ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

PAK MIN

 


Setiap bertemu orang Jawa, saya selalu bertanya, "Jawanya mana Pak/Bu?" Saya akan sangat bahagia kalau ternyata yang saya tanyai itu berasal dari Wonogiri, kota kelahiran tercinta.

Demikian halnya kemarin, saat pulang makan siang di luar kantor, saya dan teman-teman naik taksi biru. Saya duduk di bangku depan samping sopir. Saya baca nama sang sopir, wah namanya ****min. Dari Jawa nih. Langsung deh saya buka percakapan. Senangnya, beliau dari Wonogiri.

Saya pun 'ngepoin' beliau. Konon, beliau sudah merantau ke Jakarta sejak tahun 1989 (saat saya masih bayi dong 😎), kemudian bekerja di sebuah perusahaan. Sayang, krisis 1998 membuatnya di PHK. Tahun 1999 Pak Min mencoba cari nafkah dengan jadi sopir taksi. Alhamdulillah bertahan sampai sekarang. 

"Mengapa memilih jadi sopir dan tidak berjualan, Pak? Kan banyak orang Wonogiri yang jualan bakso." "Iya, Mbak. Saudara saya sudah banyak yang jualan bakso. Saya mau profesi yang berbeda." Pak Min punya dua orang anak. Putri sulungnya baru semester awal di IPB dan yang kedua baru SMP.

Saat sudah masuk pelataran kantor saya, Pak Min menutup obrolan kami. "Zaman sekarang memang makin susah, Mbak. Tapi kita harus bersyukur. Sing penting ngeroso cukup. Insya Allah mboten bakal susah." Ah, makclessss.. Terima kasih atas inspirasinya Pak Min.
#WonogiriSukses 😍

BUKU


Saya dan suami adalah penyuka buku, kalau meminjam istilah bunda Helvy, kami adalah “predator buku”. Saat ini suami lagi suka membaca buku-buku berbau politik, komunikasi, dan komunikasi politik karena doi akan menyusun tesis. Kami sering berdiskusi kecil tentang buku-buku yang kami baca.

Membaca buku itu seperti aku bersamamu, sangat menyenangkan!

LABIRIN


 

Biru... 

Aku mencintaimu untuk sebuah kerinduan akan surga... 

Biru.. 

Aku merindumu untuk sebentuk cinta dalam bingkai ridhaNya.. 

Biru.. 

Bersamamu adalah hari-hari memintal syukur... 

Dengan benang-benang sabar... 

Untuk banyak hal istimewa.. 

Yang telah Allah janjikan.


Biru... 

Hatimu bagai labirin untukku.. 

Aku ingin terus di sana... 

Tak mau menemukan jalan keluar. 

MERENUNG

 



Harap tenang, Budi dan ibunya sedang merenung. Mereka sama-sama memikirkan kejadian yang baru saja mereka alami saat bertemu seekor kucing di jalan tadi. Kucing itu berbulu putih dan hitam. Budi dan ibunya bertemu di tengah jalan saat pulang dari pasar. Hampir saja Budi menabrak kucing itu karena ia menghadang dengan tiba-tiba di tengah jalan.  🐈

Siapa sangka, kucing itu bisa bicara. Dan baru kali ini Budi gemetaran sampai bercucuran keringat dingin saat bertemu kucing di jalan. Bagaimana jika sebenarnya kucing itu adalah sosok makhluk berbulu korban tabrak larinya semalam? Ah, sepertinya bukan, pikir Budi menenangkan diri. Kucing yang ia tabrak kemudian ia tinggal pergi itu seingatnya masih kecil. "Hei, kamu! Ini undangan buat kamu!" ujar kucing yang bisa berbicara dan berdiri dengan dua kaki belakangnya itu. 🐈

"Undangan apa?" tanya Budi heran. "Baca saja sendiri! Tapi nanti saja bacanya, setelah kalian sampai di rumah!" jawab kucing itu dengan ketus. Kemudian dia melenggang pergi dengan posisi layaknya kucing biasa. . 🐈

Nah, saat merenung itu Budi teringat dengan surat yang diberikan kucing aneh tadi. Ibunya pun ikut membaca. "Kamu telah melanggar aturan Planet Kucing nomor 137, dengan kasus tabrak lari. Harap hadir dalam sidang terbuka di Planet Kucing besok pagi. Ini tiket menuju Planet Kucing. Silakan berangkat dari kebon belakang rumah. Kami jamin keselamatan Anda sampai tiba di bumi lagi." 🐾
Presiden Planet Kucing

Budi dan ibunya syok. 🐈

SI BIRU DAN SI MERAH

 


Pernah saya bercerita kalau saya memiliki dream book. Nah, impian nomor dua ✌🏻 yang saya tulis di dalamnya adalah kriteria calon suami saya. Saya menulisnya cukup detail. Selain sosok ikhwan yang saleh, seorang motivator, dan berjiwa pemimpin, saya pun menginginkan seorang suami yang menyukai warna biru. Mengapa? Karena sepengetahuan saya, karakter biru itu kalem, teduh, berwibawa, menenangkan, dan bisa menjadi penyejuk (AC kali yak! 😆). 
.
Lantas, mengapa harus lelaki penyuka warna biru? Karena saya adalah si MERAH. Selain penyuka warna merah, saya pun berkarakter seperti warna merah. Penuh semangat, berapi-api, berani, risk taker, cenderung emosional, keras kepala, dll. Yaaa.. Karakter warna merah lah. Hihi.. Makanya waktu itu saya mendambakan seorang pendamping hidup yang bisa menjadi penyeimbang bagi saya yang 'merah' ini. 
.
Alhamdulillah, Allah mewujudkan impian saya. Allah takdirkan saya menikah dengan laki-laki penyuka biru yang sangat lembut hatinya. Ketika pernikahan kami sudah berbilang tahun, dia bahkan sempat berujar "Didi, kita hampir tidak pernah bertengkar ya?" Saya pun menjawab, "Iya ya.. Alhamdulillah... Kan Kaka biru dan Didi merah. Memang sih, Didi yang suka ngambek ke Kaka tapi kan ngambeknya nggak lama.. Karena Kaka selalu bisa bikin hati Didi luluh.. Dasar si Biru!"

Yap, memang sih si Merah ini bukanlah istri yang sempurna, dan si Biru juga bukan suami yang sempurna. Tapi si Biru dan si Merah insya Allah akan selalu berjanji untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. 

Semoga kami tak hanya menjadi pendamping di dunia, tapi juga sepasang kekasih di surga-Nya kelak. Aamiin. 

TUMPENG

 


Sejak siang tadi, Arin masih berkutat di dapur. Dia berencana membuat tumpeng spesial untuk milad suaminya hari itu. Ayam sudah digoreng, telur sudah direbus, sayuran untuk urap sudah direbus, tinggal bikin orek tempe, sambal kentang dan perkedel kesukaan suaminya. Masih ada dua jam lagi sebelum suaminya pulang dari kantor.

Satu jam kemudian, tumpeng nasi kuning berbentuk kerucut berukuran sedang dan berhias aneka lauk serta sayur sudah terhidang di meja makan.

Beberapa saat kemudian, pintu rumahnya diketuk. Tapi tidak ada suara. "Siapa ya?" tanya Arin penasaran, sambil bergegas ke ruang depan untuk membuka pintu. "Tok.. Tok.. Tok.. " pintu diketuk lagi.
Saat membuka pintu, Arin terkejut. "Assalamu'alaikum, Dinda... Surprise!" 

Ternyata suaminya yang datang. "Wa'alaikumussalam, Kandaaa.. Waaaah.. Kok sudah pulang?" Tanya Arin pada Raka sambil mencium punggung tangan suaminya itu dengan takzim. 

"Iya, hari ini diizinkan pulang cepat sama Pak Bos. Kan Kanda lagi milad!" Jawabnya bahagia. Kemudian mereka duduk di ruang keluarga, bercengkerama sejenak. 

"Nda, yuk ke dapur," ajak Arin sambil menggamit tangan Raka. . "Hmm, ada apa nih?" tanya Raka penasaran. .

Sampai di dapur, mereka sama-sama terkejut. "Innalillahi....!!!" Mereka berteriak hampir bersamaan.
Ternyata tumpeng surprise Arin untuk Raka sudah tidak berbentuk lagi karena ada Kucel dan Tampu yang tengah asyik mengobrak-abriknya. Kedua kucing itu berburu suwiran ayam yang tadi sengaja dicampur Arin dengan nasi tumpeng.

Arin dan Raka yang sangat sayang dengan kedua kucing itu tak kuasa mengusik mereka. "Dinda, ikhlasin ya. Mungkin mereka dulu belum pernah makan tumpeng. Hihihi...," hibur Raka sambil menepuk pipi Arin dengan lembut.

Arin yang tadi sempat cemberut akhirnya malah tertawa mendengar celoteh suaminya. 

"Yok, kita makan nasi kotak ini. Tadi Kanda ada rapat dan dapat nasi kotak, keinget Dinda jadi nggak dimakan deh nasi kotaknya." Akhirnya mereka pun makan sekotak berdua, sementara Tampu dan Kucel masih asyik menyantap tumpeng di atas meja.

BUMI

 


Bumiku menangis.. 
Meratapi selimut hijaunya yang dicuri dengan bengis.. 
Oleh sekawanan penjahat tak bernurani.
Bumiku menangis.. 
Tubuhnya kotor, bercak menjijikkan menghiasi kulitnya.. 
Ulah semena-mena mereka yang tak tahu di mana harus meletakkan sampah!
Bumiku menangis.. 
Suhu tubuhnya meninggi.. 
Dia tak tahu lagi.. 
Sampai kapan akan terus berdiri.