Sejak pindah ke Depok tahun 2016, saya resmi menjadi anggota ROKER (Rombongan Kereta). Tiap pagi saya naik KRL dari Stasiun Pondok Cina (Pocin), Depok dan turun di Stasiun Gondangdia. Stasiun Gondangdia lokasinya tidak jauh dari kantor. Saat sudah pindah ke Bogor ini, saya naik dari Stasiun Bogor dan tetap turun di Stasiun Gondangdia.
Oh iya, ada hal yang menarik yang dari 2016 lalu tidak berubah sampai sekarang. Pemandangan yang selalu membuat saya trenyuh dan takjub, tapi melahirkan syukur dan semangat ketika akan keluar dari Stasiun Gondangdia.
Apakah gerangan?
Mereka adalah para pejuang keluarga. Seorang bapak penjual koran yang tuna netra dan seorang bapak penjual pisang yang kakinya cacat yang berjualan dekat gerbang pintu keluar bagian utara di stasiun Gondangdia. Saya sering bertransaksi dengan kedua bapak ini. Saya kagum dengan bapak penjual koran. Beliau selalu tepat memberikan nama koran yang saya beli padahal ada setumpuk koran beda nama yang dia bawa. Saya juga salut dengan bapak penjual pisang. Meski hanya bertopang pada satu kaki dan kadang di bantu kruk dari kayu, tapi beliau selalu bersemangat menawarkan barang dagangannya. Saya banyak belajar dari mereka yang mungkin secara lahiriah dipandang tak sempurna secara fisik tapi selalu semangat dalam menyempurnakan ikhtiar mencari rezeki. Terima kasih, para inspirator... Kalau sahabat -yang fisiknya lebih sempurna-, lalu merasa malas bekerja atau ada yang ogah-ogahan mencari nafkah, mungkin bisa datang ke Stasiun Gondangdia. Mengambil inspirasi sebanyak-banyaknya dari mereka.
.
Sejak kuliah S1 tahun 2005 lalu, saya mempunyai sebuah catatan-catatan impian yang kemudian saya salin ke dalam sebuah buku (dream book). Kemudian pada tahun 2009, saat mengikuti seminar enterpreneur dengan mentor Bapak Heppy Trenggono di UNDIP Semarang, kami ditantang membuat Dream Board. Impian-impian yang dituliskan harus divisualisasikan dalam bentuk gambar kemudian ditempel di selembar kertas besar.
Seminar itu sangat berpengaruh dalam kehidupan saya. Impian-impian yang saya tuliskan membuat hidup saya lebih bersemangat. Mereka sangat memotivasi saya.
Salah satu impian yang saya tulis adalah "Foto di Jembatan Ampera Palembang". Impian itu tertulis dalam daftar ke-71. Saya menuliskannya pada tahun 2009. Alhamdulillah, Allah mewujudkannya dengan cara tak terduga.
Tanggal 20 November 2011 saya dan saudari kembar saya diundang mengisi seminar nasional kemuslimahan di Universitas Andalas, Padang. Pada saat bersamaan saya launching buku "The Secret of Shalihah". Dan waktu itu ada pesanan distributor Palembang sebanyak 40 buku. Dengan sedikit nekat, saya dan saudari kembar saya menuju Palembang dengan naik bus dari Padang padahal jaraknya sangat jauh.
Alhamdulillah, impian ke-71 saya akhirnya terwujud. Saya bisa menjejakkan kaki di Bumi Sriwijaya, foto di Jembatan Ampera sambil menikmati sungai Musi kala senja. Bahkan sejak itu, saya jadi sering ke Palembang karena menikah dengan pemuda dari Lahat, Sumsel. Bonus dari Allah 😍.
Nah, apa impian Sahabat yang terwujud dengan indah bahkan Allah kasih bonus lebih? Gantian cerita yok!
Beberapa hari lalu suami jajan satu set lengkap peralatan panah di toko online. Alhamdulillah, lagi diskon, sudah dapat lengkap dan kualitasnya oke punya. Memiliki alat panah lengkap ini sebenarnya sudah kami rencanakan sejak lama, tapi baru bisa jajan sekarang karena rumah di Bogor ada halaman yang bisa dimanfaatkan untuk latihan memanah. Kata kami, sebagai hadiah milad juga untuk kami berdua. Dari kami untuk kami -eh, semua juga boleh nyobain ding. Pagi tadi, setelah hujan reda dan saya tuntas mencuci semua perabot dapur -seriusan, semuanya dicuci sampai rak dan almarinya. Heheu, karena baru pindahan jadi semuanya harus bersih-, kami mulai latihan perdana panahan. Sebenarnya saya sudah pernah belajar memanah di Eco Pesantren Daarut Tauhid Bandung milik Aa' Gym tahun 2015 silam, jadi sudah 3 tahun nggak pegang busur. Agak-agak canggung di awal. Meski pada akhirnya berhasil membidik sasaran dengan tepat di warna kuning. Baru 4 kali melepaskan anak panah sudah berkeringat. Benar-benar olahraga 😁.
Memanah adalah salah satu olahraga sunnah. Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu harus belajar memanah karena memanah itu sebaik-baik permainanmu," (HR. Al-Bazzar dan Thabrani dengan sanad yang baik). Hikmah dari belajar memanah adalah kita bisa berlatih fokus dan belajar memanajemen emosi. Selain itu tentu untuk melatih kekuatan fisik kita terutama otot tangan.
Insya Allah banyak manfaat dari olahraga sunnah yang satu ini. Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, "Segala sesuatu yang di dalamnya tidak ada zikir kepada Allah merupakan kelalaian dan perbuatan sia-sia, kecuali empat hal, yaitu bercanda dengan keluarga, belajar memanah, belajar berenang, dan belajar berkuda." (HR. An-Nasa'i) .
Semangat belajar memanah!
Beberapa hari lalu saya rapat di Hotel Salak Tower, Bogor. Ruangnya terletak di lantai paling atas, lantai 21. Ternyata di ruangan itu ada pintu yang bisa menuju rooftop. Sebelum rapat dimulai, saya menuju rooftop itu. Masyaa Allah, indahnya pemandangan kota Bogor dilihat dari lantai 21. Tampak satu lokasi yang sangat rimbun dibanding lainnya, didominasi hijau daun. Tentu saja itu Kebun Raya Bogor. Udara pagi itu juga sangat sejuk meski sang bagaskara sudah melemparkan senyum manisnya.
Saat berada dalam suasana seperti itu, asyiknya memang merenung atau berkontemplasi sembari menikmati keindahan ciptaan-Nya.
Teringat sebuah nasihat berharga dari Imam Hasan Al-Bashri, "Apabila engkau melihat ada orang yang mengunggulimu dalam urusan dunia (lebih kaya, lebih populer, lebih tinggi jabatannya, atau lebih keren penampilannya), maka unggulilah dia dalam urusan akhirat (lebih mantap dan hebat dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala)."
Lebih asyik terus berusaha menjadi lebih dari diri sebelumnya, daripada ambisi untuk selalu menjadi lebih dari orang lain.
Kita memang tidak tahu sisa usia tinggal berapa lama lagi, tapi kita HARUS TAHU untuk apa sisa usia itu dimanfaatkan.
Semoga senantiasa di jalan kebaikan.
Kalau afirmasi positif ala-ala motivator saya (baca : suami tercinta 😍), "Everyday in every way, i'm getting better and better"
Maka, mari kita berlomba dalam kebaikan. Lakukan amal-amal terbaik sesuai kemampuan kita untuk melakukannya. Sebab, tiada yang akan bisa mengangkat derajat kita di sisi-Nya selain amal saleh yang ikhlas lagi istiqamah. . 💌Each new day is a blank page in the diary of our life.. Wishing you happiness today, tomorrow, and always... ♡♡♡ Selamat beristirahat dan jangan lupa saling mendoakan ya, Sahabat 😊Have a barokah day ^____^Selamat #MenikmatiIndahnyaHidup
Semalam pasti banyak yang berada di depan TV untuk menyaksikan debat perdana Capres dan Cawapres. Pun demikian dengan saya dan suami. Saking antusiasnya, sampai suami membeli dua kotak martabak untuk camilan. Satu kotak martabak telor dan satu kotak martabak cokelat kacang. Nyummy 😍. Debat direncanakan akan dimulai pukul 20.00. Sambil menunggu, saya duduk di sofa sambil membaca. Suami duduk di lantai dekat sofa. Beberapa waktu kemudian, ternyata kami ketiduran 🤣. Sekitar jam 21.00 baru terbangun untuk pindah tempat ke karpet depan TV dan sempat menyaksikan debat. Sambil ngemil martabak tentunya.
Setelah menyaksikan debat fullnya di Youtube pagi tadi saat perjalanan di KRL dari stasiun Bogor sampai stasiun Gondangdia, saya teringat sebuah pepatah Jawa "Ajining dhiri dumunung ana ing lathi", yang artinya nilai/kualitas diri (kepribadian seseorang) tergantung dari ucapannya. Lantas membatin, dari debat capres-cawapres semalam tentunya masyarakat makin bisa menilai siapa yang nantinya akan dipilih sebagai pemimpin negeri ini di tanggal 17 April 2019 nanti.
Sempat terlintas dalam pikiran saya, berapa ya nilai diri seseorang dilihat dari perkataannya, ketika apa yang dia katakan adalah dari hasil mencontek dan mungkin berasal dari buah pikiran orang lain?
Hehe... Saya kira semua sudah cukup cerdas untuk menilai. Itu tadi hanya sekelebat lintasan pikiran saya dalam perjalanan pagi tadi.
Dalam memilih -tanpa intervensi-, tentunya dibutuhkan ketenangan hati dan kejernihan berpikir. Tidak sekadar ikut-ikutan. Dalam menyatakan keberpihakan juga harus cerdas, jangan sampai melahirkan kata-kata pedas yang tak beretika. Saling kritik boleh, tapi dengan santun. Jangan berisik!
Jujur, saya ingin segera tanggal 17 April 2019. Bukan karena pilpres dan pileg saja, tapi juga ingin cuti sepekan dan mudik. Hehe.. Oh iya, kira-kira saya akan memilih paslon 01 atau 02 ya? - Hmm... Maaf, saya tidak akan memberikan kisi-kisinya! 😂
#latepost
Oktober 2018
"Na, kayaknya aku masih ada utang 50.000 rupiah deh sama almarhumah Wiwid waktu OSIS dulu. Rasanya masih ngganjel gitu, agak lupa sih sudah kubayar apa belum. Tapi biar aku tenang, tolong bayarin ke keluarganya ya, Na. Kan rumahmu deket," pesan singkat Anto lewat WhatsApp yang kuterima pagi tadi. Anto adalah ketua OSIS saat kami masih SMA dulu. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya kami tersambung kembali beberapa hari lalu. Anto sekarang sudah di Semarang, telah menikah dan punya anak perempuan yang lucu. . .
Siang harinya, sepulang dari mengajar, aku sempatkan ke rumah almarhumah Wiwid untuk mengantarkan uang Rp 50.000,- sebagai amanah dari Anto. Alhamdulillah, langsung diterima ibundanya Wiwid. Lega deh rasanya, langsung aku kabarkan ke Anto kalau amanahnya sudah kutunaikan. . "Makasih, Na. Aku dah tenang sekarang," jawab Anto singkat sebagai tanggapan atas laporanku. .
16 Januari 2019.
Beranda instagramku penuh dengan postingan #10yearschallenge. Ada postingan Anto juga yang menyandingkan fotonya di tahun 2009 dan 2019. Dia berkelakar kalau tidak ada perubahan signifikan. Aku komen juga di postingannya, "Wah, tambah makmur nih.." .
17 Januari 2019.
Sekitar jam 12.00 siang, saat jam istirahat mengajar, aku buka pesan WhatsApp. Aku terduduk lemas di meja kerjaku saat membaca rentetan ucapan bela sungkawa di grup alumni OSIS. Aku syok membaca kabar bahwa Anto meninggal jam 10.00 pagi tadi. Dia kena serangan jantung saat sedang ikut pelatihan di Malang. .
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Berita kematian di siang itu seolah semakin menyadarkanku bahwa hadirnya kematian itu sebuah kepastian. Kita tinggal menunggu giliran untuk dipanggil pulang. .
Selamat jalan, Anto. Insya Allah, husnul khatimah karena engkau berpulang di saat mencari nafkah.. .
NB : cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. .
Tahun 2009 saya masih menjadi mahasiswi tingkat akhir di Matematika FMIPA UNS. Saya juga masih aktif di BEM UNS. Foto 2009 ini saat ikut aksi di Gladag, Solo dengan jas almamater kebanggaan. Tahun 2009 akhir saya diterima CPNS di Kemendag Jakarta. Hijrahlah saya.
Sejak merantau ke Jakarta, berbagai impian saya terwujud. Saya mulai menjelajah berbagai tempat di Indonesia, mendapat beasiswa S2 di ITB, menikah dengan laki-laki yang kriterianya sama persis dengan yang saya tuliskan di dream book, menulis beberapa buku (sampai 2019 ini sudah ada 16 buku baik solo, duet, dan antologi), mengisi beberapa training/seminar, umroh di bulan Ramadhan tahun 2017, punya bisnis Supertwin Shop tahun 2014, dll. Banyak momentum istimewa selama 10 tahun ini. Tapi saya juga masih seperti tahun 2009, masih suka aksi turun ke jalan, berorganisasi, dan belajar berbagai hal.
Kalau dari segi fisik.. Heuheu.. Salah satu beda antara tahun 2009 dan 2019 adalah berat badan di tahun 2009 masih kurang dari 40 kg, sedangkan 2019 sudah lebih dari 45 kg. Mungkin efek setelah menikah jadi lebih doyan makan.
Namun, terlepas dari banyaknya capaian ataupun perubahan selama 10 tahun ini, semoga menjadi momentum untuk terus bersyukur atas segala nikmat-Nya yang mustahil bisa dikalkulasikan. Detik waktu yang terus berjalan, semoga menjadi detik yang dimanfaatkan untuk hijrah menjadi lebih baik, menjadi momentum terus mendekati-Nya karena sejatinya dari 2009 hingga 2019 itu jatah hidup kita juga sudah berkurang 10 tahun. Entah sampai kapan lagi kita bisa melihat indahnya dunia ini, hanya Allah saja yang Maha Mengetahui.
Sering suami berkisah bahwa semasa kecilnya dulu suka bermain di sungai Lematang. Sungainya jernih, berarus deras, dan lebih asri sekitarnya. Namun, sekarang banyak perubahan. .
Suatu hari saya diajaknya menikmati sungai yang menjadi salah satu icon di tempat kelahirannya itu. Hingga terciptalah puisi ini yang mungkin mewakili isi hatinya. .
Senja urung jingga sempurna
Sendu termangu menatap angkasa
Di sini raga menyendiri
Berteman riak anak Sungai Musi
Duduk di atas batu besar
Menatap anak-anak dusun berkelakar
Bayang masa kecil menyapa
Senyum terkembang bahagia
Bersama kawan bercengkerama
Berenang dan melompat di sungai
Menikmati riaknya hadirkan damai
Lematang selalu bisa menautkan hati
Pada jiwa-jiwa yang terpisah jarak
Pada hati yang merindu kembali
Pada asa yang ingin menapak jejak
Tuk kembali ke tanah kelahiran
Atau sekadar menyapa kampung halaman
Lematang sayang...
Memang tak seperti dulu
Indahnya tlah tereksploitasi
Pasir dan kerikil diangkut sesuka hati
Air mengering, daun meranggas, Lahat memanas
Rakyat cemas, harusnya mau bergegas
Membenahi Lematang...
Menyayangi Lematang... Lematang sayang...
Tersenyumlah, kami mulai berbenah
Memolesmu dengan apik
Dengan taman-taman nan cantik
Membuatmu kian menarik
Duhai kawan..
Sayangi Lematang...
Agar senyum generasi mendatang
Makin terkembang kala memandang
Cantiknya Sungai Lematang.
Mari kite jage ayek Lematang
Sebelumnya, saya pernah bercerita tentang Krimi. Seekor kucing ajaib yang membersamai saya ketika tinggal di Depok. Bisa dibaca di postingan saya pekan lalu ya. 😻
Saat pindah ke Bogor, ternyata Allah takdirkan untuk bersua dengan kucing ajaib lain yang gerak-geriknya mirip dengan Krimi. Ketika saya pulang kantor, dia menyambut dengan antusias. Tatkala buka pintu, dia akan gegas masuk rumah mengalahkan kecepatan cahaya. Suaranya pun mirip dengan Krimi. Wkwk.. . 😻
Namanya Kucel. Bukan karena penampilannya yang kucel, tapi karena dia seperti pakai celak mata.
Kucel : kucing celak.
Sore ini Sarah belanja sepatu di sebuah toko. Tak lupa dia beli kaos kaki beberapa pasang. Sejak berhijab sebulan lalu dan sedang belajar untuk hijrah ke arah yang lebih baik, Sarah mulai belajar mengenakan busana muslimah syar'i. Apalagi saat pekan kemarin ada kajian yang membahas aurat muslimah. Sarah tergugah untuk mulai memakai kaos kaki saat beraktivitas di luar rumah. 💙
Keluar dari toko tersebut, ada anak perempuan yang mendekatinya menawarkan tisu. Sarah membeli sebungkus. Saat hendak mengambil uang di dompet, perhatian Sarah tertuju pada kaki anak itu. Dia mengenakan sandal jepit tapi berkaos kaki. Dugaan Sarah kaos kaki itu sebelumnya berwarna putih. Akan tetapi sekarang sudah berubah warna menjadi kecoklatan. Ditambah ada beberapa lubang di kaos kaki tersebut. 💙
"Dek, ini kakak ada kaos kaki lebih. Buat kamu satu ya!" kata Sarah sambil menyodorkan sepasang kaos kaki berwarna biru muda kepada anak perempuan berjilbab merah itu.
"Wah, terima kasih Kak. Saya sudah punya kaos kaki ini. Saya tidak mau pakai kaos kaki lain," jawab anak itu lugas.
"Gak apa-apa Dek. Ini buat kamu saja," jawab Sarah sambil meletakkan kaos kaki biru itu di tangannya.
"Maaf kak, saya tidak bisa menerima pemberian orang lain yang belum saya kenal. Apalagi hanya karena kasihan dengan saya. Itu pesan Bapak. Ini kaos kaki cinta dari Bapak. Sebelum meninggal, beliau berpesan agar saya selalu memakainya. Ketika memakai kaos kaki ini, saya merasa langkah kaki ini selalu bersama Bapak. "
Sarah tertegun dalam rasa haru. 💙
.