal syukur...
Dengan benang-benang sabar...
Untuk banyak hal istimewa..
Yang telah Allah janjikan.
Biru...
Hatimu bagai labirin untukku..
Aku ingin terus di sana...
Tak mau menemukan jalan keluar.
Pernah saya bercerita kalau saya memiliki dream book. Nah, impian nomor dua ✌🏻 yang saya tulis di dalamnya adalah kriteria calon suami saya. Saya menulisnya cukup detail. Selain sosok ikhwan yang saleh, seorang motivator, dan berjiwa pemimpin, saya pun menginginkan seorang suami yang menyukai warna biru. Mengapa? Karena sepengetahuan saya, karakter biru itu kalem, teduh, berwibawa, menenangkan, dan bisa menjadi penyejuk (AC kali yak! 😆).
.
Lantas, mengapa harus lelaki penyuka warna biru? Karena saya adalah si MERAH. Selain penyuka warna merah, saya pun berkarakter seperti warna merah. Penuh semangat, berapi-api, berani, risk taker, cenderung emosional, keras kepala, dll. Yaaa.. Karakter warna merah lah. Hihi.. Makanya waktu itu saya mendambakan seorang pendamping hidup yang bisa menjadi penyeimbang bagi saya yang 'merah' ini.
.
Alhamdulillah, Allah mewujudkan impian saya. Allah takdirkan saya menikah dengan laki-laki penyuka biru yang sangat lembut hatinya. Ketika pernikahan kami sudah berbilang tahun, dia bahkan sempat berujar "Didi, kita hampir tidak pernah bertengkar ya?" Saya pun menjawab, "Iya ya.. Alhamdulillah... Kan Kaka biru dan Didi merah. Memang sih, Didi yang suka ngambek ke Kaka tapi kan ngambeknya nggak lama.. Karena Kaka selalu bisa bikin hati Didi luluh.. Dasar si Biru!"
Yap, memang sih si Merah ini bukanlah istri yang sempurna, dan si Biru juga bukan suami yang sempurna. Tapi si Biru dan si Merah insya Allah akan selalu berjanji untuk saling melengkapi dan menyempurnakan.
Semoga kami tak hanya menjadi pendamping di dunia, tapi juga sepasang kekasih di surga-Nya kelak. Aamiin.
Beberapa hari lalu suami jajan satu set lengkap peralatan panah di toko online. Alhamdulillah, lagi diskon, sudah dapat lengkap dan kualitasnya oke punya. Memiliki alat panah lengkap ini sebenarnya sudah kami rencanakan sejak lama, tapi baru bisa jajan sekarang karena rumah di Bogor ada halaman yang bisa dimanfaatkan untuk latihan memanah. Kata kami, sebagai hadiah milad juga untuk kami berdua. Dari kami untuk kami -eh, semua juga boleh nyobain ding. Pagi tadi, setelah hujan reda dan saya tuntas mencuci semua perabot dapur -seriusan, semuanya dicuci sampai rak dan almarinya. Heheu, karena baru pindahan jadi semuanya harus bersih-, kami mulai latihan perdana panahan. Sebenarnya saya sudah pernah belajar memanah di Eco Pesantren Daarut Tauhid Bandung milik Aa' Gym tahun 2015 silam, jadi sudah 3 tahun nggak pegang busur. Agak-agak canggung di awal. Meski pada akhirnya berhasil membidik sasaran dengan tepat di warna kuning. Baru 4 kali melepaskan anak panah sudah berkeringat. Benar-benar olahraga 😁.
Memanah adalah salah satu olahraga sunnah. Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu harus belajar memanah karena memanah itu sebaik-baik permainanmu," (HR. Al-Bazzar dan Thabrani dengan sanad yang baik). Hikmah dari belajar memanah adalah kita bisa berlatih fokus dan belajar memanajemen emosi. Selain itu tentu untuk melatih kekuatan fisik kita terutama otot tangan.
Insya Allah banyak manfaat dari olahraga sunnah yang satu ini. Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, "Segala sesuatu yang di dalamnya tidak ada zikir kepada Allah merupakan kelalaian dan perbuatan sia-sia, kecuali empat hal, yaitu bercanda dengan keluarga, belajar memanah, belajar berenang, dan belajar berkuda." (HR. An-Nasa'i) .
Semangat belajar memanah!
"Dinda, bagaimana jika penulis dan buku bertemu?" kata suamiku tiba-tiba. "Mereka akan jadi pasangan serasi, Kanda. Sejatinya mereka adalah dua sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Penulis yang rajin baca buku, akan jadi kaya. Kaya diksi, kaya ilmu, kaya inspirasi." jawabku yang tengah membaca buku.
Alhamdulillah, selain ditetapkan sebagai hari Kebahagiaan Internasional, tanggal 20 Maret adalah hari 'jadian' kami. Ya, pada 20 Maret 2012, di pertemuan keempat, kami melangsungkan akad nikah. Pertemuan pertama 20 November 2011 saat ta'aruf, pertemuan kedua 20 Februari 2012 saat khitbah, pertemuan ketiga 19 Maret 2012 saat cek kesehatan dan berkas di KUA Wonogiri, dan pertemuan keempat saat akad nikah.
"Yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri.
Yang paling layak untuk dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri.”
Itulah sepenggal kalimat yang Fahri (Fedi Nuril) sampaikan saat debat ilmiah tentang konflik di Timur Tengah yang berlangsung di Universitas Edinburg. Kalimat apik tersebut berasal dari pemikiran Syekh Badiuzzaman Said Nursi, seorang ulama Turki. Debat ini menjadi salah satu scene paling menarik bagi saya karena apa yang Fahri sampaikan mampu meluruskan pandangan tentang Islam bagi seluruh peserta yang hadir.
Gadget dalam hal ini smartphone sudah menjadi benda yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kita, kemanapun benda tersebut akan selalu menemani,
bahkan ketika menghabiskan waktu bersama pasangan (keluarga). Parahnya ada
yang lebih panik ketika ketinggalan gadget daripada ketinggalan istri
atau suaminya.
Setelah proses yang singkat dalam penantian yang penuh kesabaran, alhamdulillah Allah datangkan jodoh yang tepat dan terbaik menurut-Nya untuk kakak kami tercinta, Mas Doy.
Dua hari terakhir ini kita dihebohkan dengan tebak-tebakan antara suami dan istri yang kira-kira bunyinya begini:
Rabu saatnya berpuisi... Alhamdulillah, hari ini saya diberikan kesempatan untuk kembali menginjakkan kaki di kota Makassar. Sembari menikmati senja di Pantai Losari, terciptalah puisi ini...
Saya menemukan cerpen ini di folder komputer
kantor saya tahun 2014. Duh, bikin berbunga-bunga banget waktu dibaca ulang.
Berhubung hari ini belum posting, ya sudah kisah yang saya tulis tersebut saya
posting ya. Karena dulu sebenarnya mau diikutkan lomba kisah romantis gitu deh
tapi ternyata telat dan saya baru ingat kalau pernah menuliskannya. Simak aja
ya.
Pergi ke luar negeri
mungkin menjadi impian semua orang. Bisa melihat dan menjelajah tempat asing di
luar Indonesia akan menjadi jejak yang tak terlupakan. Pun demikian dengan saya
dan suami. Salah satu tekad plus impian kami adalah bisa menjelajah bumi Allah
yang luas ini, mentadaburi keindahan alam ciptaan-Nya, mengenal aneka karakter
makhluk-Nya dari pelbagai belahan dunia, mencicipi aneka makanan khas
masing-masing negara (hehe), tak hanya di Indonesia saja. Tentunya kami juga
tetap ingin keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Insya Allah, biidznillah...
NHW#5_Etika Suryandari_IIP Depok
Setelah
mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka di NHH #5 kali ini kami
diminta untuk praktik membuat “Desain Pembelajaran” sendiri. Sebelum membuat
“Desain Pembelajaran”, saya mulai dengan mencari referensi tentang apa itu
“Desain Pembelajaran”. Berhubung belum sempat ke perpustakaan untuk mencari buku
terkait, akhirnya saya berselancar di dunia maya.
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Haluuu
Kakanya Didi, apa kabar? Insya Allah selalu dalam kondisi sehat wal’afiat ya..
Kaka,
beberapa detik lagi kita akan melangkah ke tanah suci, salah satu impian
terbesar dalam hidup kita akan terwujud. Dag dig dug deh rasanya. Semuanya atas
izi Allah. Semoga perjalanan keren kita kali ini diridhoi Allah dan mendapat
barokah-Nya. Aamiin...
Kaka, tak
terasa ya kita sudah 5 tahun menikah. Bagaimana rasanya punya istri kayak Didi?
Maaf ya. Didi belum bisa jadi istri yang sempurna di mata Kaka, tapi Didi insya
Allah akan selalu berusaha memperbaiki diri dengan sepenuh cinta yang sempurna
untuk Kaka..
I LOVE YOU
BEDEBEK DAH
“Yah, Nanda boleh nikah tahun ini ya?” tanya Nanda pada Ayahnya awal tahun 2010 lalu lewat SMS.
“Mmm, memangnya sudah punya calon?” Ayah membalas SMS-nya
“Ada yang baru mau kenalan dengan Nanda, Yah. Namanya Azzam Mumtaza. Nanda baru kenal dari biodata yang dikasih guru ngaji Nanda sore ini. Nanda boleh nikah tahun ini, Yah?” tanya Nanda kemudian.
“Kalau memang kamu sudah siap, Ayah hanya bisa merestui.” Balasan SMS Ayah membuat Nanda sangat bahagia.
Selang beberapa hari kemudian, Asri, adik bungsu Nanda SMS mengabarkan kalau Ayah mereka sakit. “Kak, Ayah sakit. Entahlah, akhir-akhir ini sepertinya Ayah kehilangan nafsu makannya. Beliau juga sering melamun.”
Nanda terkejut. Ia segera menekan 12 digit tombol di ponselnya, menghubungi sang Ayah.
“Assalamu’alaikum...” Nanda cemas.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...” jawab suara di seberang sana.
“Ayah sakit ya? Sakit apa, Yah? Ayah jangan kecapekan dong...” Nanda menghamburkan semua tanyanya.
“Ayah nggak apa-apa, Nak... Cuma capek saja. “ jelas Ayah dengan nada lemah.
“Jaga kesehatan ya, Yah... Nanda jadi kepikiran nih,” tutur Nanda.
“Iya, Nak. Eh, Nanda benar sudah siap nikah tahun ini? Nak, selesaikan dulu masa diklatmu. Tahun depan saja. Kan kamu sudah jadi pegawai tetap. Lagipula kakak sulungmu belum menikah.” Rentetan kata dari Ayah tersebut membuat Nanda terkesiap.
“Yah... sepertinya Ayah masih belum meridhai Nanda menikah tahun ini. Bismillah, baiklah Yah. Nanda akan turuti keinginan Ayah. Nanda tidak ingin membuat Ayah kecewa. Tapi tahun depan Nanda boleh nikah ya, Yah?” tanya Nanda penuh harap.
“Insya Allah, saat itu mungkin Ayah sudah benar-benar siap melepasmu, Nak!” jawab Ayah.
***
Kisah di atas terinspirasi setelah membaca sebuah artikel yang saya baca di majalah Tarbawi edisi special tentang Ayah.
Ayah dan putrinya, bisa diibaratkan dengan seorang lelaki dengan bunga mawar di kebunnya. Seseorang yang menanam bunga mawar, merawatnya dalam waktu yang tak singkat, dan menemaninya dalam setiap fase pertumbuhannya, tidak akan mungkin begitu saja memberikan bunga itu pada orang yang baru saja melihatnya, kemudian ingin memetiknya. Pemilik mawar itu pasti ingin memastikan apakah mawar tersebut akan dirawat lebih baik atau minimal sama dengan sebelum diberikannya kepada si pemetik tadi.
Sang pemilik mawar pasti ingin agar bunganya senantiasa harum dan tak ternoda oleh apapun! Ia inginkan mawarnya tetap indah dan terawat saat ia tak lagi ada di kebunnya. Jikapun pada saatnya nanti mawarnya berpindah ke sebuah vas bunga yang tak seindah dan seluas kebunnya, ia hanya ingin sang pemilik vas itu memetik bunga mawarnya dengan penuh hormat. Sang pemilik mawar mungkin merasa cemas jika bunga kesayangannya itu tidak mendapatkan cinta dan perlindungan seperti saat ia merawatnya.
Hmm, begitu pun dengan Ayah. Waktu itu, Ayah mungkin merasa cemas ... bahwa dalam pandangannya, sepertinya belum ada lelaki yang dapat mencintai putrinya seperti dirinya! Ayah hanya perlu waktu untuk mengizinkan seseorang yang tepat untuk mendapatkan putrinya dengan cara terhormat. Dan insya Allah waktu itu kini telah tiba.
Hmm... Seringnya, saat putrinya meminta sesuatu pada Ayah. Ayah pasti tak kuasa mengatakan “tidak”. Dia memilih diam atau mengangguk sebagai tanda demi melihat senyum manis putrinya. Meski dalam hatinya, seringnya tidak selaras dengan apa yang dia katakan. Diam-diam dia akan berusaha mewujudkan keinginan sang putri. Entah dengan bekerja lebih keras dari hari biasanya atau usaha lain. Meski saat keinginan sang putri begitu berat baginya. Seperti dalam contoh kisah di atas. Awalnya Ayah akan mengiyakan, meski pada akhirnya Ayah tidak mengabulkan permintaan putrinya dengan cara yang halus dan di saat yang tepat. Ah, ayah memang punya cara sendiri dalam menunjukkan cintanya. Ia pasti inginkan yang terbaik untuk putrinya.
“Nak, jangan cengeng meski kamu seorang perempuan, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak, laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah. Tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu,” pesan Ayah pada putri kesayangannya.
190312_sehari jelang sunnah bersejarah (pertemuan ketiga antara aku, Ayah, dan dia), saat Ayah benar-benar mengamanahkan putrinya ini pada sosok laki-laki (shalih, insya Allah) yang baru ia kenal...
Ayah, aku mencintaimu.. Memang, tak bisa menyamai cintamu padaku sedari dulu, tapi aku berjanji akan lebih sering mengungkapkan cintaku padamu...
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2012 di blog sebelumnya.
Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dll. Bahkan ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.
Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…
1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (QS. An Nuur : 26)
Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.
2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. An Nuur: 32)
Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”.
Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rzjeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?
3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)
Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah itu pasti datang.
4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar Ruum : 21)
5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ”. (QS. Al Mu’min : 60)
Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut, dan seterusnya.
Dalam berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa. Diantaranya adalah ikhlash, bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dll.
Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Diantaranya adalah berdoa pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia, pada waktu antara adzan dan iqamah, pada waktu turun hujan, dll.
Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa. Diantaranya adalah makan dan minum dari yang haram, juga makan, minum dan berpakaian dari usaha yang haram, melakukan apa yang diharamkan Allah, dan lain-lain.
Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst.
Sebagian orang ketika jodohnya tidak kunjung datang maka mereka pergi ke dukun-dukun berharap agar jodohnya lancar. Sebagian orang ada juga yang menggunakan guna-guna. Cara-cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam. Perhatikan hadits-hadits berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa yang mendatangi peramal / dukun, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam”. (Hadits shahih riwayat Muslim (7/37) dan Ahmad).
Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Maka janganlah kamu mendatangi dukun-dukun itu.” (Shahih riwayat Muslim juz 7 hal. 35).
Telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat-jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah (hukumnya) syirik.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud (no. 3883), Ibnu Majah (no. 3530), Ahmad dan Hakim).
6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (QS. Al Baqarah : 153)
Mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan terbebas dari bid’ah-bid’ah.
7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Alam Nasyrah : 5 – 6)
Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah sendiri yang menegaskan dua kali dalam Surat Alam Nasyrah.
8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad : 7)
Agar Allah Tabaraka wa Ta’ala menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.
9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al Hajj : 40)
10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. Al Baqarah : 214)
Itulah janji Allah. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah tidak / belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada Allah. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap muslim.
Jadi, kenapa ragu dengan janji Allah?
Berbagai sumber
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2011 di blog sebelumnya.
Istri yang baik adalah istri yang taat pada suaminya. Suami yang baik
adalah suami yang taat pada orang tuanya. Seorang istri harus membantu
suaminya untuk selalu taat pada orang tuanya.
Menantu agar tidak digalaki mertua harus bisa menjadi sahabat yang baik,
menjalin hubungan yang baik, jadi pendengar yang baik, dan beretika
pada mertua, karena suatu saat kita juga akan menjadi tua seperti
mereka.
Sebagai menantu, jangan pernah menyakiti mertua karena mertua adalah
orang tua kita juga. Demikian juga sebaliknya. Sebagai mertua, jangan
pernah menyakiti menantu karena menantu sama halnya dengan anak sendiri.
Kalau ada mertua yang dzalim kepada menantu perempuannya, sikap seorang
suami adalah : Suami harus berada di tengah-tengah. Jangan terlalu
berpihak kepada istri juga jangan terlalu berpihak pada ibu. Cari akar
permasalahannya dan temukan solusi terbaik. Pada dasarnya tidak ada
mertua yang berniat dzalim pada menantu hanya saja terkadang mertua
merasa "memiliki saingan" atas kehadiran menantunya. Hal itu terjadi
jika tidak didukung sikap menantu yang kooperatif pada mertua.
Seperti halnya jodoh, mertua kita pun sudah ditentukan Allah. Menantu
kita juga demikian. Mertua adalah orang tua pasangan hidup kita,
sedangkan menantu adalah pasangan dari anak kita. Oleh karena itu,
mertua dan menantu harus bisa berperan sebagai partner yang juga saling
melengkapi.
Mari meraih pahala...
Mari meraih keikhlasan..
Mari meraih keridhaan Allah...
Lewat ibadah dalam rumah kita...
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim : 6)
Dari uraian singkat yang sempat aku catat saat ustadz Maulana memaparkan
materi tentang "Mertua dan Menantu" dalam "Islam itu Indah" kemarin,
aku teringat sebuah kisah yang pernah kubaca. Kisah ispiratif tentang
mertua dan menantu karya Andrie Wongso. Berikut kisahnya.
Dikisahkan, seorang wanita baru menikah dengan pria yang dicintai dan
tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Tidak lama setelah mereka berumah
tangga, sangat terasa banyak ketidakcocokan di antara menantu dan sang
mertua. Hampir setiap hari terdengar kritikan dan omelan dariibu mertua.
Percekcokan pun seringkali terjadi. Apalagi sang suami tidak mampu
berbuat banyak atas sikap ibunya.Saat sang menantu merasa tidak tahan
lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dia pun
akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu demi melampiaskan sakit hati
dan kebenciannya.
Pergilah si menantu menemui teman baik ayahnya,
seorang penjual obat ramuan tradisional. Wanita itu menceritakan kisah
sedih dan sakit hatinya dan memohon agar dapat diberikan bubuk beracun
untuk membunuh ibu mertuanya.Setelah berpikir sejenak, dengan senyumnya
yang bijak, si paman menyatakan kesanggupannya untuk membantu, tetapi
dengan syarat yang harus dipatuhi si menantu. Sambil memberi sekantong
bubuk ramuan yang dibuatnya, sang paman berpesan, "Nak, untuk
menyingkirkan mertuamu, jangan memberi racun yang bereaksi cepat, agar
orang-orang tidak akan curiga. Karena itu, saya memberimu ramuan yang
secara perlahan akan meracuni ibu mertuamu.
Setiap hari campurkan
sedikit ramuan ini ke dalam masakan kesukaan ibu mertuamu dari hasil
masakanmu sendiri.
Kamu harus bersikap baik, menghormati,dan tidak
berdebat dengannya. Perlakukan dia layaknya sebagai ibumu sendiri, agar
saat ibu mertuamu meninggal nanti, orang lain tidak akan menaruh curiga
kepada kamu."Dengan perasaan lega dan senang, diturutinya semua petunjuk
sang paman penjual obat. Dilayaninya sang ibu mertua dengan sangat baik
dan penuh perhatian! Setiap hari, ia menyuguhkan aneka makanan kesukaan
si ibu mertua.Tidak terasa, empat bulan telah berlalu dan terjadilah
perubahan yang sangat besar. Dari hari ke hari, melihat sang menantu
yang bersikap penuh perhatian kepadanya, ibu mertua pun merasa
tersentuh. Ia berbalik mulai menyayangi si menantu bahkan
memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Dia juga memberitahu
teman-teman dan kenalannya bahwa menantunya adalah seorang penuh kasih
dan menyayanginya.
Menyadari perubahan positif ini, sang menantu
cepat-cepat datang lagi menemui sang paman penjual obat, "Tolong berikan
kepada saya obat pencegah racun pembunuh ibu mertua saya. Setelah saya
patuhi nasihat paman, ibu mertua saya berubah sangat baik dan menyayangi
saya seperti anaknya sendiri. Tolong paman, saya tidak ingin dia
meninggal karena racun yang telah saya berikan".Sang paman tersenyum
puas dan berkata "Anakku, kamu tidak perlu khawatir. Bubuk yang saya
berikan dulu bukanlah racun, tetapi ramuan untuk meningkatkan kesehatan.
Racun yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan sikapmu terhadap ibu
mertua. Sekarang semua racun itu telah punah oleh kasih dan perhatian
yang kamu berikan padanya."
********
Subhanallah, kisah yang keren ya! Buat mertuaku kelak di manapun
berada... Semoga Allah senantiasa memberi penjagaan terbaik... hmm...
Semoga kita bisa menjadi partner yang kompak. Aamiin... Insya Allah aku
akan berusaha menjadi menantu yang baik... ^^v
Jakarta, 26 Mei 2011
Aisya Avicenna
Niat memang memiliki posisi sangat istimewa dalam ajaran Islam. Kali
ini, kita membicarakan niat terkait dengan salah satu tahapan kehidupan
yang selalu menyenangkan untuk dilewati oleh setiap orang, yaitu
pernikahan. Apa yang ditulis di bawah ini cukup menjadi afirmasi positif
sebagai upaya untuk meluruskan niat kita baik sebelum, saat, maupun
setelah menikah.
1. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan perintah Allah dan mencari ridho-Nya.
2. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
3. Saya menikah dengan niat untuk menjaga mata dari pandangan yang haram.
4. Saya menikah dengan niat untuk mendapatkan keturunan yang dapat memperbanyak jumlah umat Islam.
5. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Allah dengan berusaha
mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan generasi umat manusia.
6. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Nabi Muhammad SAW
demi memperbanyak umatnya yang berkualitas hingga kelak di hari kiamat
Rasulullah SAW bangga dengan hal tersebut. Dalam hadits disebutkan,
"Menikahlah dan perbanyaklah keturunan! Sebab aku akan membanggakan
kalian di hadapan umat-umat lain kelak di hari kiamat."
7. Saya menikah dengan niat untuk menjaga kehormatan suami dan memenuhi
kebutuhannya, serta berniat untuk mampu mengelola nafkah dan mengurus
anak-anak.
8. Saya menikah dengan niat untuk menjaga diri dari setan, menghilangkan
kerinduan dan kecenderungan syahwat yang negatif, menjaga kemaluan dari
perbuatan hina, menjaga pandangan, dan mengusir rasa was-was.
9. Saya menikah dengan niat untuk menyenangkan dan membahagiakan diri
dengan cara duduk bersama pasangan atau memandang serta yang lainnya,
agar bisa bertambah giat dan lebih tenang dalam beribadah.
10. Saya menikah dengan niat untuk mengurangi kesibukan hati dalam
mengatur rumah, mengerjakan pekerjaan dapur, menyapu dan membersihkan
perabotan, serta mendapatkan kemudahan hidup.
11. Saya menikah dengan niat untuk melatih diri dalam hal bertanggung
jawab sebagai seorang istri, berusaha memenuhi kebutuhan suami, sabar
dalam menjalani kehidupan rumah tangga, berusaha memperbaiki akhlaq
anak-anak, membimbing anak-anak kepada kebaikan dan menjadikan mereka
generasi Qur'ani.
12. Saya menikah dengan niat untuk memperoleh keberkahan dari do'a yang
dipanjatkan seorang anak shalih setelah saya wafat kelak, sekaligus
berharap pertolongan dan syafa'at dari anak-anak tersebut jika mereka
meninggal ketika masih kecil.
13. Saya menikah dengan niat seperti yang telah diniatkan oleh para
hamba Allah yang shalih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
14. Saya menikah dengan niat pada semua niat tersebut dan niat lainnya
dari semua yang saya curahkan, saya ucapkan, dan saya kerjakan, dalam
urusan pernikahan ini, karena Allah.
Silakan ditambahkan sendiri ya!! ^^v
Yaa Allah, berikan taufiq kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq
kepada mereka, dan tolonglah aku seperti halnya Engkau telah menolong
mereka.
Semoga ALLAH memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua..Amiin..
Khususnya bagi yang berniat untuk menikah, saran saya : SEGERA PRINT
TULISAN INI, TEMPEL DI DINDING KAMAR! UCAPKANLAH BERKALI-KALI DAN TERUS
AZZAMKAN DALAM HATI! Semoga bisa membantu untuk menjaga kelurusan niat
tersebut.
Jakarta, 240411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.